Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November 29, 2023

PELUNASAN DOSA

  Tatkala kita mengetahui besarnya jumlah utang kita, dan kita mengetahui pula bahwa jumlah aset kita tidak cukup untuk melunasinya. Bahkan kalau kita mempekerjakan diri kita dan keluarga kita untuk menebus hutang maka kita tergolong orang yang bangkrut, pailit. Sekarang coba bayangkan, dalam setiap harinya, berapa banyak dosa yang kita lakukan kita tidak pernah menghitungnya. Kalau amal kebajikan insyaAllah dihitung. Sebagian tidak merasa berbuat dosa, karena memang ia tidak mengetahui mana yang dosa dan mana yang bukan. Lepas dari semua itu, Allah, ar Rahman ar Rahim, Yang Maha mengetahui dengan segala kekurangan hambanya, telah membuat suatu sistem pelunasan dosa yang sangat indah. Yaitu, dengan menurunkan berbagai macam MUSIBAH. مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى - حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا - إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ “Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus)

PERBAIKI CARA PANDANG

      Sobat Muslim...   Keliru dalam cara memandang sesuatu, akan menjadikan kita salah dalam melangkah.   A. Dunia Ke Bawah.   Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,   إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ   “Apabila seseorang dari kalian melihat orang yang dilebihkan dalam harta dan bentuk tubuh,   Maka hendaklah ia memandang orang yang berada di bawahnya…” (HR. Bukhari: 6490)   Dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya,   اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ   “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam harta dan dunia) dan janganlah engkau melihat orang yang berada di atasmu.   Demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu…” (HR. al-Bukhari: 6490, Muslim: 2963)   B. Akhirat Ke Atas.   Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

PADA SETIAP UJIAN AKAN SELALU ADA KEBAIKAN

  Allah Ta'ala berfirman: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“ (Al-Anbiya’ :35). Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa kesempitan dan musibah. Bisa berupa sehat maupuan kondisi sakit, bisa  berupa kekayaan maupun kemiskinan. Seorang mukmin akan menghadapi ujian dalam dua keadaan : kondisi susah dan kondisi senang. Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu  dalam sebuah hadits dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ !! لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ شَيْئًا إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya“ (H.R Ahmad). Dalam sebuah hadits dari Suhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersa

2 Nikmat yang Sering Dilalaikan

Anda Sehat? Alhamdulillah... Bersyukurlah, krn tidak sedikit saudara kita yg blm bisa menikmati nikmat sehat tsb, silahkan tengok di rumah sakit, betapa byk saudara kita yg terbaring sakit... Maka nikmatilah nikmat sehat tsb, jgn dilalaikan. Isilah dgn kebaikan dan ketaatan kpd Allah. Anda sdg Senggang? Alhamdulillah.... dan bersyukurlah... Tidak sedikit saudara kita yg disibukkan dgn kerjanya. Bahkan di saat hujan deras sekalipun, tidak sedikit yg mendorong gerobak bakso, mie ayam. Tidak sedikit yg mengayuh gerobak rotinya di tengah hujan deras. Maka nikmatilah nikmat senggang tsb, jgn dilalaikan. Isilah dgn kebaikan dan ketaatan kpd Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ ”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas) Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya jug

SAYYIDUL ISTIGHFAR

Istighfar yang paling sempurna adalah penghulu istighfar (sayyidul istighfar) sebagaimana yang terdapat dalam shahih Al Bukhari dari Syaddad bin Ausradhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,“Penghulu istighfar adalah apabila engkau mengucapkan, اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU. ABUUU LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUUU  BIDZANBI FAGHFIRLI. FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ-DZUNUUBA ILLA ANTA Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanj

UCAPAN LIDAH JUGA AKAN DIHISAB

Apa yang diucapkan oleh lidah juga dihisab oleh Allah sebagaimana amalan, lantas kenapa kita begitu berhati-hati dalam beramal namun tidak berhati-hati dalam berucap ? ⁉ Bukankah lidah lebih cepat beraktifitas dibandingkan amalan ? dalam satu menit terlalu banyak kata yang bisa dilontarkan oleh lidah, sedangkan amalan terbatas ruang geraknya. ⁉ Bukankah lidah bisa menyakiti orang yang sedang hidup maupun yang telah lama meninggal dunia bahkan para ulama (dengan menggibah mereka) ?, adapun amalan hanya bisa menyakiti orang yang masih hidup ? ⁉ Bukankah lidah bisa menyakiti orang yang tidak dihadapannya bahkan berada di tempat yang jauh di ujung dunia, sementara amalan hanya bisa menyakiti orang yang dihadapannya ? ⁉ Bukankah lisan merupakan salah satu sebab terbesar yang menjerumuskan orang dalam api neraka ? ☑⁉ Lantas kenapa kita bisa berpikir dan berhati-hati tatkala bertindak sementara tidak berfikir dan berhati-hati dalam berucap ?

HASFAH BINTI UMAR : PEMILIK MUSHAF PERTAMA & PENJAGA ALQURAN

 Ia bernama Hasfah binti Umar bin Khattab, seorang shahabiyah yang agung. Melalui dia Allah memuliakan Islam. Ia masih muda, rupawan, taqwa dan mendapat banyak perhatian dari kaum laki-laki. Hasfah menikah dengan seorang shahabat yang agung yaitu Hunais bin Hudzaifah bin Qais As-Sahmy Al-Quraisy. Seorang shahabat yang telah berhijrah 2 kali dan telah mengikuti perang Badar dan Uhud. Dia wafat di Negeri Hijrah setelah mendapat musibah perang Uhud, dan meninggalkan seorang janda yang masih muda lagi bertaqwa yaitu Hasfah. Ketika itu Hasfah baru berusia 18 tahun. Sungguh sesak dada Umar melihat puterinya yang menjanda dalam usia semuda itu. Setelah melakukan perenungan yang panjang, akhirnya Umar berusaha mengembalikan sebagian kerinduan Hafshah kepada seorang suami yang telah sirna 6 bulan atau lebih. Pertama pilihannya jatuh pada Abu Bakar ra., manusia yang paling dicintai Rasul ﷺ kemudian Umar pergi menemui Abu bakar dan betapa sedih hati Umar karena tidak mendapat jawaban dari Ash-Shi

PELUNASAN DOSA

Tatkala kita mengetahui besarnya jumlah utang kita, dan kita mengetahui pula bahwa jumlah aset kita tidak cukup untuk melunasinya. Bahkan kalau kita mempekerjakan diri kita dan keluarga kita untuk menebus hutang maka kita tergolong orang yang bangkrut, pailit. Sekarang coba bayangkan, dalam setiap harinya, berapa banyak dosa yang kita lakukan kita tidak pernah menghitungnya. Kalau amal kebajikan insyaAllah dihitung. Sebagian tidak merasa berbuat dosa, karena memang ia tidak mengetahui mana yang dosa dan mana yang bukan. Lepas dari semua itu, Allah, ar Rahman ar Rahim, Yang Maha mengetahui dengan segala kekurangan hambanya, telah membuat suatu sistem pelunasan dosa yang sangat indah. Yaitu, dengan menurunkan berbagai macam MUSIBAH. مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى - حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا - إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ “Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus),