Hidup tidak bisa selalu dipandang menurut perspektif kita sendiri. Dalam hidup, kita juga harus mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Dan itu, seringkali kita lupakan. Seringkali pula dampak yang kita dapat tidak sesepele yang kita bayangkan.
Dalam kehidupan, kita disuguhi berbagai macam pilihan. Karena hidup memang tentang pilihan, komitmen. Ingatlah, semenjak awal kita diciptakan, kita telah berkomitmen dengan Allah bahwa kita memilih, mengakui, dan bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kita, tiada sekutu baginya.
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ
تَقُولُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
Masih ingat pernah ditanya begini? Lupa ya? :-)
Namun, kesalahan dalam memilih, memang kekhilafan seorang manusia. Tidak mungkin dalam hidup tidak pernah ada sebuah kesalahan. Karena kita hidup, kita belajar.
Membuat suatu kesalahan, pasti memberikan efek. Entah itu dalam kehidupan sosial kita, maupun kehidupan pribadi kita. Keduanya sama-sama "sakit" ya kan? Dalam kehidupan pribadi, tentu ada hal-hal yang rusak, hilang, atau malah muncul hal-hal yang merugikan, yang tidak pernah kita inginkan keberadaannya di kehidupan kita. Tetapi, dampak pada kehidupan sosial agaknya lebih rumit, lebih panjang, tepatnya "sakit"nya lebih di sini.
"Pengertian", "Kemakluman", itu yang sangat kita butuhkan dari mereka. Andai saja kita bisa mengungkapkan panjang lebar tentang mengapa kita bisa membuat kesalahan itu, dengan mimik menyentuh, dengan asa yang sambung-putus agar mereka maklum, itu semua belum tentu berhasil. Dan ini jauh lebih "sakit"
Tetapi, inilah yang kita butuhkan. Suatu cambukan, suatu pelajaran. Dengan ini kita tahu, apa salah kita. Dengan ini kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, insya Allah. Maka, bangkitlah, bukan malah terpuruk, tenggelam dalam rasa "sakit" yang sebenarnya adalah pikiran dan perasaan semu kita sendiri saja. Hapus semua itu.
Namun, takut salah jangan membuat kita menjadi takut memilih dan berkomitmen. Karena benar dan salah memang menjadi bagian dari hasil komitmen kita tersebut. Tidak ada kesalahan yang mutlak, begitu pula, tidak ada kebenaran yang mutlak. Dengan kepala tegak, ucapkan asma Allah setiap akan bertindak, mintalah petunjuk dan ridha-Nya, dan MELANGKAHLAH SEKARANG JUGA! :D
Jhفَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ، إِنَّ اللهَ يُحِبُّ آلـمُتَوَكِّلِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar