Apa kabar, Al-Qur'anku??
Dan kita selalu menjadi pandai mengatakan cinta saat dunia menjadi mudah dalam genggaman kita.
Adalah cinta kita terhadap Al-Qur-an yang sering digaungkan ditelinga-telinga kita. Bahwasannya jika hati kita bersih, maka kita akan mudah menjatuhkan hati kepada surat cinta dariNya. Namun pada kenyataannya itu semua adalah lip service semata agar terlihat sholih dipermukaan saja.
Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku merasa menjadi orang yang selalu bersemangat menggaungkan kecintaan terhadapmu (Al-Qur'an) namun nyata interaksi bersamamu nol besar. Aku yang selalu mengaku mencintaimu rupanya adalah orang yang pertama abai terhadapmu.
Apa kabar, Al-Qur'anku? Saat rindu aku hanya bisa menatapmu lekat-lekat, jauh didalam lubuk hatiku, aku ingin mendekap dan membacamu dengan seluruh rasa. Namun kesibukkan melalaikan semuanya.
Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku yang selalu berjanji akan menjadi baik selepas Ramadhan dan akan menjadikanmu teman dalam setiap juangku. Nyatanya aku adalah orang yang abai akan janji itu. Hatiku tergerak untuk memulai kembali kedekatan kita yang dulu sering bersama. Namun dosa membuatku enggan untuk mendekat. aku malu, aku malu jika hanya terlihat dekat tetapi tak benar-benar mengerti akan kedekatan kita.
Adalah Abu Bakar radhiyallahu'anhu yang kerap menangis ketika membacakan ayat-ayat perihal siksa. Adalah Usman bin Affan radhiyallahu'anhu yang tak pernah kenyang ketika membaca Al-Qur'an. Adalah Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu'anhu yang menangis bersama Abu Darda’ radhiyallahu'anhu saat mendengarkan bacaan Al-Qur'an.
Adalah Abdurahman bin Auf radhiyallahu'anhu yang menangis bahkan ia tidak makan malam, padahal di siang harinya ia berpuasa dan membaca Surah al-muzzamil hingga ayat 12-13.
Dan adalah ia, Ali bin Al-Fudhail bin Iyadh yang wafat setelah mendengar bacaan Al-Qur'an dari ayahnya yaitu Fudhail bin Iyadh saat sholat berjamaah.
Sedangkan kondisimu saat ini, wahai diri??
Banyak tertawa, dan jauh dari Al-Qur'an.
Ingatlah bahwasanya para ulama pernah mengatakan, “katsrotudh dhohiki tumitul qolb” banyak tertawa mematikan hati.
Lupakah kau?
Maka kini, apa kabar dirimu? Apa kabar Al-Qur'anmu? Kapan terkahir kali kau membersamainya? Kapan terakhir kali kau membacanya? Kapan terakhir kali kau meletakkannya. Kapan??
Ah, tidak rindukah kau wahai diri? Hati-hati yang Allaah titipkan untukmu, sesungguhnya untuk kau jaga dengan baik. Dengan penjagaan terbaik adalah bersama Al-Qur'an.
Benarlah, seandainya memang hati ini bersih. Maka sampai kapanpun ia tidak akan pernah kenyang untuk membaca Al-Qur'an.
*tulisan ini untukmu, diriku sendiri. Bacalah.
(Catatan pengingat diri)
Komentar
Posting Komentar