Langsung ke konten utama

UNTUKMU SAUDARAKU YANG LALAI…




Saudaraku, engkau…

Begitu semangatnya mengikuti berita…
Begitu seriusnya mencari data dan informasi terbaru darinya…
Begitu antusiasnya memberikan komentar terhadapnya…
Begitu pedulinya akan peristiwa yang berlangsung hanya sehari, seminggu dst…

Tapi…

Apakah sebegitu semangatnya, seriusnya, antusiasnya, perhatian dan pedulinya dirimu dengan agamamu, dan kehidupan hakiki di akhirat yang pasti abadi…?

Kenapa masalah yang sehari bisa mengalahkan masalah kehidupan akhirat yang kekal dan tidak akan pernah mati…?

Kenapa ketika ada hal-hal yang berkaitan dengan akhirat, ganjaran, kebaikan, kematian dll tidak seperti itu sikapnya…? Apakah sudah ada benih-benih kemunafikan yang tidak disadari…?

Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata :

“Nifaq (munafik) adalah engkau berbicara tentang Islam tetapi engkau tidak mengamalkan ajarannya dalam kehidupan” (Hilyatul Auliyaa’ I/182).

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :

Wahai jiwa yang miskin…
Engkau selalu berbuat jelek, tetapi menyangka telah berbuat baik…!
Engkau bodoh, tetapi menyangka dirimu berilmu…!
Engkau bakhil, tetapi menyangka dirimu dermawan…!
Ajalmu telah dekat, tetapi angan-anganmu masih jauh…!
Engkau telah berbuat zalim, tapi menyangka engkaulah yang terzhalimi…!
Engkau memakan harta yang haram, tetapi menganggap dirimu wara’…!
Engkau telah menuntut ilmu demi meraup keuntungan dunia, tetapi engkau katakan menuntutnya karena Allah ‘Azza wa Jalla…” (Siyar A’lamin Nubalaa’ VIII/440).

Ingatlah…

Kehidupan dunia hanyalah sebentar dan tidak lama… Janganlah masalah yang paling penting yaitu akhirat ternyata di abaikan begitu saja, sehingga hilanglah begitu banyak kebaikan…

Coba tanyakanlah kepada diri sendiri…

Sudah berapa kebaikan yang telah dilakukan…?
Sudah berapa banyak khatam membaca al-Qur’an…?
Sudahkah shalat dilakukan dengan penuh khusyu’…?
Sudahkah ibadah benar-benar niatnya karena Allah…?

Sudahkah bertambah iman…?
Sudahkah bertambah ilmu…?
Sudahkah bertambah amal…?
Sudahkah bertambah semangat…?

Seberapa sering menghadiri majelis ta’lim…?
Seberapa banyak yang dipahami dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar…?
Seberapa besar rasa takut kepada Allah Ta’ala…?
Seberapa banyakkah mengingat kematian…?

Kenapa seseorang membenci kematian…?
Karena ia telah memakmurkan dunia dan menghancurkan akhiratnya, maka ia benci keluar dari kemakmuran menuju kehancuran…

Wahai Saudaraku…

Kita tidak sedang berada di dunia yang kekal…
Kita telah diizinkan untuk pergi, maka bersiaplah karena perjalanannya sebentar lagi berangkat…

Beruntunglah orang yang takut ketika di dunia dan betapa buruk orang yang dosanya masih tersisa sepeninggalnya…

Perhatikanlah, sebagai apa nanti bila sudah berdiri di hadapan Allah Ta’ala, lalu Dia meminta pertanggung jawaban terhadap nikmat yang telah diberikan…

Orang-orang yang baik akan kembali kepada Allah seperti perantau yang kembali kepada keluarganya, sedangkan orang yang penuh dengan dosa dan maksiat akan datang seperti budak yang kabur, lalu dia diseret kepada majikannya dengan keras…

Allah Ta’ala berfirman :

“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 205 – 207).

Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk beribadah, namun syahwat malah menghalangnya untuk beribadah…

Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk masa yang akan datang, namun masa yang sekarang menghalanginya dari masa yang akan datang…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia