Langsung ke konten utama

Berapa Kali Harus Mengingatkan Anak Untuk Sholat.




Hari hari ini, wabah masih ‘memenjarakan’ kita di rumah. Ada kebaikan yang kita rasakan salah satunya adalah kebersamaan. 

Ada juga yang menghabiskan waktu bersama, namun tetap sendiri sendiri dengan internetnya. 

Mungkin ada baiknya kita buat renungan ringan tentang anak kita di rumah. 

Apa yang telah kita rencanakan seiring usia mereka yang bertambah??? Bukan rencana sekolah yang saya maksud, namun rencana kualitas spiritual anak. 

Mari kita lihat cara Nabi mengajarkan cara membuat target kemandirian anak dalam ibadah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda

: مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. “

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 187)

Coba perhatikan hadits diatas. Hadits ini dengan jelas mengajarkan membuat target waktu. 

Betul....usia 10 kebaikan itu seharusnya sudaj tumbuh dan menjadi kebiasaannya.

Kita diperintahkan untuk menyuruh sholat dari anak usia 7-10 tahun, atau 3 tahun lamanya untuk memahamkan dan membiasakan. 

Jika dihitung mungkin 5 kali sehari, dikali 30 hari, dikali 12 bulan, dikali 3 th. Atau sekitar 5.400 kali kita harus mengulang mengingatkan dan mengajak anak.

Jika sebanyak itu kita mengulang-ulang tentang sholat, artinya ibadah ini harus sudah menjadi kebiasaan dalam diri anak saat dia berusia 10 tahun. Itu sebabnya kita diperintahkan memukul jika di usia itu belum tumbuh kebiasaan sholat.

Jadi sasaran pendidikan anak sebelum usia 10 tahun adalah selesainya tema Ibadah. 

Inilah hal sangat krusial yang perlu diperhatikan. Pada usia tersebut tema ibadah seharusnya sudah selesai, anak sudah secara mandiri menjalankan ibadah, tanpa disuruh dll. Karena di usia setelah 10 tahun fokus untuk mereka sudah berubah.(semoga bs disambung di artikel lainnya, in syaa Alloh)

Namun persoalan kita hari ini begitu kompleks. Anak hidup di zaman penuh rintangan, dan orang tua juga menghadapi banyak problem.

Semua hal ini menyebabkan kita terkadang kehilangan orientasi dan target atas diri anak.

Persoalan berikutnya yang membuat orang tua “gagal fokus” lupa membuat target tema ibadah sebelum anak usia 10 tahun adalah

a. Banyaknya perselisihan,

b. Orang tua disibukkan dg hal hal yang tidak urgen dan tidak relevan dengan keharmonisan, kebaikan rumah tangga

2 hal inilah yang pada gilirannya menyebabkan, waktu dan perhatian orang tua habis terbuang. Alangkah indahnya jika orang tua berdiskusi membicarakan anak tentang cara wudhunya, bacaannya, jam berapa bangunnya, responnya terhadap adzan, serta membuat rencana apa yang harus dilakukan.

Namun, terkadang ayah dan ibu lebih disibukkan dengan konflik, perselisihan dan ego yang melalaikan. Hingga tanpa disadari waktu berlalu, dan anak terus tumbuh tanpa setetes jariyah dari orang tuanya.
Mari kita selesaikan tema-tema tidak relevan, dan perselisihan dalam rumah kita. Sudah saatnya beralih pada tema besar untuk keluarga.

Wallohua’lam


By M. Nadhif Khalyani

-------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia