Allah Swt berfirman, وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ Artinya: “D an terhadap nikmat Tuhanmu, m aka hendaklah kamu siarkan. ” (QS. Adh Dhuhâ [93]: 11). Kunci terakhir yang harus kita lakukan supaya amal kebaikan kita disyukuri oleh Allah Swt adalah dengan melakukan Tahaduts bi ni’mah atau membicarakan, mengungkapkan nikmat Allah Swt yang diberikan kepada kita. Sikap ini termasuk sikap syukur terhadap nikmat Allah Swt. Sikap ini bukanlah sikap Riya`. Lantas bagaimana perbedaan sikap menyampaikan nikmat Allah ini dengan sikap Riya`? Syukur itu ketika pengungkapan nikmat Allah Swt dimaksudkan supaya Allah Swt dipuji. Sedangkan Riya` adalah sikap mengungkap kenikmatan yang dimaksudkan supaya diri yang dipuji. Simak contoh ucapan di bawah ini. “Alhamdulillahirobbil’alamin. Saya bersyukur kepada Allah yang selalu membangunkan saya setiap malam. Saya tunaikan Tahajud setiap malam. Hampir tidak ada malam yang luput dari Tahajud yang saya lakukan. Saudara bisa lihat sendiri kan,
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ