ONE DAY ONE HADITH
Kamis, 14 Februari 2018 M / 10 Jumadil akhir 1439 H .
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Nadjib Hamid, 41
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”.
( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Hadis Al-Mughirah bin Su’bah
عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. berkata, Nabi Saw bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.”
(H.R.Bukhari).
Kandungan hadits
1. Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua, ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua. Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya berarti berbakti kepada Allah Subhanahu wata'ala, juga juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
2. Sebagai anak hendaklah kita membalas kebaikan kedua orang tua
meski yang dilakukan masih belum bisa membalas jasa-jasa orang tua kita sedikitpun, bentuk bakti yang paling sederhana adalah berperilaku lemah- lembut, mendoakannya dan membahagiakannya dalam bentuk materi bila sudah mempunyai penghasilan.
3. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun. Durhaka kepada kedua orang tua dampaknya biasanya tidak menunggu hingga akhirat, tetapi kontan di dunia dalam bentuk kehilangan keberkahan hidup.
4. Bentuk durhaka terhadap orang tua beragam dan bertingkat, mulai dari durhaka dalam hati, ngomel, ngatakan “ah” ( berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan dan menyakitkan hati orang tua.
5. Bentuk Birrul Walidain di antaranya:
a. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
b. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
c. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam dan menghargai eksistensi personal.
d. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materi, baik semasih lajang maupun sesudah menikah.
e. Mendoakan kedua orang tua semoga diberi oleh Allah kemampuan dalam materi, diliputi rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
f. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
g. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
h. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
- Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
- Melunasi semua hutang-hutangnya
- Melaksanakan wasiatnya
- Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
- Memuliakan sahabat-sahabatnya
- Mendoakan setiap selesai sholat fardhu agar diampuni dosa dan kesalahannya, dirahmati dan ditempatkan di tempat yang mulia.
Firman Allah Subhanahu wata'ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’'
[Al-Israa’ : 23-24]
Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua jika mereka mengajak kepada kemusyrikan
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
[Al-‘Ankabuut (29): 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar