Langsung ke konten utama

Postingan

Larangan Shalat dalam Kondisi Mengantuk Berat

عن عائشة رضي الله عنها: أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّومُ، فإِنَّ أحدكم إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لا يَدْرِي لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bersembahyang, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih) Pelajaran yang terdapat di dalam hadist: 1- Larangan mengerjakan shalat dalam keadaan ngantuk berat. 2- Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, ‘Ungkapan (maka tidurlah) Muhallab mengatakan, “Sesungguhnya hal ini waktu shalat malam karena shalat wajib

*Menyebarkan Rahasia Orang Lain*

   Seorang dilarang menyebarkan rahasia orang lain, apalagi jika orang itu adalah kawan dekatnya sendiri.    Dalam hal ini, Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: *إِذَا حَدَّثَ ٱلرَّجُلُ بِحَدِيْثٍ ثُمَّ ٱلْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةُ.*    _"Jika seorang membicarakan ucapan orang lain sampai ia menoleh kepada orang yang membicarakannya, maka hal itu termasuk ia menyebarkan rahasia seorang."_ (HR. Abu Daud hadits no. 4868 dan At-Tirmidzi hadits no. 1959, dikatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan)    Ibnu Abiddunya Ra berkata bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: *ٱلْحَدِيْثُ بَيْنَكُمْ أَمَانَهٌ.*    _"Pembicaraan seorang kepada yang lain merupakan suatu amanat yang tidak boleh dikatakan kepada orang lain."_ (HR. Ibnu Abiddunya dalam kitab _ash-Shamthu_ halaman 406)    Al-Hasan Ra berkata: "Termasuk suatu perbuatan khianat jika seorang menyampaikan pembicaraan seorang kepada orang lain. Hal itu hukumnya haram, karena dapat membahayakan bagi seorang ya

Celaka-Bahagia Antara Iblis Dan Adam

  Muhammad Ibnu Dauri r.a. mengatakan, “Iblis itu celaka karena 5 sebab, yakni: 1.Tak pernah mengakui dosa yang pernah dilakukannya. 2.Tak pernah menyesal setelah melakukan dosa. 3.Tak pernah mencela dirinya sendiri. 4.Tak pernah mempunyai niat untuk bertobat 5.Putus asa dari rahmat Allah SWT.   Sebaliknya, Nabi Adam a.s. merasa bahagia karena 5 sebab, yakni: 1.Mau mengakui dosa yang pernah dilakukannya. 2.Menyesali dosanya. 3.Mencela dirinya sendiri (karena kesalahannya) 4.Segera bertobat (setiap melakukan kesalahan) 5.Tidak putus asa dari rahmat Allah SWT.   Allah merekam doa dan permohonan ampun Nabi Adam a.s. dalam Al-Quran: “Rabbana zhalamna anfusanaa wa ilam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khasiriin.”(Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, tentu kami termasuk orang yang merugi.”(QS Al-A’raf [7]: 23).   Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba itu jika mau menga

MENYAMBUNG RAMBUT

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ ، وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ » Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung, perempuan yang mentato dan perempuan yang meminta agar ditato” (HR Bukhari no 5589). Adanya laknat untuk suatu amal itu menunjukkan bahwa amal tersebut hukumnya adalah haram. Alasan diharamkannya hal ini adalah adanya unsur penipuan disebabkan merubah ciptaan Allah. Ketika laknat menimpa, maka Rahmat akan pergi, sehingga hidayah menjauh, akhirnya hidup dalam kondisi memandang kebaikan sebagai keburukan, maksiat sebagai syariat, ujungnya akal yang cekak Menjadi pedoman hidupnya. عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ – رضى الله عنهما – أَنَّ امْرَأَةً جَاء

Tidak Berlebih-lebihan dalam Beribadah

عن أنس رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ ثَلاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أزْوَاجِ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أُخْبِروا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا وَقَالُوا: أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأخَّرَ. قَالَ أحدُهُم: أمَّا أنا فَأُصَلِّي اللَّيلَ أبدًا. وَقالَ الآخَرُ: وَأَنَا أصُومُ الدَّهْرَ وَلا أُفْطِرُ. وَقالَ الآخر: وَأَنا أعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلا أتَزَوَّجُ أبَدًا. فجاء رسولُ الله صلى الله عليه وسلم إليهم، فَقَالَ: ((أنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا واللهِ إنِّي لأخْشَاكُمْ للهِ، وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أصُومُ وَأُفْطِرُ، وأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّساءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi s.a.w. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi s.a.w. Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap

*Rahasia Kekasih Allah*

Berikut adalah salah satu rahasia mengapa Nabi Ibrahim a.s. menjadi kekasih Allah. Imam Nawawi Al-Bantani menuturkan: لِأَيِّ شَيْءٍ اِتَّخَذَكَ اللهُ خَلِيْلًا قَالَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ اخْتَرْتُ أَمْرَ اللهِ عَلَى أَمْرِ غَيْرِهِ وَمَا اهْتَمَمْتُ بِمَا تَكَفَّلَ اللهُ لِيْ وَمَا تَعَشَّيْتُ وَمَا تَغَدَّيْتُ إِلَّا مَعَ الضَّيْفِ   Suatu ketika, nabi Ibrahim as. pernah ditanya, “Sebab apa Allah SWT menjadikanmu kekasih-Nya?”   Nabi Ibrahim as. menjawab, ‘Karena tiga perkara, yaitu: Aku selalu mengutamakan perintah Allah di atas perintah selain-Nya; Aku tidak pernah mengkhawatirkan rezeki yang telah ditanggung Allah; Aku tidak makan di sore maupun di pagi hari kecuali bersama tamu.’”   Bahkan suatu riwayat menyebutkan bahwa nabi Ibrahim as. pernah berjalan sejauh satu sampai dua mil hanya untuk mencari orang yang akan diajak makan bersama. _Kitab Nasha’ihul ‘Ibad_ Imam Nawawi Al-Bantani

Tentang Hakikat Kebenaran

Hikmah Ilahi Tentang Lalainya Kebanyakan Manusia Tentang Hakikat Kebenaran    Andaikan seluruh manusia bersatu untuk benar-benar memperoleh hakikat keimanan dan akal, pastilah mereka akan benar-benar mencurahkan segenap jiwa raganya untuk akhiratnya.    Mereka akan benar-benar berpaling dari urusan duniawi, dan tidak akan masuk sedikit pun dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan duniawi kecuali saat kebutuhan mendesak, itu pun dengan jumlah yang sangat sedikit sekali. Karena kalaulah hal ini terjadi, pasti akan menyebabkan kehancuran pada dunia ini dan tidak akan satu pun dari urusannya yang berjalan normal.    Dikarenakan sudah menjadi ketetapan dan kehendak Ilahi yang 'azali untuk memakmurkan kehidupan dunia ini sampai batas waktu tertentu. Yaitu waktu yang Allah SWT inginkan kehancurannya. Oleh sebab itulah termasuk hikmah yang terbesar adalah lalainya kebanyakan manusia akan hakikat dari segala perkara dan berpalingnya mereka darinya.    Sehingga hal inilah yang memacu m