Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus 28, 2025

apabila ada kesalahan

Imam Malik pernah menegaskan "tidak ada seorang pun perkataannya yang dapat diambil seluruhnya dan ditolak seluruhnya kecuali penghuni kubur ini (sambil menunjuk makam Nabi Saw) ” Ini artinya, ulama mengajarkan kepada kita untuk bersikap objektif, bukan fanatik. Menghormati ulama itu wajib, tapi menutup mata dari kesalahan mereka bukanlah adab, melainkan kedunguan dengan dalih mahabbah. Jadi, adab yang benar justru lahir dari ilmu. Kita hormati ulama, kita cintai mereka, tapi kita tetap ukur semua dengan timbangan syariat. Sebab, kebenaran itu tinggi dan tidak bergantung pada siapa yang mengucapkannya. Fanatisme buta hanyalah jerat yang membuat umat jumud, sementara objektif adalah tanda kejujuran ilmu dan kematangan iman. Jangan sampai gelar muhibbin hanya berhenti pada romantisme, tapi tidak mewarisi kejujuran sikap mereka dalam mengutamakan kebenaran.

pengemudi ojol

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Affan Kurniawan, pengemudi ojol, tulang punggung 7 anggota keluarganya, wafat setelah dilindas kendaraan taktis Brimob. Hidup sederhana di kontrakan sempit 3x11 meter, tapi semangat juangnya begitu luas: menafkahi orang tua, adik, dan keluarganya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Affan sudah mengajarkan arti sabda itu dengan pengorbanannya. Doa terbaik untuk Affan. Semoga Allah lapangkan kuburnya, angkat derajatnya, dan jadikan perjuangannya sebagai cahaya untuk keluarganya.

dibangkitkan tawakal

Dalam ilmu tawakkul, ekspektasi duniawi yang tidak tercapai bukan selalu tanda kegagalan, melainkan momen untuk memurnikan tauhid dan memperbarui orientasi hati kepada rabbul ‘alamin. Syaikh Ibn ‘Athaillah dalam Al-Hikam menulis "istirahatkan dirimu dari mengatur (kehendakmu), karena apa yang telah diatur untukmu oleh selainmu tidak akan diatur olehmu." Artinya, ketika ekspektasi kita dijatuhkan, itu adalah mekanisme ilahi untuk mengembalikan kita pada sumber kekuatan hakiki: tawakal. Ekspektasi sering kali dibangun dari asumsi personal yang tak utuh memahami realitas kehidupan, sedangkan tawakal dibangun dari pengakuan bahwa manusia hanya mampu berikhtiar, dan Allah-lah yang menentukan hasilnya. Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga pernah berkata "aku tidak peduli dalam keadaan apapun aku berada, apakah aku senang atau susah, karena aku tidak tahu mana yang lebih baik bagiku.” Jadi, ketika kita ‘dijatuhkan ekspektasi’, sebenarnya kita sedang di...

hanya cemilan

 Ilmu yang kita dapat dari media sosial itu ibarat camilan — mengenyangkan sebentar tapi cepat habis dan tak jarang banyak gizinya hilang. Ilmu dari buku memang lebih baik, tapi seringkali hanya seperti makanan instan — praktis, tetapi tak selalu lengkap nutrisinya. Adapun ilmu yang diambil dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ, itulah makanan pokok yang benar-benar menghidupi hati dan akal. Imam Malik رحمه الله pernah berkata: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم" "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian." Belajar langsung kepada guru bukan hanya soal mendapatkan materi pelajaran, tapi juga warisan adab, pemahaman kontekstual, dan keberkahan sanad. Rasulullah ﷺ bersabda: "إنما العلم بالتعلم" (رواه البخاري في الأدب المفرد) "Sesungguhnya ilmu itu hanya didapat dengan belajar (secara langsung)." Ilmu yang bergizi adalah yang memberi kekuatan im...

Kalimat sederhana

 Kalimat sederhana dari Guru Zuhdi ini sejatinya mengajarkan tauhid rububiyyah, bahwa Allah-lah yang mengatur setiap jatah rezeki hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...” (QS. Hūd: 6) Pesan ini juga menepis budaya resah, iri, dan curiga pada sesama. Karena dalam pandangan iman, rezeki tidak pernah tertukar. Yang ditetapkan Allah untukmu tidak akan mungkin jatuh ke tangan orang lain, dan yang bukan bagianmu tidak akan bisa engkau genggam, sekalipun engkau kejar mati-matian. Imam Ghazali menegaskan, hakikat tawakkal adalah keyakinan bahwa apa yang telah dijamin Allah tidak akan luput, sementara apa yang belum ditentukan tidak akan datang hanya karena ambisi. Maka apa gunanya menggerogoti hati dengan hasad, saling menjatuhkan, atau mencurangi orang lain? Bukankah semua itu justru tanda ketidakpercayaan pada jaminan Allah? Justru, yang perlu kita khawatirkan bukanlah "kurangnya rezeki", melai...

𝐊𝐄𝐓𝐀𝐌𝐏𝐀𝐍𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐆𝐈𝐍𝐃𝐀 𝐍𝐀𝐁𝐈 ﷺ

Kesempurnaan serta ketampanan wajah Sayyiduna Muhammad ﷺ diperincikan oleh para Sahabat رضوان الله عليهم أجمعين dengan pelbagai sifat yang menunjukkan keagungan Baginda ﷺ. Mengagumkan setiap mata yang melihat, tidak mengira jantina,umur, mahupun kawan ataupun musuh. Kata Sayyiduna Ali Bin Abi Talib r.a: “Sesiapa yang melihat Baginda (buat kali pertama) pasti akan tertunduk kerana kehebatan Baginda ﷺ, sedangkan sesiapa yang telah terbiasa bergaul dengan Baginda akan jatuh cinta.” (HR Tirmidzi) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

PELUH RASULULLAH ﷺ DAN KEHARUMANNYA

Pada suatu ketika, Ummu Sulaim r.anha ditanya Rasulullah ﷺ tentang sebotol air yang disimpannya. Beliau menjawab bahawa itu adalah peluh Baginda ﷺ untuk mengambil keberkatan darinya dan menjadikannya wangi-wangian kerana tersangat harum. Pernah juga Rasulullah bersalaman dengan para sahabat lalu mereka mendapati berkas tangan itu masih harum sehingga ke petang. Dan sekiranya Baginda ﷺ mengucup ubun-ubun anak kecil nescaya diketahui bahawa anak tersebut telah disentuh Baginda ﷺ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Rpp 1 lembar kelas 1 SD