Langsung ke konten utama

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN AGAR IBADAH RAMADHAN KITA SEMPURNA

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, karena pada bulan ini kaum muslimin diwajibkan untuk berpuasa serta pada bulan ini juga diturunkannya Al-Quran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah 185, yang berbunyi : 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Siapakah di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu ada pada seseorang kecuali dia pasti akan masuk surga." ( HR. Muslim : 1707 )

Dari pernyataan di atas kita mengetahui bahwasanya puasa sunnah saja dapat mengantarkan Abu Bakar ke surga, lantas bagaimana dengan puasa Ramadhan ? Maka tentu saja akan begitu dahsyat keutamaan yang kita dapatkan apabila kita mampu melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. 

Sehingga seorang muslim hendaknya menjaga puasa yang ia jalani. Tidak hanya pembatal puasa yang harus dijaga seperti menahan makan, minum, berhubungan suami istri pada siang hari, atau muntah dengan sengaja. Namun kita juga dituntut untuk menjaga nilai dari puasa itu sendiri agar kita mendapatkan pahala sehingga puasa yang kita lakukan tidak sia-sia disisi Allah SWT. 

Jangan sampai puasa yang kita lakukan hanya sekedar menahan lapar, dahaga, atau syahwat saja. Ada hal yang harus kita perhatikan disaat berpuasa agar pahala puasa kita sempurna. Rasulullah melarang kita untuk berdusta terlebih pada bulan Ramadhan maka konsekuensinya puasa yang kita lakukan tidak berarti apa-apa disisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah yang berbunyi :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Berdusta dianggap jelek setiap waktu, namun semakin teranggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hadits di atas menunjukkan tercelanya dusta, seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu. Ulama mengatakan bahwa orang yang berdusta pada saat berpuasa maka puasanya tetap sah, akan tetapi nilai dari puasa itu sendiri akan hilang atau kita tidak mendapatkan pahala dari puasa kecuali hanya menahan lapar dan dahaga saja. Sungguh merugi bukan ?

Apalagi di zaman kita saat ini terlalu banyak berita hoax/palsu dikalangan masyarakat, kemudian apabila kita ikut menyebarkan berita hoax tersebut maka perbuatan tersebut sama dengan berdusta dan menyebabkan puasa kita tidak mendapatkan apa-apa disisi Allah kecuali hanya menahan lapar dan haus saja. Maka sebelum kita membagikan sebuah berita dan berita tersebut tidak jelas kebenarannya, maka kita tidak perlu terlibat di dalamnya agar tidak menyebabkan hilangnya pahala disaat kita berpuasa.

Beberapa hal yang diperintahkan agar puasa Ramadhan kita sempurna, diantaranya :

1. DISUNNAHKAN UNTUK BERPUASA 6 HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayub Al-Anshary meriwayatkan hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang berpuasa (pada bulan Ramadhan) kemudian diikuti puasa enam hari pada bulan Syawal, maka hal itu sama seperti puasa setahun." (HR. Muslim)

Selain itu, juga ditegaskan dalam hadis Nabi yang lain. Imam Ahmad meriwayatkan, Nabi SAW bersabda:
"Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, maka satu bulan sama seperti sepuluh bulan. Dan siapa yang berpuasa setelah itu, berpuasa selama enam hari sesudah Id (Syawal), hal itu sama nilainya dengan puasa sempurna satu tahun." (HR. Ahmad).

2. MELAKSANAKAN MAKAN SAHUR
Puasa bukan ibadah yang sembarangan, sampai Rasulullah mengatakan "Janganlah kalian berpuasa seperti puasanya orang Yahudi." Karena orang Yahudi dan Nasrani juga berpuasa akan tetapi ada perbedaan antara puasa kita dengan mereka. 

Rasulullah SAW bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim) 

Sahur yang dilakukan dengan niat menjalankan puasa, maka akan diberikan pula pahala berupa keberkahan pada orang yang menjalakannya. Keberkahan ini sangat luas, mulai dari keberkahan menahan hawa nafsu serta keberkahan untuk tetap mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

Rasulullah juga sering mengakhirkan waktu sahur. Anas radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu, "Kami makan sahurbersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat, aku tanyakan (kata Anas):

Berapa lama jarak antara adzan dan sahur? Rasulullah menjawab, "Kira-kira 50 ayat membaca Al Qur'an." (HR Bukhari Muslim).

Dari sini kita tahu, Rasulullah SAW selalu sahur di akhir waktu atau menjelang waktu Subuh. Dengan demikian perut akan merasa kenyang lebih lama jika dibandingkan makan sahur ketika tengah malam.

Dan satu hal yang harus kita ketahui bahwasanya imsak itu bukan isyarat kita untuk berhenti makan. Imsak itu hanya isyarat buat kita agar berhati-hati bahwasanya waktu adzan subuh sebentar lagi berkumandang sehingga ketika imsak masih diperbolehkan untuk makan & minum. Kecuali apabila adzan subuh berkumandang barulah kita dilarang untuk makan & minum serta pembatal puasa yang lainnya. 

3. MENYEGERAKAN UNTUK BERBUKA
Di antara hal yang dianjurkan saat puasa adalah menyegerakan waktu untuk berbuka. Ini yang dikatakan sebagai sunnah puasa. Berbeda halnya dengan makan sahur yang diperintahkan Rasulullah untuk diakhirkan. 

Anjuran tersebut ada pada hadist Sahl bin Sa’ad Radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda.
"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka." (Musttaraqun ‘alaih)

Apabila kita dalam perjalanan maka sebaiknya untuk menghentikan perjalanannya sebentar kemudian segera untuk berbuka puasa, minimal minum terlebih dahulu dan jangan menunggu sampai ke rumah baru dia berbuka, karena bersegera saat berbuka puasa itu kata Rasulullah akan mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. 

Doa ketika buka puasa yang kerap diamalkan masyarakat, yaitu "Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin"

Namun, doa yang lazim dibaca masyarakat ini ternyata tidak shahih dan diperselisihkan bagi para ulama. Doa yang senantiasa Rasul baca ketika berbuka puasa adalah sebagai berikut :

ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ

Artinya:
"Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah (jika Allah menghendaki)."

Kapan peletakan doa itu kita baca ?
Doa itu dibaca setelah kita makan kurma atau membasahi tenggorokan kita. Jadi ketika sebelum berbuka puasa kita hanya membaca Bismillahirahmanirrahim, kemudian mengambil kurma disunnahkan dengan 3 jari yakni jempol,telunjuk dan tengah setelah itu mimum kemudian barulah kita membaca doa yang diriwayatkan Abu Dawud di atas.

4. SHALAT TERAWIH BERSAMA IMAM SAMPAI SELESAI
Ibadah besar yang sangat dianjurkan bagi kita pada bulan suci Ramadhan adalah shalat terawih. Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 Rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian shalat witir 3 rakaat.” (HR Muslim)

Shalat malam merupakan ibadah sunnah yang sangat dicintai dan ditekankan oleh Allah, maka berbahagialah kepada orang yang disehatkan Allah SWT lahir dan batin, sehingga ketika datangnya Ramadhan dia tidak pernah melewatkan malamnya kecuali dia sujud dan shalat malam.

Namun satu hal yang sangat penting ketika kita melaksanakan shalat terawih berjamaah bersama imam maka kita wajib untuk menuntaskannya sampai selesai witir bersama imam agar mendapat pahala shalat malam penuh.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً

“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. An Nasai no. 1605, Tirmidzi no. 806, Ibnu Majah no. 1327, Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menshahihkan hadits ini. Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ no. 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita untuk mengisi hari-hari penuh keberkahan di bulan Ramadhan ini untuk senantiasa melaksanakan ibadah yang diperintahkan dan dianjurkan. Aamiin ya rabbal alamin.

✍Akhmad Faishal

RAMADHAN DAY-11

Ustadz H. Masudi, HS
Musholla Al-Muhajirin (Kultum Terawih)
Kamis, 22 April 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia