Langsung ke konten utama

Postingan

Sahur: Perbanyak Istighfar Dan Doa🥇*

Disela santap sahur, jangan lupa untuk memperbanyak istighfar dan doa. A. Istighfar. Allah ta’ala berfirman, وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur”  (QS. Ali Imran: 17) Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keutamaan memperbanyak istighfar di waktu sahur (Tafsir al-Qur'an al-'Azhim) B. Berdoa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam tatkala tersisa sepertiga akhir malam.. Allah berfirman: مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Barangsiapa berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan.. Siapa saja yang meminta kepadaKu akan Aku beri.. Dan siapa pun yang memohon ampunan kepadaKu pasti Aku ampuni..” (HR. Al-Bukhari: 1145, Muslim: 758) Memanfaatkan waktu yang ada di sepertiga akhir malam yaitu waktu sahur kita. Sejenak sisihkan hp dan matikan tv, waktu utama jangan sampa

Mengikat Diri

   Ketahuilah bahwa akal adalah laksana penjual yang berdagang di jalan menuju akhirat, di mana yang menjadi pasangannya adalah jiwa.    Akal tidak dapat mencapai keinginan yang dimaksud — yaitu keuntungan akhirat, sebagaimana pedagang yang tidak mendapatkan laba — jika pasangannya, yaitu jiwa, tidak menjalankan amanahnya ketika dibiarkan begitu saja berada di belakangnya.    Oleh karenanya, pertama akal harus mengikat atau memberi penawaran pada jiwa, lalu mengawasi, mengoreksi, menghukumnya jika salah, berjuang keras untuk keluar dari belenggu kesalahan dan yang terakhir menegurnya ketika bersalah.    Setelah itu, barulah akal membebankan pekerjaan kepada jiwa, memberikan syarat kepadanya, lalu menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan memerintahkannya untuk menjalankan sesuatu sesuai dengan yang diperintahkan. *ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ* . [ _Ihya' 'Ulumuddin_ lil Al-Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali ]

Bahaya Cinta Dunia dan Fitnahnya*

Rasulullah SAW bersabda: *حُبُّ ٱلدُّنْيَا رَأْسُ كُلُّ خَطِيْئَةٍ*    _"Cinta pada dunia adalah sumber dari segala kesalahan."_    Jika cinta kepada dunia adalah sumber dari segala kesalahan, sumber segala bencana, pangkal segala kehancuran, dan sumber berbagai macam fitnah dan malapetaka, artinya, ia adalah bahaya yang telah mewabah di zaman ini, sangat besar bahaya dan akibatnya bahkan telah merata di berbagai kalangan baik atas maupun bawah.    Manusia pun saling memamerkannya tanpa rasa malu seakan-akan ia tidak memiliki cacat maupun kekurangan di dalamnya, karena dunia telah menguasai hati mereka dan menimbulkan sifat tamak untuk memakmurkan dunia serta mengumpulkan harta bendanya.    Sehingga mereka datang silih berganti dengan jebakan mereka untuk memburu hal-hal yang syubhat dan haram, mereka beranggapan seakan-akan Allah SWT mewajibkan bagi mereka untuk memakmurkan dunia sebagaimana Allah SWT mewajibkan shalat dan puasa.    Oleh karena itu, hilanglah kebesaran

Meninggalkan Yang Tidak Berguna

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya . (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya) Pelajaran yang terdapat di dalam hadist: 1. Termasuk sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah. 2. Pendidikan bagi diri dan perawatannya dengan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat didalamnya. 3. Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesia-siaan dan merupakan pertanda kelemahan iman. 4. Anjuran untuk memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri bagi dunia maupun akhirat. 5. Ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakiba

Keutamaan Shalat Dhuha

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى. (أخرجه مسلم). Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau telah bersabda: “Di setiap pagi, ada kewajiban sedekah atas setiap persendian dari salah seorang kalian. Setiap tasbiih adalah sedekah, setiap tahmiid adalah sedekah, setiap tahliil adalah sedekah, setiap takbiir adalah sedekah, amar makruf nahi mungkar adalah sedekah. Dan dapat memadai untuk semua itu, dua rakaat yang dilakukan pada waktu Dhuha”.]HR Muslim, kitab Shalât al-Musâfirîn wa Qashruha, Bab: Istihbâb Shalat ad-Dhuha, hadits No. 720.] Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 1- Shalat dhuha mencukupkan sedekah sebanyak pe

Berhakim Kepada Selain Allah dan Rasulnya

عَنِ أَبِـيْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : (( لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ )). حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ ، رَوَيْنَاهُ فِيْ كِتَابِ (الحُجَّة) بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ Dari Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga keinginannya mengikuti apa yang aku bawa.’” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no.104; Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah, no.15; [ Kata An-Nawawi:"Hadits hasan shahîh yang kami riwayatkan dalam kitab al-Hujjah dengan sanad shahih"]. Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 1- Peringatan kepada manusia agar tidak menjadikan akal, kebiasaan dan hawa nafsu sebagai hukum yang melebihi syari’at yang dibawa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . 2- Wajib

Sebab Kasih Sayang Allah Bisa Dari Hal Kecil*

  Imam Asy-Syibli pernah memberi dua nasihat: 1) Jika ingin merasa hatimu tenang dan tenteram bersama Allah, janganlah engkau turuti hawa nafsumu. 2) Jika engkau ingin dikasihi Allah maka kasihilah makhluk-Nya.   Di dalam mimpinya, Asy-Syibli mengalami kematian. Lalu, setelah kematiannya itu dia ditanya tentang keadaannya, dan beliau menjawab, “Allah swt. bertanya kepadaku, ‘Wahai Abu Bakar, apakah kamu tahu apa sebab Aku mengampuni dosa-dosamu?’ Aku menjawab, ‘Sebab amal salehku.’ Allah swt. berfirman, ‘Bukan.’ Aku berkata, ‘Sebab keikhlasan ibadahku.’ Allah swt. berfirman, ‘Bukan.’ Aku menambahkan, ‘Sebab haji, puasa dan shalatku.’ Allah swt. kembali berfirman, ‘Bukan.’ Maka, aku bertanya keheranan, “Lantas, sebab apa wahai Tuhanku?’   Allah swt. menjawab, ‘Ingatkah saat engkau berjalan di sebuah lorong, di Baghdad? Bukankah engkau menjumpai seekor anak kucing yang lemas akibat cuaca yang ekstrim hingga dia meringkuk kedinginan di sudut bangunan? Dengan rasa sayang, kemu