Kalimat sederhana dari Guru Zuhdi ini sejatinya mengajarkan tauhid rububiyyah, bahwa Allah-lah yang mengatur setiap jatah rezeki hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...” (QS. Hūd: 6) Pesan ini juga menepis budaya resah, iri, dan curiga pada sesama. Karena dalam pandangan iman, rezeki tidak pernah tertukar. Yang ditetapkan Allah untukmu tidak akan mungkin jatuh ke tangan orang lain, dan yang bukan bagianmu tidak akan bisa engkau genggam, sekalipun engkau kejar mati-matian. Imam Ghazali menegaskan, hakikat tawakkal adalah keyakinan bahwa apa yang telah dijamin Allah tidak akan luput, sementara apa yang belum ditentukan tidak akan datang hanya karena ambisi. Maka apa gunanya menggerogoti hati dengan hasad, saling menjatuhkan, atau mencurangi orang lain? Bukankah semua itu justru tanda ketidakpercayaan pada jaminan Allah? Justru, yang perlu kita khawatirkan bukanlah "kurangnya rezeki...
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ