Selasa, 28 April 2020

Keutamaan Pendidikan Akhlak Sejak Dini

udah banyak contoh bagaimana orang tergelincir karena rendahnya akhlak. Meskipun orang tersebut pintar secara
intelektual dan lulus dari perguruan tinggi ternama, karier dan kehidupannya hancur karena tidak memiliki akhlak yang baik.

Selidik punya selidik, ternyata orang tersebut sejak kecil memang minim mendapatkan pendidikan akhlak. Orangtuanya menginginkan ia meraih prestasi tinggi dalam bidang akademik. 

Ia diajari untuk bersaing dan menyombongkan kemenangannya. Ia pun diajarkan untuk pelit terhadap ilmu, mementingkan diri sendiri (cuek), dan bergelimang kemewahan, la benar-benar dicetak menjadi anak supercerdas secara akademik, namun benar-benar rendah secara akhlak.

Dengan penemuan Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional (EQ) tersadarlah orang bahwa kunci sukses seorang manusia bukanlah padakecerdasan intelektualnya(IQ), tetapipadakecerdasan emosionalnya
(EQ) alias akhlak. 

Lalu, siapa yang menafikan bahwa Nabi Muhammad saw menjadi manusia yang paling sukses di dunia ini karena ketinggian akhlaknya? Jauh sebelum Goleman mengeluarkan teori EQ, Rasulullah saw sudah memberikan contoh dan melalui hadits serta sunnah, beliau
banyak berbicara tentang pentingnya akhlak. Tidak kurang, Rasulullah saw pun mementingkan pendidikan akhlak sejak usia dini bagi anak-anak karena menjadi dasar pembentukan karakter Muslim yang kuat, tangguh, dan berbudi luhur.

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR al-Bazzaar) Oleh karena itu, agama Islam telah menyiapkan kurikulum sekaligus contoh yang sempurna dalam pendidikan akhlak ini. 

Andai saja kaum Muslim memahami dan mempraktikkan tuntunan ini dalam
mengasuh dan mendidik anak, niscaya generasi Muslim yang akan datang dapat terselamatkan dari pencemaran akhlak. Kita ketahui bahwa pencemar akhlak saat ini banyak sekali jenisnya, seperti,

1. perilaku buruk orangtua atau keluarga  terdekat; perilaku buruk teman;

3. perilaku buruk para guru;

4. informasi sampah dari media massa, seperti televisi, radio,
internet, koran, dan majalah;

5. idola yang menyesatkan.Semua itu harus diantisipasi sejak dimulainya pengasuhan anak pada masa bayi hingga akhirnya ia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Pola asuh yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-Hadits  meniscayakan munculnya generasi yang saleh. Ingatlah janji Allah bahwa anak yang saleh dapat menyelamatkan
orangtua karena pahalanya terus mengalir walaupun orangtua sudah meninggal dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar