Langsung ke konten utama

Berlindung dari Kesyirikan

ONE DAY ONE HADIST
Rabu, 9 Januari 2019 / 3 Jumadal ula 1440

معقل بن يسار يقول : انطلقت مع أبي بكر الصديق رضي الله عنه إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال يا أبا بكر للشرك فيكم أخفى من دبيب النمل فقال أبو بكر وهل الشرك إلا من جعل مع الله الها آخر قال النبي صلى الله عليه و سلم والذي نفسي بيده للشرك أخفى من دبيب النمل ألا أدلك على شيء إذا قلته ذهب عنك قليله وكثيره قال قل اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم وأستغفرك لما لا أعلم

Artinya: “Ma’qil bin Yasar beliau pernah bertutur; suatu ketika aku dan Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu beranjak pergi menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka beliau bersabda; ‘Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah semut’, Abu Bakr lalu bertanya; ‘bukankah kesyirikan itu tidak ada kecuali hanya pada yang menjadikan bersama Allah sesembahan lain?’, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; ‘demi jiwaku yang berada dalam tangannya, kesyirikan itu lebih samar dari langkah semut’. Perhatikanlah apakah kalian mau aku tunjukkan kepadamu atas satu ucapan yang apabila kamu mengucapkannya akan menghilangkan darimu sedikit dan banyaknya Syirik? Beliau melanjutkan sabdanya; ucapkanlah; ‘Ya Allah aku berlindung denganmu dari mempersekutukanmu sedangkan aku mengetahuinya dan aku memohon ampunanmu dari apa apa yang aku tidak mengetahuinya'”. [Hr. Bukhari dalam Adabul Mufrad dan dinilai Shahih oleh Al-Albany]

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1- Hal ini membuat kita mesti khawatir pada kesyirikan. Tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang jahil bahwasanya kesyirikan tidak mungkin terjadi pada umat ini. Jika mereka merasa aman dari syirik, tidak khawatir sama sekali, maka merekalah yang biasa terjerumus dalam kesyirikan.
2- Sebagai contoh, walau merupakan syirik kecil yang namanya syirik tetap dosa besar.
Sum’ah (ingin selalu eksis menjadi bahan pembicaraan) dan riya’ (pamer) adalah perilaku buruk tercela yang bersumber dari dalam hati, keduanya terhitung masih satu rumpun, perbedaannya tidaklah begitu jauh. Jika riya’ adalah memperlihatkan ibadah dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain sehingga mereka memuji si pelaku, maka sum’ah juga demikian, hanya saja acuannya kembali kepada indra pendengaran sedangkan riya’ pada indra penglihatan. 
3- Kesamaran riya’ dan sum’ah hendaknya mendorong kita untuk bersikap lebih waspada dan berhati-hati, disamping juga kita tidak boleh lalai berdoa kepada Allah – dengan doa yang diajarkan Nabi kepada Abu Bakr seperti dalam hadits di atas – agar dijauhi dari riya’ dan sum’ah dalam segala bentuk aktivitas ibadah yang kita lakukan, sebab di antara syarat diterimanya amal adalah keikhlasan.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita iman dan selamat dari kesyirikan, serta khawatir terjerumus di dalamnya.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1- Nabi Ibrahim yang mulia masih khawatir terjerumus dalam syirik. Lantas apakah kita yang sebagai manusia biasa pantas merasa aman dari kesyirikan?

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala (shonam).” (QS. Ibrahim: 35).

2- Orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka adalah orang-orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah di dunia dan akhirat.

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 82)Lr

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia