Langsung ke konten utama

Tentang Hakikat Kebenaran

Hikmah Ilahi Tentang Lalainya Kebanyakan Manusia Tentang Hakikat Kebenaran

   Andaikan seluruh manusia bersatu untuk benar-benar memperoleh hakikat keimanan dan akal, pastilah mereka akan benar-benar mencurahkan segenap jiwa raganya untuk akhiratnya.

   Mereka akan benar-benar berpaling dari urusan duniawi, dan tidak akan masuk sedikit pun dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan duniawi kecuali saat kebutuhan mendesak, itu pun dengan jumlah yang sangat sedikit sekali. Karena kalaulah hal ini terjadi, pasti akan menyebabkan kehancuran pada dunia ini dan tidak akan satu pun dari urusannya yang berjalan normal.

   Dikarenakan sudah menjadi ketetapan dan kehendak Ilahi yang 'azali untuk memakmurkan kehidupan dunia ini sampai batas waktu tertentu. Yaitu waktu yang Allah SWT inginkan kehancurannya. Oleh sebab itulah termasuk hikmah yang terbesar adalah lalainya kebanyakan manusia akan hakikat dari segala perkara dan berpalingnya mereka darinya.

   Sehingga hal inilah yang memacu mereka untuk memakmurkan kehidupan dunia ini, mencurahkan segala daya dan upaya untuk mengumpulkan harta bendanya hingga melalaikan urusan akhirat.

   Hal ini sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW:

ٱلدُّنْيَا دَارَمَنْ لَادَارَ لَهُ وَمَالٌ مَنْ لَامَالَ لَهُ وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَاعَقَلَ لَهُ

   Artinya: "Dunia merupakan rumah bagi yang tidak memiliki rumah, harta bagi yang tidak memiliki harta dan hanyalah orang yang tidak berakallah yang mengumpulkannya."

   Al-Imam Hasan Al-Basri Rahimahullah berkata: "Andaikan bukan karena orang-orang yang bodoh, niscaya dunia ini tidak akan makmur."

   Di antara salafunasshalihin berkata: "Manusia tercipta dalam keadaan bodoh, kalau tidak demikian pasti hidup ini tidak akan membuatnya nyaman."

   Hanya rahmat Ilahi yang mengkhususkan sebagian hamba dengan kesadaran penuh dan tanggap akan hakikat segala perkara. Merekalah orang-orang yang telah menemukan hakikat yang telah kami sebutkan tadi. Mereka berpaling dari urusan duniawi dan selalu giat beribadah kepada Allah SWT, dan juga berharap mencari bekal akhirat dengan kesungguhan.

   Jumlah mereka sedikit sekali bahkan jarang dijumpai di setiap masa dan tempat, oleh karena itu renungkanlah hal ini dengan benar karena sangat berharga dan terkandung ilmu yang banyak di dalamnya.

ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ
.
[ al-Fushul al'-Ilmiyyah Wal 'Usul al-Hikamiyyah lil Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia