Langsung ke konten utama

10 PERINTAH ALLAH DALAM AL-QURAN

Ada 10 perintah Allah SWT kepada kita di dalam Al-Qur'an yang tercantum dalam Q.S An-Nisa ayat 36, yang berbunyi :

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya :
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil (musafir yang terlantar/anak yang putus sekolah karena tidak punya biaya) dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,

Dari 10 macam perintah Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 36, maka kita mengetahui bahwasanya hanya 1 perintah yang berhubungan kepada Allah (habluminallah) dan 9 perintah lainnya yang berhubungan kepada manusia (habluminannas). 

Dari sini saja kita mengetahui bahwasanya habluminannas itu salah satu ibadah yang besar nilainya, maka momentum Ramadhan sudah sepantasnya bagi kita untuk menjalin hubungan yang baik kepada manusia dan menjalankan perintah Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 36 tersebut.

Dalam ayat ini juga kita tahu bahwasanya perintah untuk tidak menyekutukan Allah itu ada pada urutan pertama. Allah juga berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 48 tentang ancaman bagi orang yang berbuat syirik, yang berbunyi :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Perbuatan syirik ini terjadi turun termurun dari umat terdahulu hingga zaman kita saat ini, dimana puncak kesyirikan dan penyembahan berhala pertama kali itu terjadi pada zaman kaum Nabi Nuh. Perbuatan syirik yang mereka lakukan berawal dari penghormatan secara berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap orang saleh pada masa lalu, hingga suatu saat orang saleh tersebut meninggal dan puncak kesyirikannya mereka membuat berhala untuk disembah. Naudzubillah maka berhati-hati lah dengan sikap ghuluw ini atau mensejajarkan kedudukan Allah SWT dengan kedudukan manusia. 

Sebab seseorang ikhlas dalam beribadah juga karena dia tidak pernah berbuat syirik. Sehingga shalat, puasa, zakat, dan segala ketaataan yang dibangunnya pasti akan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. 

Kemudian perintah kedua pada Q.S An-Nisa ayat 36 ini menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang tua. Al-Qur'an berulang-ulang meletakan kedudukan orang tua di bawah satu tingkat kedudukan Allah dan Rasulullah, ini merupakan bukti pentingnya orang tua dalam kehidupan kita. Maka jangan menganggap enteng apabila seorang anak pernah berbuat durhaka kepada orang tua nya, segeralah minta ampun dan bertaubat kepada Allah SWT.

Abu Hurairah pernah melihat dua orang berjalan berdampingan. Lalu beliau berkata kepada salah satunya,

مَا هَذَا مِنْكَ ؟ فَقَالَ: أَبِي. فَقالَ: ” لاَ تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلاَ تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلاَ تَجْلِسْ قَبْلَهُ

“Apa hubungan dia denganmu?” Orang itu menjawab, ”Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu berkata, “Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah berjalan di hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod, no. 44. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad.)

Sesungguhnya perbuatan baik kepada orang tua kita itu berbalas, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {بُرُّوا آبَاءَكُمْ تَبُرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَعِفّوا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ}.

“Berbuat baiklah kepada orang tua-orang tua kalian maka anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian, dan jagalah diri kalian (dari zina), maka istri-istri kalian akan terjaga (dari zina).” (HR. imam Ath-Thabarani dari sahabat Ibnu Umar r.a.)

Alangkah indahnya jika 10 perintah Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 36 ini kita laksanakan semuanya pada bulan yang penuh berkah. Yakni : tidak syirik, berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya. 

Semoga kita mampu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, aamiin yarabbal alamin

RAMADHAN DAY-8

Ustadz H. Masudi, HS
Masjid Al-Jihad (Kultum Subuh)
Selasa, 20 April 2021
✍Akhmad Faishal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia