Langsung ke konten utama

Postingan

Menasihati tetapi Tidak Memberi Contoh

Penanaman akhlak mulia atau instalasi akhlak ke dalam pikiran dan perbuatan anak akan gagal dan praktis tidak berpengaruh apabila orangtua hanya bisa menasihati tanpa memberi contoh.  Mustahil anak mau menghindari makanan berbahaya apabila orangtuanya mengonsumsi makanan tersebut. Mustahil anak tergerak untuk shalat, padahal orangtuanya sendiri kerap meninggalkan shalat. Kerapkali hal ini menjadi sesuatu yang tidak disadari para orangtua. Contoh konkret adalah melarang anak-anak untuk merokok. Pada masa kecil dulu ada alasan yang sungguh naif mengapa anak dilarang merokok. Disebutkan bahwa anak-anak belum bisa mencari uang sendiri sehingga mereka dilarang merokok. Alhasil, timbul pemikiran bahwa kelak dewasa, mereka boleh merokok. Kecenderungan lain adalah melarang merokok, tetapi menampakkan aktivitas itu setiap hari kepada anak-anak. Upaya menasihati tanpa memberi contoh adalah sia-sia.  Anak akan meng-copy paste (menjiplak dan meniru) perilaku orang yang paling dikenalny

Keutamaan Pendidikan Akhlak Sejak Dini

udah banyak contoh bagaimana orang tergelincir karena rendahnya akhlak. Meskipun orang tersebut pintar secara intelektual dan lulus dari perguruan tinggi ternama, karier dan kehidupannya hancur karena tidak memiliki akhlak yang baik. Selidik punya selidik, ternyata orang tersebut sejak kecil memang minim mendapatkan pendidikan akhlak. Orangtuanya menginginkan ia meraih prestasi tinggi dalam bidang akademik.  Ia diajari untuk bersaing dan menyombongkan kemenangannya. Ia pun diajarkan untuk pelit terhadap ilmu, mementingkan diri sendiri (cuek), dan bergelimang kemewahan, la benar-benar dicetak menjadi anak supercerdas secara akademik, namun benar-benar rendah secara akhlak. Dengan penemuan Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional (EQ) tersadarlah orang bahwa kunci sukses seorang manusia bukanlah padakecerdasan intelektualnya(IQ), tetapipadakecerdasan emosionalnya (EQ) alias akhlak.  Lalu, siapa yang menafikan bahwa Nabi Muhammad saw menjadi manusia yang paling sukses di du

Keutamaan Akhlak

Apa yang dimaksud dengan akhlak? Akhlak adalah sifat maupun karakter yang apabila mengandung kebaikan disebut akhlak baik atau akhlak mulia.  Adapun yang mengandung keburukan disebut akhlak buruk atau akhlak tercela. Rasulullah saw bersabda: Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik. (HR Ahmad dan Abu Dwaud) Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR Bukhari) Dalam bahasa populer saat ini, akhlak disebut juga dengan kecerdasan emosi (EQ). Lalu, dimensi spiritual yang melatarinya bahwa akhlak mulia adalah bagian dari iman melahirkan apa yang disebut kecerdasan spiritual (SQ).  Sampailah para ahli pun meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah disebabkan (utamanya) oleh kecerdasan intelektual (IQ), melainkan oleh kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Seorang ulama mendefenisikan akhlak sebagai berikut: Sesungguhnya akhlak i

SESUNGGUHNYA PENYAKIT ITU TUMBUH SEJAK DINI

Meori Goleman tentang kecerdasan emosional (EQ) semestinya membuat kita malhum bahwa begitu pentingnya akhlak yang baik sebagai bekal hidup.  Kini dengan membanjirnya informasi, bertambahnya jumlah manusia, serta kompleksitas hidup yang semakin rumit, banyak orang terjangkiti penyakit hati alias memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Lalu, bagaimana hal itu semua dapat diperbaiki? Dalam Islam ada sarana-sarana bagaimana penyakit hati itu bisa ditumpas dan sembuh. Sarana itu di antaranya adalah dengan datangnya hidayah (petunjuk) dari Allah, tobat, dan tawakal.Datangnya hidayah berupa taufik adalah atas izin dan ridha Allah serta kasih sayang-Nya untuk menyelamatkan kita dari kehancuran alibat berakhlak buruk. Tidak semua orang sadar akan hidayah ini. Padahal, Allah Swt telah memperkenankan hidayah tersebut lewat iman dan ilmu. Misalnya, banyak orang yang tahu bahwa shalat itu tiang agama dan sarana berjumpa dengan Allah. Namun, banyak orang yang beralasan belum mendapat

TERNYATA INI TANDA DITERIMANYA AMAL

Pertama, dimudahkan melakukan amal shalih setelahnya. Ada sebuah pepatah arab yang sangat menarik, الحسنة تقول أختي أختي، والمعصية تقول أختي أختي Amal-amal kebajikan menyeru, “Kemarilah saudaraku.. kemarilah.” Dan amalan dosa juga menyeru, ““Kemarilah saudaraku.. kemarilah.” Salah seorang ulama salaf mengatakan, من ثواب الحسنة الحسنة بعدها ، ومن جزاء السيئة السيئة بعدها Diantara ganjaran amal shalih adalah amal shalih setelahnya. Dan diantara ganjaran dosa adalah dosa setelahnya. Saat seorang semakin giat melakukan amal ibadah, setelah melakukan suatu ibadah, itulah diantara tanda amal ibadah sebelumnya diterima. Ibaratnya, pahala akan mengundang sahabatnya dari pahala-pahala yang lain, demikian halnya dosa, yang tidak ditaubati, akan mengundang datangnya sahabatnya dari dosa-dosa yang lain. Ada sebuah hadis yang menjadi dasar ungkapan di atas. Hadis dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَليْكُم بِالصِّدقِ فَإِنَّ الصِّ

Berapa Kali Harus Mengingatkan Anak Untuk Sholat.

Hari hari ini, wabah masih ‘memenjarakan’ kita di rumah. Ada kebaikan yang kita rasakan salah satunya adalah kebersamaan.  Ada juga yang menghabiskan waktu bersama, namun tetap sendiri sendiri dengan internetnya.  Mungkin ada baiknya kita buat renungan ringan tentang anak kita di rumah.  Apa yang telah kita rencanakan seiring usia mereka yang bertambah??? Bukan rencana sekolah yang saya maksud, namun rencana kualitas spiritual anak.  Mari kita lihat cara Nabi mengajarkan cara membuat target kemandirian anak dalam ibadah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. “ Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 1

Disunnahkan memulai memakai sandal dengan kaki kanan

  وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – إِذَا اِنْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيَمِينِ, وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ, وَلْتَكُنْ اَلْيُمْنَى أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ, وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ – Darinya (dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu), ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian memakai sandal, maka hendaklah ia mendahulukan kaki kanan. Sedangkan apabila ia hendak melepaskannya, maka hendaklah ia mendahulukan kaki kiri. Jadikanlah kaki kanan yang pertama kali memakai sandal, dan yang terakhir melepaskannya.” (HR. Bukhari, no. 5856 dan Muslim, no. 2097) [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al-Libas, Bab melepas sandal kiri]   Faedah Hadits   Disunnahkan memulai memakai sandal dengan kaki kanan karena memakai sandal termasuk memuliakan kaki. Karena kaidahnya, mendahulukan yang kanan untuk tujuan takrim (pemuliaan), untuk ziinah (perhiasan), dan untuk na