“Kita perlu memiliki hati yang cukup berani untuk melepaskan apa-apa yang tidak perlu digenggam, lalu beranjak, dan merapikan ruang.”
Dalam setiap perjalanan berkendara, kita selalu diminta untuk hanya membawa beban seadanya: tidak perlu semua dibawa, yang penting cukup dan sesuai kebutuhan. Beban yang memberatkan karena melampaui batas kapasitas biasanya akan diminta untuk dikurangi, ditinggal, atau dikeluarkan. Sebab, jika tidak, semua hanya akan memenuhi ruang, memberatkan perjalanan, mengurangi kecepatan, atau malah membuat moda-moda yang ada tidak dapat berjalan.
Hal yang sama terjadi pula dalam setiap perjalanan kehidupan. Pergerakan dalam perjalanan kita akan banyak terhambat jika ruang di hati dan pikir kita berisi terlalu banyak beban. Beban itu, pada akhirnya bisa mewujud sebagai apa saja: keinginan yang berlebihan, ego dan ambisi yang sulit dikendalikan, luka dan rasa sakit yang dipertahankan, protes tak berkesudahan terhadap setiap ketetapan, atau bahkan perasaan-perasaan yang tidak jelas muaranya, tidak jelas bagaimana ia perlu diperlakukan.
Padahal, ibarat sedang merapikan ruang, kita perlu untuk terlebih dahulu mengeluarkan semua barang yang ada untuk kemudian memasukkannya kembali satu per satu, sesuai dengan kebutuhan. Lantas, bagaimana selebihnya dengan yang tidak dibutuhkan? Buang, tinggalkan, lalu lupakan, sebab jika dipertahankan, semua hanya akan mengaburkan jarak pandang, menghalangi sirkulasi udara, dan membuat berantakan.
Saat hati kita bergemuruh hebat, pundak kita seolah tertunggangi banyak hal berat, dan tidur-tidur malam kita terbangun karena banyak hal rumit yang berkelebat, saat itu ruang hati dan pikir kita ini boleh jadi sedang berisi terlalu banyak beban yang semestinya tidak ada dan tidak memberatkan. Maka, tak salah lagi kita perlu merapikan ruang. Bagaimana bisa? Bagaimana kita akan memulainya?
Lepaskan semua yang tak layak digenggam, ikhlaskan semua yang diinginkan tapi tak berakhir di genggaman, singkirkan semua yang mengganggu dan menggoyahkan pertahanan, tinggalkan segala yang tidak mengindikasikan apa-apa tentang penjelasan yang diharapkan, lalu berserahlah atas segala ketetapan.
Dengan begitu, semoga hati dan pikir kita akan lebih leluasa dan lapang dalam menerima setiap kebaikan di depan.
Ayo kita merapikan ruang, lalu katakan, “Memergikan segala yang pernah ada di hati dan relung pikir itu berat, tapi maaf, aku sedang merapikan ruang. Silahkan beranjak, pulang, dan izinkan aku merapikan ruang.”
Makasih ka
BalasHapusYa Alloh
BalasHapusIn syaa Allah..
BalasHapusBismillah dengan perlahan semoga Allah ta'ala membantu dlm usahaku merapihkan ruang hatiku yg benar2 terkoyak Dan hancur....jazakallahu khoyron pak Ustadz
BalasHapus