Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 27, 2019

IBU, AJARI AKU MEMILIH JODOH"

Anak : Ibu, ajari aku bagaimana cara untuk memilih calon pendamping hidup. Karena aku tak mau salah memilih." I b u : Anakku , dengarlah. Engkau jangan memilih lelaki hanya karena tampannya. Karena kelak engkau akan kecewa ketika ketampanan itu telah memudar. Jangan pula engkau memilih lelaki yang kaya raya. Karena kelak engkau akan menyesalinya ketika engkau mulai tak dianggap karena kemiskinanmu. Jangan pula engkau memilih lelaki yang banyak dikagumi wanita. Kelak engkau akan kecewa begitu ia berpaling darimu dan memilih yang lain." Anak : Lalu aku harus memilih karena apanya Bu?" I b u : Pilihlah ia karena Agamanya. Pilihlah ia karena akhlaknya. Dan pilihlah ia yang mau menerima kekuranganmu. Bukan karena kelebihan yang ada padamu." Anak : Terus aku harus berusaha bagaimana untuk mendapatkan pendamping yang demikian Bu?" I b u : Teguhkan keimananmu. Perbaikilah akhlakmu. Tuluskan niatmu semata-mata karena Allah. Lalu jika hari itu telah tiba, terim

MELANGKAHLAH SEKARANG JUGA

Hidup tidak bisa selalu dipandang menurut perspektif kita sendiri. Dalam hidup, kita juga harus mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Dan itu, seringkali kita lupakan. Seringkali pula dampak yang kita dapat tidak sesepele yang kita bayangkan. Dalam kehidupan, kita disuguhi berbagai macam pilihan. Karena hidup memang tentang pilihan, komitmen. Ingatlah, semenjak awal kita diciptakan, kita telah berkomitmen dengan Allah bahwa kita memilih, mengakui, dan bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kita, tiada sekutu baginya. أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ    “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”.