Langsung ke konten utama

*Bahasa Cinta Allah Untuk Seorang Hamba*


  Menurut Imam Al-Ghazali, telah diriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa Allah SWT memberi wahyu kepada salah seorang shidiqqin sebagai berikut:

  “Aku mempunyai hamba-hamba yang mencintai-Ku. Aku juga mencintai mereka. Mereka merindukan-Ku. Aku pun merindukan mereka. Mereka mengingat-Ku. Aku pun mengingat mereka. Mereka memandangi-Ku. Aku pun memandangi mereka. Jika kamu mengikuti jejak mereka, maka Aku pun mencintaimu. Namun, jika kamu berpaling dari mereka, maka Aku akan membencimu.”

  Dia bertanya, “Wahai Tuhanku! Apakah tanda-tanda mereka?”

  Dia berfirman, “Mereka menjaga keluhuran di siang hari seperti penggembala menjaga dombanya dengan mata awas senantiasa. Mereka merindukan tenggelamnya matahari seperti burung merindukan sarang saat senja menjelang.

  Ketika malam terselubung dalam kegelapan, alas tidur dihamparkan, keluarga lelap dalam keletihan, dan sepasang kekasih berduaan penuh damai, mereka melangkahkan kaki menuju Aku, membentangkan wajah ke arah-Ku, bermunajat dengan firman-firman-Ku, dan bergegas menyambut nikmat-Ku. Antara berteriak dan menangis, antara mengadu dan mengeluh, antara berdiri dan duduk, antara berukuk dan sujud, Aku saksikan sendiri dengan mata-Ku apa yang mereka tanggung demi Aku.

  Aku dengarkan dengan telinga-Ku sendiri apa yang mereka keluhkan demi kecintaan mereka kepada-Ku.

  Ada tiga hal yang pertama-tama Aku berikan pada mereka:

1. Aku lontarkan cahaya-Ku ke relung hati mereka, lalu mereka mengabarkan informasi tentang Aku sebagaimana Aku mengabarkan informasi tentang mereka.

2. Kalau langit dan bumi diperbandingkan dengan mereka, niscaya Aku utamakan mereka dan Aku sepelekan langit dan bumi itu.

3. Aku hadapkan wajah-Ku pada mereka. Ketika Aku hadapkan wajah-Ku pada seseorang, semua tahu apa yang hendak Aku berikan kepadanya!”

Imam Al-Ghazali _dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-Syawq wa al-Uns wa ar-Ridha_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia