Langsung ke konten utama

Postingan

KITA KAH ORANG YANG PALING BAIK ITU…?

 Disaat kita melihat dan mengetahui kesalahan orang lain barangkali kita berkata: iih Kok demikian sih, keterlaluan sekali. Namun ketika kita menyadari telah terjerumus dalam dosa dan kesalahan, betapa sering kita merasa bahwa kesalahan itu kecil & terlalu banyak orang yang kesalahannya jauh lebih besar. Di saat yang sama barangkali kita merasa telah memiliki cadangan pahala dan janji Atau jaminan masuk surga. Sobat! Sadarkah kita bahwa cara berpikir seperti di atas adalah wujud dari kesombongan? Betapa indahnya andai kita berpikir sebaliknya . Ketika kita terjerembab dalam dosa dan kesalahan, kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling banyak dosanya & dan paling sedikit amal ibadahnya. Sedangkan tatkala kita melihat Saudara kita terjerumus dalam dosa, Alangkah indahnya bila kita berusaha berhusnudzon dengan berkata : Aaah bisa jadi ia tidak sadar atau tidak mengetahui bahwa itu adalah dosa. Atau paling kurang kita mengira bahwa ia memiliki banyak persediaan pahala yang cu

Hapuslah Dosamu Sebelum Tidur

  عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ عن النبي ﷺ قال : (من قال حين يأوي إلى فراشه : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهَ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، غُفِرَتْ له ذنوبُه – أو قال : خطاياه ، شكَّ مِسْعَرٌ – وإن كانت مثلَ زَبَدِ البحرِ قال الألباني – رحمه الله تعالى - : حديث صحيح. انظر : [صحيح الترغيب والترهيب جـ 1 رقم 607] و [السلسلة الصحيحة 3414]. أخرجه «ابن حبان في صحيحه» (587/ 3265). Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- dari Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang membaca ketika ia menuju tempat tidurnya, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهَ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ “Tiada sembahan yang haq, selain Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala keraj

MASUK SURGA TANPA HISAB DAN AZAB

Ada 70 ribu Orang Pengikut Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam yang Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Adzab karena Mereka : 1⃣. Tidak Pernah Minta Diobati dengan Kay. 2⃣. Tidak Pernah Minta Diruqyah. 3⃣. Tidak Pernah BerTathoyyur (Menganggap Sial dengan Adanya Sesuatu). 4⃣. Murni KeTawakkalannya Hanya kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Dalam Riwayat yang lain, Nabi Berdoa kepada Allah agar Ditambah Jumlah Umatnya yang Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Adzab. فَاسْتَزَدْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَزَادَنِي مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ سَبْعِينَ أَلْفًا Kemudian aku Meminta Tambah kepada Tuhanku Azza Wa Jalla, maka Dia Menambah pada Setiap Satu orang 70 Ribu (H.R Ahmad, Abu Dawud atThoyalisiy, Abu Ya’la, dinyatakan Sanadnya Jayyid oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, dan Dishahihkan oleh al-Albany karena Banyaknya Jalur Penguat). °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Berbagilah Walaupun yang Mendengarkanmu Hanya Sedikit

Syeikh Abdul Karim Alu Khudheir -hafizhahullah- mengatakan: "Kajian-kajianku dulu hanya dihadiri oleh jumlah yang sangat sedikit, itupun kajiannya sering putus-putus, dan ini merupakan hal yang biasa di masa awal mengajar. Sayangnya banyak dari para penuntut ilmu yang meninggalkan taklim karena sedikitnya jumlah yang hadir. (Tapi itu tidak masalah, karena) orang yang paling pertama mengambil manfaat dari taklim itu adalah pengajarnya. Pernah kukatakan kepada salah seorang dari mereka (yang mengajar): satu orang ini, kamu lebih membutuhkannya daripada kebutuhannya terhadapmu, walaupun kamu harus membayarnya dengan uang (agar dia hadir). Di tahun 1395 H, ketika Syeikh Binbaz sampai di kota Riyadh, kita dulu duduk di majlis beliau, jumlah kami saat itu bisa dipastikan tidak sampai 10 orang, dan keadaan ini berlangsung hingga tahun 1400 H, padahal beliau adalah Syeikh Binbaz. Begitupula Syeikh Ibnu Jibrin, di tahun 1397 H, yang hadir di majlisnya hanya satu orang, kemudian setelah itu

TAK PERLU GALAU, KARENA SEMUA BERJALAN MENURUT TAQDIR-NYA

  Syaikh Ali Mustafa Tanthawi – rahimahullah – mengatakan: "Segala sesuatu berjalan menurut taqdir Allah. Dan Allah telah membagi untuk para hamba kebahagiaannya, kesengsaraannya, rizki dan juga umurnya. Apa yang telah ditakdirkan untukmu maka dia akan datang meskipun engkau lemah dan apa yang ditakdirkan untuk selainmu, maka engkau takkan bisa meraihnya dengan kekuatanmu". Suka duka hidup tak bisa kita terka, semua berjalan menurut taqdir-Nya. Seringkali apa yang menurut kita akan berjalan ke arah yang baik bisa jadi berujung dengan keburukan, dan apa yang pada awalnya kita sangka tidak menyenangkan ternyata akhirnya sangat membahagiakan. Namun ingat.. Tak ada yang tahu pasti ke mana arah taqdirnya, oleh karena itu persembahkan amal terbaik, seperti sabda Rasulullah, "Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang dapat mendatangkan manfaat bagimu dan jangan lemah". Atau sabdanya, "Beramallah.. semua akan dimudahkan menjalani taqdirnya" Sahabat… Terlalu banyak r

LUAR BIASA

  Ajaibnya keadaan seorang mukmin? Bagaimana bisa? Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَه ُ “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999) Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang

PELUNASAN DOSA

  Tatkala kita mengetahui besarnya jumlah utang kita, dan kita mengetahui pula bahwa jumlah aset kita tidak cukup untuk melunasinya. Bahkan kalau kita mempekerjakan diri kita dan keluarga kita untuk menebus hutang maka kita tergolong orang yang bangkrut, pailit. Sekarang coba bayangkan, dalam setiap harinya, berapa banyak dosa yang kita lakukan kita tidak pernah menghitungnya. Kalau amal kebajikan insyaAllah dihitung. Sebagian tidak merasa berbuat dosa, karena memang ia tidak mengetahui mana yang dosa dan mana yang bukan. Lepas dari semua itu, Allah, ar Rahman ar Rahim, Yang Maha mengetahui dengan segala kekurangan hambanya, telah membuat suatu sistem pelunasan dosa yang sangat indah. Yaitu, dengan menurunkan berbagai macam MUSIBAH. مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى - حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا - إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ “Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus)