1. Film ini meringankan beban mental UAS dalam menghadapi ejekan dalam berdakwah. Ternyata orang hebat sekelas Buya Hamka pernah diejek dan diremehkan. Apalagi hanya UAS.
2. Di balik sosok Buya Hamka, ada sosok istri yang hebat, Ummi Raham. Ummi Raham nampaknya sederhana, tapi memiliki kekayaan hati, keluasan wawasan, dan kebijakan sikap. Raham sepertinya hanya tukang buat kopi Buya Hamka; membuat minuman rasanya pahit tetapi rupanya tetap manis. Namun istri Buya Hamka menjadi guru terbaik dari rumah bagi anak-anak dan pendamping terbaik dalam perjuangan Buya Hamka.
3. Buya Hamka menulis di tengah keterbatasan. Dia menulis saat itu tidak ada laptop. Dan karya-karyanya semuanya bernas. hebat Buya Hamka. Beliau menjadikan tulisan sebagai media untuk menggerakkan memperjuangkan kemerdekaan.
4. Buya Hamka di tengah perjuangan menghadapi ujian yang sangat berat lainnya; anak dan ayahnya meninggal.
5. UAS merasa perspektif tentang Buya Hamka lebih sempurna ketika menonton Film Buya Hamka dibandingkan sekedar membaca dan mendengarkan ceramah tentang Buya Hamka.
6. UAS baru tahu rahasia kenapa lampu bioskop sengaja dimatikan saat menonton, supaya Hadziq yang duduk di samping UAS tidak sampai tahu bahwa UAS menangis ketika menonton film Buya Hamka karena haru.
7. UAS merasa fajar telah terbit. Karena Bang Fajar Bustomi Iskandar telah hadirkan film hebat untuk bangsa ini. UAS ingin peradaban kita dibangun dengan cerita-cerita berkarakter yang akan membentuk karakter calon pemimpin masa datang seperti sosok Buya Hamka. Teruslah berkarya Bang Fajar.
8. Di film ini UAS merasa bangga semua bintang film berbahasa Minang. Unsur budayanya sangat kuat. Padahal mereka bukan orang Minang. Pada akhirnya semuanya akan menjadi orang Minang pada waktunya.
Komentar
Posting Komentar