Langsung ke konten utama

Kisah seorang anak durhaka kepada orang tua yang telah melahirkannya

Anak Lelaki yang Durhaka pada Ibunya

SEBUT saja PD. Pada suatu hari PP menemui ibunya dengan raut wajah geram. Terlihat jelas dari sorot mata dan alisnya yang bertaut. PP berteriak-teriak tepat di wajah ibunya, “Apakah ibu tak menyiapkan makananku?”

Dengan segera ibunya mempersiapkan dan menghidangkan makanan PP. Akan tetapi, tatkala PP melihat makanan yang tidak disukai, bukan memakannya, namun malah ia melemparkannya ke tanah.

PP marah dan berkata dengan nada yang keras, “Sungguh, aku kena musibah dengan wanita yang sudah tua renta, aku tidak tahu, kapan aku bisa berlepas diri tua renta ini.”

Ibunya menangis seraya berkata, “Wahai anakku, takutlah kamu kepada Allah. Tidakkah kamu takut kepada Allah? Tidakkah kamu takut akan murka dan kemarahanNya?”

Mendengar kata-kata ibunya tersebut, maka kemarahan PP pun semakin menjadi. Ia memegang baju ibunya dan mengangkatnya. Dia mengguncang-guncang ibunya dengan kuat seraya menghardik, “Dengar, aku tidak mau dinasihati. Bukan aku yang mesti dibilang harus bertakwa kepada Allah.”

Kemudian PP melempar ibunya yang telah tua renta itu. Ibunyapun jatuh tersungkur. Tangis ibunya bercampur dengan tawa PP yang penuh dengan kepongahan seraya mengatakan, “Ibu pasti akan mendoakan kecelakaan bagiku. Ibu mengira Allah akan mengabulkannya.”

Kemudian PP keluar rumah sambil mengolok-olok ibunya.

Sementara sang ibu, ia berlinangan air mata kesedihan, menangis siang dan malam tiada henti.

Adapun anaknya, dia pergi menaiki mobilnya. Bergembira dan bersuka cita sambil mendengarkan musik yang ia anggap kenyamanan dalam hidupnya. PP melaju dengan mobil yang ramai karena suara musiknya. Dia lupa akan apa yang telah dia perbuat terhadap ibunya yang sejak kecil merawat, membesarkan dengan kasih sayang. Dia meninggalkan ibunya dalam keadaan bersedih hati sendirian, hatinya menelan rasa sakit, mengalami kesedihan yang sangat mendalam.

Tatkala mobilnya melaju di jalan raya dengan kecepatan membabi-buta, tiba-tiba ada seekor hewan berada di tengah jalan. Dia terguncang dan kehilangan keseimbangan. Dia mencoba untuk mengendalikan situasi, akan tetapi tidak ada jalan keluar dari takdir.

Celakalah, mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut terjungkal, merungsuk keluar jalan, tanpa ia sadari, ada potongan besi mobil yang masuk ke dalam perutnya. Namun dia tidak seketika kehilangan nyawanya. Allah SWT menangguhkan kematiannya. Dia berpindah dari operasi satu ke operasi yang lain, hingga akhirnya terbaring di tempat tidur, tidak bisa bergerak sama sekali. (Aqibah Uquq al-Walidain, hal. 69-71.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia