Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 16, 2019

Bayar Zakat Langsung ke mustahiq, Haruskah disebut ini zakat

 Assalamualaikum saya mau tanya ttg zakat harta setiap blnnya yg sdh berpenghasilan, tata caranya apakah ketika memberikan zakatnya hrs ada ijab kabulnya , agar bisa dibedakan sedekah atau zakat, Dan jika niat nya zakat tp pas memberi tdk di ucapkan apkah itu trmasuk sedekah? Apakh kalau bgtu harus mengulang lgi zakat yg sebelumnya ga diucapkan?  Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ... Ijab Qabul dalam zakat jika menyalurkan lewat Amil, itu Sunnah menurut jumhur. Kalau tidak dilakukan tetap sah. Ijab qabul bukan syarat sah dalam zakat, sebab dia sama dengan hadiah atau sedekah lainnya. Inilah yg dijelaskan oleh Imam Ar Rafi'i Rahimahullah. Ada pun berzakat lgsung ke mustahiq, mayoritas ulama mengatakan SAH  walau tanpa menyebut "ini zakat untukmu". Imam An Nawawi _Rahimahullah_ menjelaskan: إذا دفع المالك أو غيره الزكاة إلى المستحق ولم يقل هي زكاة ، ولا تكلم بشيء أصلا : أجزأه ، ووقع زكاة ، هذا هو المذهب الصحيح المشهور الذي قطع به الجم

Tukar Menukar Uang Receh - Tradisi riba menjelang Hari Raya Idul Fitri

Tukar menukar uang receh yang menjadi tradisi di masyarakat kita, dan di situ ada kelebihan, termasuk riba. Rp 100rb ditukar dengan pecahan Rp 5rb, dengan selisih 10rb atau ada tambahannya. Ini termasuk transaksi riba. Karena berarti tidak sama, meskipun dilakukan secara tunai. Karena rupiah yang ditukar dengan rupiah, tergolong tukar menukar yang sejenis, syaratnya 2: sama nilai dan tunai. Jika ada tambahan, hukumnya riba. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, فَمَنْ زَادَ أَوِ اسْتَزَادَ فَقَدْ أَرْبَى الآخِذُ وَالْمُعْطِى فِيهِ سَوَاءٌ “Siapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah melakukan transaksi riba. Baik yang mengambil maupun yang memberinya sama-sama berada dalam dosa.” *Riba tetap Riba, sekalipun Saling Ridha* Bagaimana jika itu dilakukan saling ridha? Bukankah jika saling ridha menjadi diperbolehkan. Karena yang dilarang jika ada yang terpaksa dan tidak saling ridha. Dalam transaksi haram, sekalipun pelakunya saling ridha dan ikhlas, tidak mengubah h

BAROKAH DALAM MAKANAN SAHUR

Pembaca sekalian, makan sahur merupakan salah satu sunnah yang sangat dianjurkan bagi orang yang akan berpuasa. Tidak hanya dalam puasa Ramadhan yang wajib saja, melainkan juga dalam puasa sunnah. Keutamaan yang luar biasa dari makan sahur dapat kita cermati dalam pembahasan berikut ini. Perlu diketahui sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan sahuur (السَحُور), secara bahasa Arab berarti makanan yang disantap sebelum berpuasa. Adapun suhuur (سُحُور), adalah perbuatan menyantap makanan sahur. Penyebutan dan penggunaan kedua istilah ini kerap terbalik dalam bahasa Indonesia. Terdapat beberapa hadits yang menyebutkan tentang keutamaan makanan sahur, diantaranya dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, *“Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makanan sahur terdapat barakah”* (Muttafaqun ‘alaih) _Barakah maknanya ialah kebaikan yang tetap dan banyak._ Barakah dalam hadits ini, mencakup baik makanan sahur (as sahuur

KADAR BACAAN IMAM KETIKA SHALAT TARAWEH

Jika kita menengok ke belakang, di zaman terbaik dari sejarah kehidupan umat Islam, kita akan menemukan semangat dan kekuatan yang luar biasa dalam menunaikan ibadah shalat taraweh. Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan: _“Umar bin Khaththab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari untuk mengimami orang-orang pada bulan Ramadhan. Imam membaca dua ratus ayat dalam satu rakaat, sampai-sampai mereka harus bertumpu pada tongkat karena panjangnya berdiri. Dan mereka baru selesai menjelang fajar."_ Di dalam riwayat lain disebutkan: أَنَّهُمْ كَانُوا يَرْبطُوْنَ الحِبَالَ بَيْنَ السَوَارِي ثُمَّ يَتَعَلَّقُوْنَ بِهَا _"Bahwa mereka mengikatkan tali temali diantara dinding-dinding kemudian mereka bergelantungan dengan tali-tali tersebut.”_ (Lathaiful Ma’arif: 316 cet. Dar Ibni Katsir, Beirut) Demikian berlanjut ke generasi berikutnya yaitu zaman tabi’in, meski tidak sebanyak di zaman Umar. Mereka membaca surat al-Baqarah sempurna dalam delapan rakaat. J

Andaikan Ini Ramadhan Terakhirku...

Wahai Saudaraku... Yang telah menghabiskan usia tanpa ketaatan... Yang kebiasaannya penundaan dan pelalaian... Ramadhan telah hadir padamu... Kenapa masih juga lalai dan santai...? Apakah sudah yakin diampuni semua dosa...? Bergegaslah untuk meraih kesempatan... Kumpulkan banyak bekal untuk akhirat... Lelahkan diri dalam berbagai amal shalih... Abdurrahman bin Mahdi رحمه الله berkata : "Aku tidak pernah bergaul dengan orang yang lebih perasa dari Sufyan ats-Tsauri. Aku pantau dia dari satu malam ke malam yang lain. Ternyata, ia hanya tidur di permulaan malam, lalu bangun dalam keadaan cemas dan gemetar, sambil berkata : "Neraka, Neraka. Ingat Neraka membuatku tidak bisa tidur dan lupa syahwat...!" Setelah itu, ia berwudhu dan berdo'a : "Ya Allah, Engkau tahu segala kebutuhanku dan aku hanya meminta-Mu membebaskanku dari Neraka...! Wahai Tuhanku... kecemasan membuatku menjadi orang perasa dan itu salah satu nikmat yang Engkau berikan

MANFAAT RASA LAPAR

  _Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah, dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah,_ “Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.” _Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata,_ “Siapa yang menjaga perutnya, dia bisa menjaga agamanya. Siapa yang bisa menguasai rasa laparnya, dia akan menguasai akhlak yang terpuji. Sungguh, kemaksiatan akan jauh dari orang yang lapar, dekat dengan orang yang kenyang. Rasa kenyang akan mematikan hati. Akan muncul pula darinya rasa senang, sombong dan tawa.” _Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah berkata,_ “Jika jiwa merasakan lapar dan dahaga, kalbu akan bersih dan lembut. Jika jiwa merasakan kenyang dan puas minum, kalbu menjadi buta.” _Imam Syafi’i rahimahullah berkata,_ "Rasa kenyang akan memberati badan, menghilangkan kewaspadaan, mendatangkan rasa kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari beribadah.&

Membidik Surga Di Bulan Puasa

  Saudaraku, Malaikat Jibril ‘alaihis salam pernah menegaskan tiga hal. Ketiganya merupakan keburukan, dan malaikat Jibril mendoakan kebinasaan -kecelakaan- kepada ketiga pelakunya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamininya: PERTAMA: Seorang yang tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika nama beliau disebut di sisinya. KEDUA: Seorang yang sempat mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, namun kesempatan emas itu tidak menyebabkan dirinya masuk surga. KETIGA: Seorang yang berkesempatan berjumpa dengan bulan Ramadan namun momen istimewa tersebut tidak menjadikan dosanya diampuni oleh Allah ta’ala. (Hadis sahih riwayat Ibnu Hibban) Oleh karena itu, jika kita tidak ingin didoakan keburukan oleh Malaikat Jibril ‘alaihis salam yang diamini oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hendaknya kita memperhatikan tiga hal berikut: PERTAMA: Memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bula