Langsung ke konten utama

Postingan

Suami yang mencium bau surga

SUAMI YANG MENCIUM BAU SURGA” --------------------------------- Saya terima nikahnya.... binti.... dengan mas kawin......di bayar tunai....”.Singkat, padat dan jelas. Tapi tahukan makna “perjanjian atau ikrar” tersebut?Itu tersurat. Tetapi apa pula yang tersirat? Yang tersirat ialah :Artinya: ”Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia (perempuan yang ia jadikan istri) dari ayah dan ibunya Dosa apa saja yang telah dia lakukan.Dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat.Semua yang berhubungan dgn si dia (perempuan yang ia jadikan istri), aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung. Serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku”.juga sadar,sekiranya aku gagal dan aku lepas tangan dalam menunaikan tanggung jawab,maka aku fasik, dan aku tahu bahwa nerakalah tempatku kerana akhirnya isteri dan anak-anakku yg akan menarik aku masuk kedalam Neraka Jahanam.. dan Malaikat Malik akan melibas aku hingga pecah hancur badanku. Akad nikah ini bukan saja perjanjian a

Pribadi Muslim

MT. Ahad 23 Sya"ban 1438 10 Karakter atau Ciri Khas Pribadi Muslim Sejati. Al-Qur’an dan Hadits adalah dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari ALLAH SWT. Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja. Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim. 1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersi

Berkata Baik atau Diam

Ahad, 21 Mei 2017/ 25 Sya'ban 1438 Berkata Baik atau Lebih Baik Diam عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ . [رواه البخاري ومسلم Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim) Pelajaran yang terdapat di dalam hadist: 1. Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari. 2. Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu

Renungan Hari Ini

"RENUNGAN HARI INI" Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR Seorang yang dekat dengan ALLAH , bukan berarti tidak ada air mata Seorang yang TAAT pada ALLAH, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT Biarlah ALLAH  yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena ALLAH TAHU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEIKHLASAN Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar  KESABARAN Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN Ketika kamu lelah dan merasa kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang be

Kisah inspirasi

*Mari  DI RENUNGKAN* Copas & share Sekitar Empat tahun yang lalu tepatnya di awal Ramadhan 1433 H Saya mengikuti kuliah subuh di masjid dekat rumah. Ustadz yang berceramah menceritakan kisah nyata dari seorang rektor salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang sedang mencari sistem pendidikan terbaik yang dapat menghasilkan dan mencetak generasi yang cerdas, bermartabat dan bisa bermanfaat bagi bangsa dan agama. Untuk mencari sistem pendidikan terbaik, rektor tersebut pergi ke Timur Tengah untuk meminta nasihat dari seorang ulama terkemuka di sana. Ketika bertemu dengan ulama yang ingin ditemuinya, lalu dia menyampaikan maksudnya untuk meminta saran bagaimana menciptakan sistem pendidikan terbaik untuk kampus yang dipimpinnya saat ini. Sebelum menjawab pertanyaan dari rektor, ulama tersebut bertanya bagaimana sistem pendidikan saat ini di Indonesia mulai dari tingkat bawah sampai paling atas. Rektor menjawab, _"Paling bawah mulai dari SD selama 6 tahun, SMP 3 ta

SEANDAINYA MEREKA HIDUP DI JAMAN RASULULLAH

Seandainya orang ini hidup di jaman Nabi: Melihat Nabi memimpin perang Badar, Uhud, Khandaq dll,... Mereka akan berkata: Nabi kok hobinya perang, mestinya Nabi itu mengajarkan kedamaian, toleransi, kebhinekaan, seperti aku ini... Mendengar Nabi berdoa "Semoga Allah merobek-robek kerajaannya (kerajaan persia)" Mereka akan berkata: Nabi kok mendoakan jelek, mestinya Nabi itu berdoa yang baik-baik, seperti aku ini... Mengetahui Nabi menghukum potong tangan bagi pencuri wanita dari kalangan bangsawan, kemudian Nabi marah karena ada yang coba-coba menawar hukuman tsb... Niscaya mereka pun akan berkata: Nabi kok keras dan pemarah begitu, mestinya Nabi itu mengayomi dan mudah memaafkan, seperti aku ini... Melihat Nabi memerintahkan para sahabat untuk merobohkan masjid (Dhirar) yang dibuat kaum munafik.. Mereka akan berkata: Nabi kok radikal begitu, mestinya Nabi itu lemah lembut tidak radikal seperti aku ini... Siapakah "Mereka" yang ada dalam cerita ini??? Dial

Etika Puasa

MT. Sabtu 23 Sya'ban 1438 H Etika Berpuasa Di antara etika berpuasa ada yang sifatnya wajib dan ada juga yang sunnah. Di antaranya adalah: 1.      Sedapat mungkin sahur dan menundanya hingga di penghujung waktunya. Rasulullah bersabda: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً “Bersahurlah, sesungguhnya di dalam sahur itu mengandung berkah.” (Shahih al-Bukhari juz VII hal. 217 no. 1923) Jadi, sahur adalah makanan yang penuh dengan berkah, sekaligus menyelisihi kebiasan ahlul kitab. Sementara itu sebaik-baik makanan sahur adalah kurma. (HR al-Bukhori). 2.      Menyegerakan berbuka (bila telah sampai waktunya). Rosulullah shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda: لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ “Orang-orang akan selalu mendapatkan kebajikan selagi mereka menyegerakan dalam berbuka puasa.” (Shahih al-Bukhari juz II hal. 692 no. 1856) 3.      Menghindari rafats, karena Rasulullah  shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda: وَإِذَا كَانَ يَوْمُ