Langsung ke konten utama

Postingan

Dulu adalah saat yang tepat untuk bertingkah

Dulu adalah saat yang tepat untuk bertingkah sesuka hati, berangkat dari rumah tanpa ragu, mencari teman dan tempat bermain sesuka hati, berlarian kesana kemari, dan kembali dengan rengekan serta luka disudut-sudut tubuh. Dulu adalah saat yang tepat untuk menangis dan mengerutkan dahi didepan semua orang, memohon akan hal yang sangatlah berharga bagi kita, entah itu sekedar mainan sementara atau makanan tak mengenyangkan lainnya, yang jelas itu adalah hal yang terlalu sepele untuk orang yang lebih tinggi dari kita. Bekas luka dibadan yang tercipta saat kita masih kecil mungkin ada beberapa yang belum sempat hilang termakan waktu. Tapi itulah kenangan, yang sekarang, kita hanya sanggup mengenang, atau bahkan menangisi disetiap riang dan sendunya kehidupan di masa kecil kita, di kota dan rumah kecil yang selalu menjadi tempat awal dan terakhir kita berteduh. Kenanglah semua itu selagi kau sempat, agar nantinya, bisa kau ceritakan kepada seseorang, yang akan menemanimu meme

Kita perlu memiliki hati yang cukup

“Kita perlu memiliki hati yang cukup berani untuk melepaskan apa-apa yang tidak perlu digenggam, lalu beranjak, dan merapikan ruang.” Dalam setiap perjalanan berkendara, kita selalu diminta untuk hanya membawa beban seadanya: tidak perlu semua dibawa, yang penting cukup dan sesuai kebutuhan. Beban yang memberatkan karena melampaui batas kapasitas biasanya akan diminta untuk dikurangi, ditinggal, atau dikeluarkan. Sebab, jika tidak, semua hanya akan memenuhi ruang, memberatkan perjalanan, mengurangi kecepatan, atau malah membuat moda-moda yang ada tidak dapat berjalan. Hal yang sama terjadi pula dalam setiap perjalanan kehidupan. Pergerakan dalam perjalanan kita akan banyak terhambat jika ruang di hati dan pikir kita berisi terlalu banyak beban. Beban itu, pada akhirnya bisa mewujud sebagai apa saja: keinginan yang berlebihan, ego dan ambisi yang sulit dikendalikan, luka dan rasa sakit yang dipertahankan, protes tak berkesudahan terhadap setiap ketetapan, atau bahkan perasa

Betapa Indahnya pernikahan

Bagaimana mungkin tidak disebut indah ketika urusannya adalah berpindahnya surga seseorang kepada orang lain yang tidak pernah punya andil dalam merawat dan membesarkannya. Orang tuanya telah menyerahkan putrinya kepadamu sepenuhnya. Padahal kau tidak pernah turut andil dalam melahirkannya ke dunia ini. Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah diatas kelemahannya mengandung istrimu itu. Padahal kau tidak pernah turut dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Kau juga tidak pernah merasakan suka duka dalam membesarkan perempuan yang sekarang menjadi istrimu. Tatkala dia sakit, menangis, bersedih, berduka, kau tak pernah hadir pada hari hari itu. Kemudian kau datang untuk meminangnya, momen itu adalah peristiwa yang cukup berat bagi orangtuanya. Anak yang dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang akan dilepas dari dekapan mereka, dikeluarkan dari istana mereka. Diserahkan kepadamu, yang merekapun tak dapat memastikan bagaimana kelak hidupnya bersamamu. Namun karena p

Catatan pengingat diri

Apa kabar, Al-Qur'anku?? Dan kita selalu menjadi pandai mengatakan cinta saat dunia menjadi mudah dalam genggaman kita. Adalah cinta kita terhadap Al-Qur-an yang sering digaungkan ditelinga-telinga kita. Bahwasannya jika hati kita bersih, maka kita akan mudah menjatuhkan hati kepada surat cinta dariNya. Namun pada kenyataannya itu semua adalah lip service semata agar terlihat sholih dipermukaan saja. Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku merasa menjadi orang yang selalu bersemangat menggaungkan kecintaan terhadapmu (Al-Qur'an) namun nyata interaksi bersamamu nol besar. Aku yang selalu mengaku mencintaimu rupanya adalah orang yang pertama abai terhadapmu. Apa kabar, Al-Qur'anku? Saat rindu aku hanya bisa menatapmu lekat-lekat, jauh didalam lubuk hatiku, aku ingin mendekap dan membacamu dengan seluruh rasa. Namun kesibukkan melalaikan semuanya. Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku yang selalu berjanji akan menjadi baik selepas Ramadhan dan akan menjadikanmu teman dalam seti

Cinta

هُوَ عَلِيٌّ حِيْنَ يَنَامُ بَدَلاً مِنَ الرَّسُوْلِ ﷺ فِي فِرَاشِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ الْقَوْمَ اجْتَمَعُوْا لِقَتْلِ الرَّسُوْلِ ﷺ وَأَنَّهُ قَدْ يَمُوْتُ عَلَى نَفْسِ الْفِرَاشِ !! Cinta Adalah ‘Ali ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di katil Nabi dalam peristiwa Hijrah, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja terbunuh diatas katil yang sama!! اَلْحُبُّ .. ﻫُﻮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺣِﻴْﻦَ يَعْتَزِلُ ﺍلْأَﺫَﺍنَ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺣِﻴْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺫَﻥَ ﺑِطَلَبٍ مِنْ ﻋُﻤَﺮَ عِنْدَ فَتْحِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺑُﻜَﺎﺀً ﻣِﻨْﻪُ عِنْدَمَا قَالَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ. Cinta.. Adalah Bilal, ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal meng

Tetap tersenyum sobat

Tetap tersenyum sobat, walau hidup itu berat untukmu. Nikmatilah hidup ini kawan Karena kuyakin kau kuat memikulnya. Proses dalam hidup ini pasti sakit kawan, Seperti kita lahir di dunia ini. Apa jadinya jika ibu kita jika tak mampu melewatinya. Kita tak kan ada bukan? Bagaimana mungkin kau bisa merasakan manis jika tidak pernah merasakan pahit. Janganlah resah bila hidupmu dalam kepahitan, berusahalah, sebab nanti kau akan merasakan manisnya hidup. Kita boleh dibilang sampah, miskin serta kotor, dibilang tolol dan bodoh sekalipun, tetaplah  tersenyum. Sebab itu proses kita kawan untuk menjadi manusia. Tapi satu hal yang perlu diingat kawan Janganlah kita malas, sebab itu kebodohan yang sesungguhnya. Bukan aku mengguruimu kawan…bukan Sebab aku dan kau berteman untuk belajar. Belajar bersama melewati proses karena kita tahu dikehidupan nyata kita , proses itu lebih berat. Bersyukurlah atas hidup ini kawan, apapun itu… Terkadang kita hanya bersyukur atas nikmat Nya Kita lupa bersyukur

ISTERI YANG PANDAI BERSYUKUR

Teringat kisah 2 istri Nabi Ismail...ketika Nabi Ibrahim mengunjunginya beliau bertanya kepada si menantu tentang suaminya (si menantu tdk tahu kalau itu ayah mertuanya) kemudian dia berkata suaminya pergi berburu dan kehidupan mereka sangat sulit. Maka Nabi Ibrahim as berkata kepadanya, “Apabila suamimu datang sampaikan salam dariku, dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya.” Setelah Nabi Ismail pulang dia bertanya apakah ada orang mencarinya dan si istri bercerita semua dan tentang pesan Nabi Ibrahim, maka Nabi Ismail menceraikannya karena istrinya ini tergolong istri yang tidak bersyukur. Kemudian Nabi Ismail menikah lagi dan Nabi Ibrahim kembali menjumpai istri beliau dan bertanya yg sm....Istri Nabi Ismail menceritakan bahwa kehidupannya penuh dengan nikmat dan kebaikan..Dan Nabi Ibrahim berpesan kpdnya "Jika suamimu datang sampaikan salam kepadanya, dan katakan kepadanya agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”..ketika Nabi Ismail pulang istrinya menyampaik