Langsung ke konten utama

Postingan

BAGAIMANA CARA MENGATASI JIKA BERHEMBUS BISIKAN SYAITHAN YANG MENYELIMUTI HATI KITA❓

➡ Langkah-langkahnya telah dibimbing oleh Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam : 1⃣ Berkata: Aamantu Billaahi wa Rosuulihi (Aku Beriman kepada Allah dan Rasul-RasulNya) Atau berkata: Allahu Ahad, Allaahus Shomad, Lam Yalid wa lam Yuulad wa lam yakun lahu Kufwan Ahad. 2⃣ Berta’awwudz (Memohon Perlindungan kepada Allah dari syaithan) dengan Mengucapkan: A’udzu Billahi Minasy Syaithoonir Rojiim. 3⃣ Sedikit Meludah pada Arah Kirinya 3 Kali. 4⃣ Berhenti dari Memikirkan Hal itu. يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ 💎 "Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian kemudian berkata: 'Siapa yang menciptakan ini..siapa yang menciptakan ini.. Sampai ia berkata: 'Siapa yang menciptakan Tuhanmu.' Jika telah sampai hal itu, Berlindunglah kepada Allah (Taawudz) dan Berhentilah." (H.R alBukhari no 3034 dan Muslim no 191). يَأْتِي الشَّيْطَانُ الْإِنْسَان

KITA BUKAN SIAPA SIAPA

Nu'man bin Tsabit yg dikenal dg sebutan Abu Hanifah, atau populer disebut IMAM HANAFI , pernah berpapasan dg anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu). Sang imam berkata :"Hati-hati nak dg sepatu kayumu itu, Jangan sampai kau tergelincir". .Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah. "Bolehkah saya tahu namamu Tuan?" tanya si bocah. "Nu'man namaku", Jawab sang imam." Jadi, Tuan lah yg selama ini terkenal dg gelar al-imam al-a'dhom. (Imam agung) itu..??" Tanya si BOCAH. ."Bukan aku yg memberi gelar itu, Masyarakat-lah yg berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku". ."Wahai Imam, hati2 dg gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar...!Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan-mu ke dalam api yg kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya". Ulama besar yg diikuti banyak umat I

TIPE SUAMI YANG TIDAK PUNYA RASA CEMBURU (DAYYUTS)

⛵ Bagaimanakah tipe suami yang tidak punya rasa cemburu? Suami bertipe semacam ini adalah suami yang tercela sebagaimana disebutkan dalam hadits yaitu hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dengan sanad marfu’ –sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di mana beliau bersabda, ثَلاَثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالْدَّيُّوثُ الَّذِى يُقِرُّ فِى أَهْلِهِ الْخُبْث َ 📋 “Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga yaitu: pecandu khamar, orang yang durhaka pada orang tua, dan orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang menyetujui perkara keji pada keluarganya.” (HR. Ahmad 2: 69. Hadits ini shahih dilihat dari jalur lain) 🎃 Adapun maksud ad dayyuts sebagaimana disebutkan dalam Al Mu’jam Al Wasith adalah para lelaki yang menjadi pemimpin untuk keluarganya dan ia tidak punya rasa cemburu dan tidak punya rasa malu. ♨ Yang dimaksud tidak punya rasa cemburu dari suami adalah membiarkan keluarganya bermaksiat tanpa mau mengingatkan. Be

SAAT IKHLAS BERBICARA IKHLAS ITU

menentukan diterima atau tidak diterimanya aktivitas kita sebagai ibadah... Karenanya... pastikan ia senantiasa menyertai setiap aktivitas kita. Ikhlas itu…. Ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah. Ikhlas itu… ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan. Ikhlas itu… Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding. Ikhlas itu… Ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka. Ikhlas itu… Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah. Ikhlas itu… ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisimu, apa peranmu dibanding apa kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu. Ikhlas itu.. ketika ketersinggungan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan. Ikhlas itu… ketika posisimu di atas, tak membuatmu

KITA BUKAN SIAPA SIAPA

Nu'man bin Tsabit yg dikenal dg sebutan Abu Hanifah, atau populer disebut IMAM HANAFI , pernah berpapasan dg anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu). Sang imam berkata :"Hati-hati nak dg sepatu kayumu itu, Jangan sampai kau tergelincir". .Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah. "Bolehkah saya tahu namamu Tuan?" tanya si bocah. "Nu'man namaku", Jawab sang imam." Jadi, Tuan lah yg selama ini terkenal dg gelar al-imam al-a'dhom. (Imam agung) itu..??" Tanya si BOCAH. ."Bukan aku yg memberi gelar itu, Masyarakat-lah yg berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku". ."Wahai Imam, hati2 dg gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar...!Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan-mu ke dalam api yg kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya". Ulama besar yg diikuti banyak umat I

DOA AGAR TIDAK TERJERUMUS DALAM ZINA

Ada satu doa yang berisi meminta perlindungan pada Allah dari anggota badan yang cenderung dengan anggota badan ini akan terjadi perzinaan atau perselingkuhan. Berikut haditsnya. Syakal bin Humaid pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia meminta pada beliau untuk mengajarkannya bacaan ta’awudz yang biasa ia gunakan ketika meminta perlindungan pada Allah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan do’a dengan beliau memegang tanganku lalu beliau ajarkan, ucapkanlah, اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى “Allahumma inni a’udzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri basharii, wa min syarri lisanii, wa min syarri qalbii, wa min syarri maniyyi” (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari kejelakan pada pendengaranku, dari kejelakan pada penglihatanku, dari kejelekan pada lisanku, dari kejelekan pada hatiku, serta dari kejelakan pada mani atau kema

MENINGGALKAN SESUATU KARENA ALLAH

Ingat sekali lagi sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh salah seorang sahabat, إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْه ُ “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali berkata bahwa sanad hadits ini shahih.) Faedah yang sangat berharga disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah berikut ini tentang perihal yang kita kaji. “Akan terasa sulit jika seseorang meninggalkan hal-hal yang ia sukai dan gandrungi, lantas ia meninggalkannya karena selain Allah." Adapun perkataan “Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan diberi ganti yang lebih baik dari itu”, ganti yang diberikan di sini beraneka ragam. Akan tetapi ganti yang lebih besar yang diberi adalah kecintaan dan kerinduan pada Allah, ket