Imam Malik pernah menegaskan "tidak ada seorang pun perkataannya yang dapat diambil seluruhnya dan ditolak seluruhnya kecuali penghuni kubur ini (sambil menunjuk makam Nabi Saw) ” Ini artinya, ulama mengajarkan kepada kita untuk bersikap objektif, bukan fanatik. Menghormati ulama itu wajib, tapi menutup mata dari kesalahan mereka bukanlah adab, melainkan kedunguan dengan dalih mahabbah. Jadi, adab yang benar justru lahir dari ilmu. Kita hormati ulama, kita cintai mereka, tapi kita tetap ukur semua dengan timbangan syariat. Sebab, kebenaran itu tinggi dan tidak bergantung pada siapa yang mengucapkannya. Fanatisme buta hanyalah jerat yang membuat umat jumud, sementara objektif adalah tanda kejujuran ilmu dan kematangan iman. Jangan sampai gelar muhibbin hanya berhenti pada romantisme, tapi tidak mewarisi kejujuran sikap mereka dalam mengutamakan kebenaran.
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ