Langsung ke konten utama

SESUNGGUHNYA PENYAKIT ITU TUMBUH SEJAK DINI

Meori Goleman tentang kecerdasan emosional (EQ) semestinya membuat kita malhum bahwa begitu pentingnya akhlak
yang baik sebagai bekal hidup. 
Kini dengan membanjirnya informasi, bertambahnya jumlah manusia, serta kompleksitas hidup yang semakin rumit, banyak orang terjangkiti penyakit hati alias
memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Lalu, bagaimana hal itu semua dapat diperbaiki? Dalam Islam ada
sarana-sarana bagaimana penyakit hati itu bisa ditumpas dan sembuh.

Sarana itu di antaranya adalah dengan datangnya hidayah (petunjuk) dari Allah, tobat, dan tawakal.Datangnya hidayah berupa taufik adalah atas izin dan ridha Allah serta kasih sayang-Nya untuk menyelamatkan kita dari kehancuran
alibat berakhlak buruk. Tidak semua orang sadar akan hidayah ini.

Padahal, Allah Swt telah memperkenankan hidayah tersebut lewat
iman dan ilmu. Misalnya, banyak orang yang tahu bahwa shalat itu tiang agama dan sarana berjumpa dengan Allah. Namun, banyak orang yang beralasan belum mendapatkan hidayah untuk bisa shalat. Na'udzubillah min dzalik.
Allah telah memberikan petunjuk untuk manusia, lewat al-Quran dan al-Hadits serta majelis-majelis ilmu yang bisa menerangi hati kita

Hanya manusia yang tertutup hatinya yang justru tidak menerima masuknya hidayah dari Allah Swt. Begitupun tobat, biasanya muncul setelah hidayah. Ciri-ciri tobat
adalah berhenti dari perbuatan buruk, menyesal sungguh-sungguh atas perbuatan itu, dan menutup peluang terulangnya perbuatan buruk tersebut. Tidak hanya itu, seseorang yang bertobat juga harus mengganti perbuatan buruknya dengan selalu beramal saleh. Seorang
pencuri yang bertobat harus mengembalikan barang hasil curiannya.
Begitulah tobat yang sungguh-sungguh.
Tobat akan singgah di hati orang orang yang dihinggapi ketakutan
luar biasa kepada Allah Swt. 

Akhirnya, dari tobat akan tumbuh
kesadaran untuk mengobati hati agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penguatan hati melalui akhlak mulia lebih
potensial dilakukan bukan pada saat seseorang sudah dewasa; sudah dapat membaca dan memahami apa yang terjadi, melainkan pada saat ia masih berusia dini. Dalam teori psikologi perkembangan, usia dini anak (0-6
tahun) merupakan usia emas (golden age) perkembangan kecerdasan intelektual dan emosionalnya. Pada tahap inilah setelah kelahirannya, anak memiliki peluang untuk dibentuk berakhlak mulia sejalan dengan
peran aktif ayah dan ibunya.

Hal tersebut berkaitan dengan kecerdasan emosional maupun
kecerdasan spiritual. Jauh-jauh hari Rasulullah saw sudah memberikan
pelajaran kepada kita sebagai orangtua: bagaimana membentuk anak
dengan kepribadian baik yang optimal. Islam sangat mementingkan pengasuhan anak ini karena anak akan menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, memiliki andil menyelamatkan orangtua mereka dari siksa api neraka, dan memiliki peluang untuk menjadi sebaik-baik manusia yaitu yang paling bermanfaat buat yang lainnya.

Lalu, apa yang terjadi jika pendidikan akhlak ini diabaikan sejak anak-anak masih berusia dini? Hal inilah yang menjadi titik tolak tumbuhnya seorang manusia yang berpenyakit hati hingga dewasa. Penyakit hati ini seolah tak kentara sejak kanak-kanak, tetapi bibit
bibitnya sudah ada. Terkadang, bibit-bibit penyakit hati ini justru ditanamkan oleh orangtuanya sendiri karena ketidakpahaman dalam soal pengasuhan anak.Akan tetapi, Islam telah memberikan kurikulum yang sempurna terhadap pola asuh dan pendidikan anak-anak ini. 

Peran orangtua sangat berpengaruh dalam penerapan pola pendidikan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-
Islami). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi (penyembah api berhala).” (HR Bukhari)

Terlebih, Rasulullah saw telah menetapkan bahwa tiap-tiap anak memiliki hak, yaitu mendapatkan nama yang baik, mendapatkan pendidikan adab yang baik, dan diberi kedudukan yang baik (di dalam
hati) (HR Aththusi).

Dengan demikian, otak anak sebagai sumber kecerdasan yang mirip dengan hardisk di dalam komputer harus di-install dengan akhlak sehingga mampu menjalankan program (kehidupan) dengan baik dan benar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia