Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 2, 2019

Dulu adalah saat yang tepat untuk bertingkah

Dulu adalah saat yang tepat untuk bertingkah sesuka hati, berangkat dari rumah tanpa ragu, mencari teman dan tempat bermain sesuka hati, berlarian kesana kemari, dan kembali dengan rengekan serta luka disudut-sudut tubuh. Dulu adalah saat yang tepat untuk menangis dan mengerutkan dahi didepan semua orang, memohon akan hal yang sangatlah berharga bagi kita, entah itu sekedar mainan sementara atau makanan tak mengenyangkan lainnya, yang jelas itu adalah hal yang terlalu sepele untuk orang yang lebih tinggi dari kita. Bekas luka dibadan yang tercipta saat kita masih kecil mungkin ada beberapa yang belum sempat hilang termakan waktu. Tapi itulah kenangan, yang sekarang, kita hanya sanggup mengenang, atau bahkan menangisi disetiap riang dan sendunya kehidupan di masa kecil kita, di kota dan rumah kecil yang selalu menjadi tempat awal dan terakhir kita berteduh. Kenanglah semua itu selagi kau sempat, agar nantinya, bisa kau ceritakan kepada seseorang, yang akan menemanimu meme

Kita perlu memiliki hati yang cukup

“Kita perlu memiliki hati yang cukup berani untuk melepaskan apa-apa yang tidak perlu digenggam, lalu beranjak, dan merapikan ruang.” Dalam setiap perjalanan berkendara, kita selalu diminta untuk hanya membawa beban seadanya: tidak perlu semua dibawa, yang penting cukup dan sesuai kebutuhan. Beban yang memberatkan karena melampaui batas kapasitas biasanya akan diminta untuk dikurangi, ditinggal, atau dikeluarkan. Sebab, jika tidak, semua hanya akan memenuhi ruang, memberatkan perjalanan, mengurangi kecepatan, atau malah membuat moda-moda yang ada tidak dapat berjalan. Hal yang sama terjadi pula dalam setiap perjalanan kehidupan. Pergerakan dalam perjalanan kita akan banyak terhambat jika ruang di hati dan pikir kita berisi terlalu banyak beban. Beban itu, pada akhirnya bisa mewujud sebagai apa saja: keinginan yang berlebihan, ego dan ambisi yang sulit dikendalikan, luka dan rasa sakit yang dipertahankan, protes tak berkesudahan terhadap setiap ketetapan, atau bahkan perasa

Betapa Indahnya pernikahan

Bagaimana mungkin tidak disebut indah ketika urusannya adalah berpindahnya surga seseorang kepada orang lain yang tidak pernah punya andil dalam merawat dan membesarkannya. Orang tuanya telah menyerahkan putrinya kepadamu sepenuhnya. Padahal kau tidak pernah turut andil dalam melahirkannya ke dunia ini. Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah diatas kelemahannya mengandung istrimu itu. Padahal kau tidak pernah turut dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Kau juga tidak pernah merasakan suka duka dalam membesarkan perempuan yang sekarang menjadi istrimu. Tatkala dia sakit, menangis, bersedih, berduka, kau tak pernah hadir pada hari hari itu. Kemudian kau datang untuk meminangnya, momen itu adalah peristiwa yang cukup berat bagi orangtuanya. Anak yang dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang akan dilepas dari dekapan mereka, dikeluarkan dari istana mereka. Diserahkan kepadamu, yang merekapun tak dapat memastikan bagaimana kelak hidupnya bersamamu. Namun karena p