Langsung ke konten utama

Membidik Surga Di Bulan Puasa


 





Saudaraku, Malaikat Jibril ‘alaihis salam pernah menegaskan tiga hal. Ketiganya merupakan keburukan, dan malaikat Jibril mendoakan kebinasaan -kecelakaan- kepada ketiga pelakunya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamininya:
PERTAMA: Seorang yang tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika nama beliau disebut di sisinya.
KEDUA: Seorang yang sempat mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, namun kesempatan emas itu tidak menyebabkan dirinya masuk surga.
KETIGA: Seorang yang berkesempatan berjumpa dengan bulan Ramadan namun momen istimewa tersebut tidak menjadikan dosanya diampuni oleh Allah ta’ala. (Hadis sahih riwayat Ibnu Hibban)
Oleh karena itu, jika kita tidak ingin didoakan keburukan oleh Malaikat Jibril ‘alaihis salam yang diamini oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hendaknya kita memperhatikan tiga hal berikut:
PERTAMA: Memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan, khususnya di hari Jum’at, dan berusaha untuk selalu bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut di hadapan kita.
KEDUA: Berbakti kepada kedua orang tua, khususnya di bulan Ramadan, demikian pula di bulan-bulan lainnya.
KETIGA: Manfaatkanlah bulan Ramadan dengan berbagai macam amal saleh, seperti berpuasa, shalat tarawih, memperbanyak tilawah al-quran dan dzikir, bersedekah, umroh, itikaf, berbagi buka puasa, membantu orang lain yang membutuhkan, dan ibadah-ibadah lainnya. Jangan lupa pula untuk meluruskan niat dalam mengerjakannya.
Jika kita perhatian dengan tiga hal di atas, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan membalas diri kita dengan surga. Semoga Allah memberikan taufik dan kemudahan. Aamiin.
Sumber:
https://www.sulhan.net/membidik-surga-di-bulan-puasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia