Langsung ke konten utama

Postingan

Akhlak itu terlebih mulia daripada harta

Akhlak itu terlebih mulia daripada harta maupun pangkat, bahkan adab & akhlak terlebih mulia daripada ilmu... dan dasar daripada adab & akhlak ialah MENGERTI & PEDULI DENGAN ORANG! . Sebagaimana Nabi yg tidak memperlihatkan harta ataupun pangkat, namun beliau memperlihatkan adab & akhlak, dengan mengerti orang, peduli dengan orang. . Berdasar pada akhlak Nabi di atas, maka yg kita pikirkan yaitu bagaimana pengertian & kepedulian kita pada orang, bagaimana orang pada kita tak usah dipikirkan & tak usah dipermasalahkan. . Karena mendekati akhir zaman seperti sekarang, sia-sia jika kita berharap orang mengerti dengan kita, hasilnya hanyalah kecewa. Maka, KITALAH YG HARUS BERUSAHA MENGERTI DENGAN ORANG! . Jika kita mau berusaha untuk mengerti, itu sudah pasti. Namun jika kita yg ingin dimengerti, tak semua orang akan mengerti & ujung-ujungnya hanya menyakiti hati. . Pengertian menimbulkan kehendak untuk memaafkan & penolakan untuk melawan, untuk

sifat lemah lembut

Wahai istriku Aisyah kata nabi "amalkanlah sifat lemah lembut, karena apabila Allah ingin menghendaki sebuah kemuliaan didalam sebuah keluarga, maka Allah akan memudahkannya untuk mengamalkan lemah lembut." . Dan lagi kata nabi "Orang yg tidak masuk neraka adalah orang yg lemah lembut, mempermudah urusan orang lain (tidak mempersulit urusan orang lain)" . Dasar dari mengalah itu adalah mengerti, apabila sudah paham dan mengerti, lalu mau mengalah, maka ia tidak akan memiliki sifat keras kepala. Yg disebut didalam kitab adalah hilim, artinya mampu menguasai emosi, kalau dasarnya ialah paham dan mengerti. . Orang yg bersifat hilim adalah orang yg berakhlaq dan ciri ahli surga. Memang tidaklah mudah untuk mencoba mengalah, karena pertentangan dalam diri yg juga selalu menginginkan perlawanan ketika hidup kita tidak mampu dimengerti oleh orang lain. . Allah i'tibarkan kenikmatan hidup yg sesungguhnya yaitu kehidupan yg kedua(akhirat) pada kehidupan kita

Keutamaan Istighfar

📖 *Kisah Imam Ahmad dan Penjual Roti (Keutamaan Istighfar)* Menukil dari Manaqib (kisah/biografi) Imam Ahmad bin Hanbal, oleh Ibnul Jawzy, diteliti oleh Dr. Abdullah Bin Abdul Muhsin At Turky  ______________________ Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, seorang ahli hadits, juga muridnya Imam Syafi'i rahimahullah. Pada masa akhir hidup beliau, sudah putih semua jenggotnya, beliau bercerita, "Satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak". Padahal beliau tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita, "Saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, "Kenapa syaikh? mau ngapain disini?". (kata &q

ASHOBIYYAH

Kamis, 13 Februari 2020 / 19 Jumadil Akhir 1441 'ASHOBIYYAH عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ Dari Jabir bin Muth’im, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada 'ashabiyyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena 'ashabiyyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena 'ashabiyyah.” [HR. Abu Dawud No.4456]. Pelajaran yang terdapat di dalam hadist: 1- 'Ashabiyyah adalah fanatik buta. Bersikap membela dan mengikuti pihak yang menjadi sasaran 'ashabiyyah baik pihak tersebut benar ataupun salah. Benar atau salah tetap dibela. 2- 'Ashabiyyah dilarang karena seharusnya seseorang membela kebenaran.  Kebenaran adalah yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi sholl

MACAM MACAM LAFAL SALAM

Hukum seseorang yang memulai mengucapkan salam dengan menggunakan lafazh : عَلَيْكَ السَّلامُ  atau عَلَيْكُمُ السَّلامُ adalah makruh, karena lafazh tersebut adalah  tahiyyah  (ucapan salam) yang diucapkan oleh penyair dan selain mereka untuk orang yang sudah meninggal dunia. Dari Abu Jurayyi Al-Hujaimiy  radhiyallahu ‘anhu  berkata: ‘Saya menemui Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam,  lalu akupun berkata: عَلَيْكَ السَّلَامُ يَا رَسُولَ اللَّهِ Wahai Utusan Allah,’alaikas salaam! Beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: لا تَقُلْ عَلَيْكَ السَّلامُ ، فَإِنَّ عَلَيْكَ السَّلامُ تَحِيَّةُ الْمَوْتَى  Jangan engkau ucapkan : ‘alaikas salaam , karena lafazh ‘alaikas salaam adalah tahiyyah bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia!.  [HR. Abu Dawud (5209) dan At-Tirmidzi (2722). Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini dalm  Shahih Abi Dawud  ]. Bolehkah menambah “ wa maghfirotuhu ”    atau “ wa ridhwaanuhu ”? Terdapat beberapa hadits tentang ucapan salam dengan tamba

PAHALA BESAR DENGAN BERJALAN KAKI

Sesungguhnya, pahala yang paling besar adalah yang paling jauh rumahnya dari masjid.  Para  fuqaha  (ulama ahli fiqih)  rahimahumullah  menegaskan dianjurkannya memperpendek langkah menuju masjid dan tidak tergesa-gesa (alias berjalan dengan tenang) ketika menuju masjid. Hal ini untuk memperbanyak pahala kebaikan ketika berjalan menuju masjid, berdasarkan berbagai dalil yang menunjukkan adanya keutamaan memperbanyak langkah menuju masjid.  [1] Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu,  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ “Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan (dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda , ”(Y

Hadist arbai nawawi no 2

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau menclassikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersa