Langsung ke konten utama

Postingan

KIRIMAN PAHALA

Untukmu yang ingin tambahan pahala setelah ajal menjemputnya. Untukmu yang merasa gundah dengan usia yang sudah senja namun masih sedikit amal baiknya. Untukmu yang bertaubat di akhir-akhir hayat dan sangat mengharap aliran pahala yang berlipat-lipat. Kabar gembira dari *Nabi* kita yang tercinta melalui untaian _hadits_nya. *Beliau*  ﷺ bersabda, سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ، أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ. 📋 “Ada *tujuh perkara yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal dunia*, padahal dia berada di dalam kuburnya: ✅(1) orang yang mengajarkan ilmu, ✅(2) orang yang mengalirkan sungai (yang terputus) ✅(3) orang yang membuat sumur, ✅(4) orang yang menanam kurma (atau tanaman buah yg lainnya), ✅(5) orang yang membangun masjid, ✅(6) orang ya

Apakah Suara Wanita Termasuk Aurat?

Kita adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Salah satu konsekwensinya adalah saling bermuamalah satu sama lain dengan cara yg baik dan tidak berseteru dengan agama. Mengenai suara wanita, para ulama memang berbeda pendapat mengenai hukumnya. Namun, *jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa suara wanita bukanlah aurat.*  Hadist yang berbunyi *shautul marah aurah* (suara wanita adalah aurat) bukanlah hadits shahih, sebagian berpendapat hadits ini dhaif (lemah) dan sebagian yang lain bahkan mengatakannya sebagai hadits maudu(palsu). Dahulu kala, Ummul Mukminin Aisyah RA, beliau dalam meriwayatkan hadist tidak menuliskannya dalam bentuk tulisan, namun menyampaikannya langsung secara lisan kepada para shahabat Rasulullah SAW.  Padahal sebagaimana kita tahu, beliau adalah seorang wanita ahli syariah yang sangat sering meriwayatkan hadits. Beliau termasuk dalam 4 perawi yang paling banyak meriwayatkan hadits, setelah Abu Hurairah, Anas Ibn Malik, dan Ibnu Umar. Bahkan, Rasulul

Hati yang Mati

*"Hati yang Mati "* قال الإمام العالم العلامۃ الفقيه الحبيب زين بن ابراهيم بن سميط حفظه ﷲ تعالی : *Telah berkata Al Imam Aalim Allaamah Al Faqih Al Habib Zein bin Ibrohim bin Sumaith : من كان قلبه ميتا لا يقبل النصيحۃ *"Barang siapa yang hati nya mati , ia tidak akan bisa menerima nasehat"* وأشار إلی ذلك قوله تعالی : لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ ٱلْقَوْلُ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ. Dan Meng isyratkan akan hal itu sebagaiamana Firman Alloh SWT di dalam surat Yaasin ayat 70 :    *Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.* *Catatan :     Hati seorang Mukmin yang hidup mereka senantiasa menerima nasehat dan peringatan dari Alloh SWT & Rosul nya , berbeda dengan hati orang orang kaafir mereka menolak nasehat dan peringatan di karnakan hati mereka telah mati.... Dan orang orang Taashub (fanatik buta) susah sekali untuk di berikan Nasehat dan kebenaran y

BAGAIMANA MEWUJUDKAN HAFALAN AL QUR AN YANG MANTAP?

Oleh : Fityan Indi Rahman* Alhamdulillah semangat masyarakat muslim Indonesia dalam mewujudkan generasi penghafal Al Qur'an kian hari kian meningkat. Ini bisa dilihat dari semakin bertambahnya tempat-tempat menghafal Al Qur an baik berupa pondok pesantren dan rumah tahfidz. Bisa juga dilihat dari munculnya kegiatan tahfidz Al Qur an baik diadakan dalam masa tertentu ataupun dimasukkannya kegiatan tahfidz dalam kurikulum suatu lembaga pendidikan.            Sayangnya semangat ini tidak dibarengi dengan informasi tentang metode menghafal Al Qur  an yang baik. Masyarakat masih minim pengetahuan tentang seluk beluk tahfidz Al Qur an. Hafal Al Qur an bagaimana yang dikehendaki? Bagaimana seseorang bisa disebut hafidz Al Qur an? Apakah ketika berhasil menyelesaikan hafalan Al Qur an? Atau ketika berhasil diwisuda Al Qur an? Atau ketika berhasil menjawab soal tahfidz sambung ayat? Atau ketika berhasil menyetorkan hafalan 30 juz kepada gurunya?Mungkin tidak ada aturan baku tentang jawa

Jangan Marah

ONE DAY ONE HADIST Ahad, 25 November 2018 / 17 Robii'ul Awwal 1440 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري] Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah ) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.(Riwayat Bukhari) Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 1- Sabda beliau:(لا تغضب ) maknanya adalah: jangan engkau realisasikan kemarahanmu, dan larangan tersebut bukan kembali kepada sifat marah itu sendiri, karena sifat marah adalah tabiat manusia dan tidak mungkin bagi manusia untuk untuk menolak sifat itu. Dalam hadits yang lain: جاء رجل إلى النبى ( صلى الله عليه وسلم ) فقال : يارسول الله : علمنى علماً يقربنى من الجنة ويبعدنى عن النار قال : لا تغضب ول

TUJUH {7} BAIT CINTA DALAM NADZOM ALFIYAH IBNU MALIK

Berikut ini adalah beberapa bait di nadhom #Alfiyah ibnu malik yang secara tidak langsung memberi pencerahan tentang cinta. . 1.KALAU BiSA NYAMAN DENGAN YANG DEKAT, MENGAPA HARUS CARI YANG JAUH...!? وفي اختيار لايجيئ المنفصل # إذا تأتى أن يجيئ المتصل # Dalam kondisi tidak terpaksa, tidak perlu mendatangkan dhomir munfasil # Selama masih bisa memakai dhomir muttasil (bait ke- 63). . Pengaplikasian bait ini semisal pada contoh ketika membuat maf’ul bih dari dhomir, maka pergunakanlah dhomir muttasil ( tersambung dengan fi’il ) Contoh: ضربتُك, bukan ضربت إيك "Dalam konteks cinta dan mencari pasangan, banyak yang menyarankan bahwa harus mencari dari kalangan yang masih dalam satu lingkungan, semisal satu desa, satu kampus/pondok pesantren, atau bahkan satu kelas. Alasannya sederhana, karena pasangan yang masih dalam satu lingkungan/almamater,pemikiran dan ideologinya mungkin selaras. Hal itu, sedikitnya akan berpengaruh pada kelanggengan hubungan tersebut. Namun, hal itu ha

Laksana Menggegam Bara Api

ONE DAY ONE HADIST Sabtu, 24 November 2018 / 16 Robii'ul Awwal 1440 عن أنس بن مالك رضي الله عنه، رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 1- Berpegang teguh dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini memang amat berat, bagai mereka yang memegang bara api. 2- Orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api. 3- Maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin