Langsung ke konten utama

Postingan

Memakmurkan masjid Allah hanyalah orang beriman

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ *Tarjamah TAFSIRIYAH :* *Yang sebenarnya dapat memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan takut hanya kepada Allah. Mudah-mudahan orang-orang mukmin itu menjadi golongan yang mendapatkan hidayah.* (QS At-Taubah (9) : 18) *Tafsir Ibnu Katsir* Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi: Firman Allah subhanahu wa ta’ala.: Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Allah subhanahu wa ta’ala. mempersaksikan keimanan orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami Syuraih,

MENGHIDUPKAN MALAM HARI RAYA

Dari sahabat Abu Umamah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: ((مَنْ قَامَ لَيْلَتَيِ الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ )) Barang siapa yang beribadah pada malam hari raya karena mencari ridha Allah, maka hatinya tidak akan mati ketika hati banyak orang mengalami kematian. Hadits riwayat Ibnu Majah (1782) dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra juz 3 hlm 319 dari Abu al-Darda' رضي الله عنه. Hadits di atas diriwayatkan dari beberapa jalur yang dha'if, tetapi diamalkan oleh para ulama. Maksud hadits di atas, orang yang mengisi malam-malam hari raya dengan ibadah kepada Allah, misalnya sholat, istighfar dan lain-lain, maka Allah memberikan kehidupan pada hatinya ketika hati banyak orang mengalami kematian. Kematian hati tersebut adakalanya disebabkan rakus pada dunia seperti harta kekayaan dan jabatan yang menyebabkan seseorang meninggalkan ajaran agama. Atau matinya hati sebab kekufuran yang merajalela dan berpengaruh terhadap bany

JANGAN RENDAHKAN PENDOSA

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata : كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به "Para sahabat berkata, siapa yang mencela saudaranya karena dosa-dosanya, padahal saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut" (Ash-Shamtu wa Aadaabul Lisaan hal 165 oleh Ibnu Abid Dunya) Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : "Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, namun dia masuk Surga, dan adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun dia masuk Neraka. Orang-orang pun bertanya : "Bagaimana itu bisa terjadi ?" Dia berbuat dosa, seolah-olah dosa itu selalu tampak di hadapan matanya. Ketika sedang berdiri, duduk, maupun berjalan dia selalu ingat akan dosa itu, sehingga membuat hatinya luluh, bertaubat, menyesal dan memohon ampunan kepada Allah. Hal itulah yang menjadi penyebab keselamatannya... Adapun yang berbuat kebaikan, seakan-akan kebaik

Tiga Perkara yang Menentukan

Nabi saw. bersabda, “Ada tiga perkara penghapus dosa, tiga perkara peninggi derajat, tiga perkara penyelamat, dan tiga perkara penyebab celaka.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Tiga Perkara Penghapus Dosa 1.Menyempurnakan wudhu (walau) keadaan sangat dingin 2.Menunggu shalat (sambil berzikir) 3.Melangkahkan kaki menuju shalat berjamaah (di masjid) Tiga Perkara Peninggi Derajat 1.Memberi makan (orang yang membutuhkan atau tengah kelaparan) 2.Menebarkan salam (kedamaian, sehingga orang-orang di sekitar merasa nyaman dengan kehadiran kita) 3.Shalat pada waktu malam (khususnya pada sepertiga malam terakhir) ketika orang-orang terlelap dalam tidurnya Tiga Perkara Penyelamat 1.Berlaku adil dalam keadaan ridha maupun marah (atau benci) 2.Berlaku sederhana dalam keadaan miskin maupun kaya 3.Takut kepada Allah dalam keadaan sendiri maupun di tengah keramaian. Tiga Perkara Penyebab Celaka 1.Ketamakan yang diperturutkan 2.Hawa nafsu yang diikuti 3.Berbangga mengagumi diri sendir

Dianjurkan untuk Puasa Syawal

*Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal* Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim) Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56) *Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh* Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ صَامَ سِتَّةَ

Senyum

Senyumnya Membawa Berkah Bismillahirrahmanirrahim... Pernahkah Anda melihat seorang tersenyum dengan tulus,sebab; - Anda memberikan hutangan kepadanya saat istri hendak ditangkap polisi jika tidak membayar hutangan padahal ia punya anak banyak. - Atau A nda memudahkan pembayaran hutangnya kepad a Anda - Atau bahkan melunasikan hutangnya - Atau bahkan membebaskan hutangnya - Anda meringankan beban hidupnya - Anda memberikan makan kepadanya dalam ia belum makan berhari-hari - Anda membiayainya berumrah atau berhaji saat ia ingin sekali menginjakkan kaki ke tanah suci Pernahkah Anda memperhatikan senyuman orang-orang tersebut... Senyuman yang begitu tulus... Senyuman yang begitu sumringah... Senyuman yang begitu penuh dengan doa kebaikan untuk yang membantunya... Senyuman itulah yang membawa berkah bagi yang menolongnya... Sobat muslimku... Anda mungkin Ahli Ibadah tetapi penolong sesama lebih utama dari ibadah sendirian

Apakah Ramadhanku Diterima

Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu semangat dan ikhlas dalam beribadah, seperti yang ia lakukan selama di bulan Ramadhan. Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu sabar menahan diri dari dosa dan maksiat, seperti ia sabar menahannya di bulan Ramadhan. Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu bersedih tatkala terluput atau terlalaikan dari suatu amal shalih, baik yang wajib atau pun sunnah. Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu berusaha menjadi orang yang paling utama, bersih hatinya, mulia akhlaknya dan benar ucapannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya : "Siapa orang yang paling utama ?" Beliau menjawab : "Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya". Para sahabat berkata : "Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya, lalu apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya ?" Beliau menjawab : "Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci ha