Langsung ke konten utama

Hal Yang Menjadi Penyebab Doa Kita Tertolak



1. ORANG YANG MEMUTUS TALI SILATURAHMI dan BERDOA UNTUK KEMAKSIATAN
Memutuskan tali persaudaraan bukanlah hal yang diperbolehkan dalam Islam. Sebab, Islam mewajibkan setiap manusia wajib menjalin silaturahmi dengan siapa pun. Memutuskan tali silaturahmi merupakan dosa besar dan sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Dan batasnya seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudara muslim yang lain hanya 3 hari saja, apabila lebih dari itu maka kita termasuk orang yang memutuskan tali silaturahmi.

Sebagaimana hadist dari Rasulullah saw :
"Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah akan segera mengabulkan do’anya; Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak; Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi lantas berkata, "Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian." (HR. Ahmad)

2. MAKANAN dan PERANGKAT HIDUP YANG HARAM
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’" –Qs al-Mu’minûn/23 ayat 51-

Dan Allah Ta’ala berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu" –Qs al-Baqarah/2 ayat 172-

Kemudian Rasulullah menyebutkan orang yang lama bepergian; "rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?” Hadits ini shahîh, diriwayatkan oleh: Muslim, No. 1015.

Dari redaksi hadits di atas kita ketahui yang pertama bahwa seseorang tersebut adalah musafir dan sebagaimana kita ketahui doa orang musafir termasuk doa yang cepat diijabah oleh Allah, akan tetapi selama hidup dia memperolehnya dengan harta yang haram maka doanya pun ditolak oleh Allah. Kemudian yang kedua orang tersebut sudah berdoa kepada Allah dengan mengangkat kedua tangannya dan sebagaimana yang kita ketahui Allah akan malu apabila tidak mengabulkan permintaan dari seorang hamba yang berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, akan tetapi selama hidup dia memperoleh rezeki dari harta yang haram maka doanya pun ditolak oleh Allah.

Bahkan walaupun kita berdoa pada saat wukuf di Arafah saja yang sebagaimana kita tau bagaimana kualitas seorang muslim yang berdoa pada saat wukuf di arafah maka akan sangat diijabah oleh Allah, akan tetapi apabila kita memperolehnya dengan harta yang haram, maka doa kita pun akan tertolak.

Neraka lebih pantas bagi seorang muslim yang memperoleh makanan dari harta yang haram sebagaimana hadist dari Rasulullah saw :

'Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, shalat adalah taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah), puasa adalah benteng, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api. Hai Ka’ab, tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan haram karena neraka lebih dekat dengannya'” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami).

Berbeda halnya dengan diri seorang Qarun, dia selalu melakukan kemaksiatan, congkak, dan segala keburukan yang dia lakukan namun dia selalu mendapatkan kenyamanan hidup di dunia. Qarun diberikan Allah azab yang berupa kenikmatan di dunia yang dinamakam istidraj. Dan istidraj ini siksanya amat pedih di akhirat kelak. Jadi janganlah bangga apabila kalian terus menerus melakukan kemaksiatan akan tetapi kalian masih mendapatkan kenikmatan di dunia, boleh jadi kenikmatan tersebut merupakan azab oleh Allah swt yang dinamakan istidraj.

Lantas bagaimana kita bertaubat dari harta haram yang pernah kita dapatkan? Syaikh Al-Utsaimin mengatakan bahwa :
(a) Apabila kita pernah mendapatkan harta haram dengan mendzalimi seseorang muslim yang lebih afdhal dia meminta maaf kepada orang yang pernah kita dzalimi, dan apabila orang yang terdzalimi sudah meninggal dunia maka kita mencari ahli warisnya atau kita sedekahkan saja kemudian kita mendoakan kepada orang yang terdzalimi tersebut agar mendapatkan keberkahan oleh Allah swt di dalam kuburnya.

(b) Apabila kita pernah mendapatkan harta haram dengan mendzalimi seseorang yang kafir yang lebih afdhal dia meminta maaf kepada orang yang pernah kita dzalimi, atau kita mencari anak-anaknya atau kita menyumbangkan harta kita kepada hal yang sifatnya umum contohnya perbaikan jalan, jembatan, pembuatan toilet umum dll. Karena harta dari orang kafir dilarang untuk disumbangkan kepada hal yang sifatnya keumuman bagi orang muslim seperti pembuatan masjid, pondok pesantren, dll

3. TIDAK YAKIN TERHADAP DOA KITA AKAN DIIJABAH
Kalau kita berdoa namun kita tidak yakin terhadap doa kita hanya sebatas rutinitas saja maka model doa seperti ini tidak akan diijabah oleh Allah swt. Sebelum kita berdoa kita harus yakin dulu kepada Allah bahwa doa kita pasti akan diijabah. Karena Allah berjanji kepada setiap hambaNya yang meminta maka pasti akan diijabah, namun doa itu perlu proses untuk diijabahnya tidak serta merta langsung dikabulkan oleh Allah saat itu juga.

4. BERDOA DALAM KEADAAN TERGESA-GESA
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian pasti dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. (Yaitu) orang tersebut berkata, ‘Aku telah berdoa kepada Rabbku, tetapi Dia tidak mengabulkannya untukku.’” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6340 dan Muslim, no. 2735]

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Doa seorang muslim senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan hubungan keluarga, asalkan ia tidak tergesa-gesa.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang berkata, ‘Sungguh aku telah berdoa dan sungguh aku telah berdoa, namun aku belum melihat dikabulkannya doaku.” Maka ia pun merasa rugi (putus asa) ketika itu sehingga meninggalkan doa.”

Ingat.. ketika kita berdoa maka pasti ada yang namanya proses, harus sabar. Tidak serta merta doa tersebut langsung diijabah oleh Allah. Atau boleh jadi doa tersebut diganti Allah dengan kenikmatan yang lainnya seperti umur yang berkah, keharmonisan dalam rumah tangga,selalu disehatkan badannya atau diganti Allah dengan kenikmatan dunia yang lainnya. Karena Allah lebih mengetahui apa yang lebih kita butuhkan, atau boleh jadi doa kita disimpan untuk pahala kita di akhirat nanti. 
Nabi Musa saja berdoa kepada Allah untuk meruntuhkan kekuasaan Firaun tidak langsung serta merta dikabulkan oleh Allah pada saat itu juga. Nabi Musa saja dikabulkan oleh Allah doanya dengan proses yang sangat panjang, lantas siapa kita dan siapa nabi Musa? Karena nabi Allah saja ketika berdoa maka tidak langsung serta merta dikabulkan. Maka untuk dari itu ketika kita berdoa kita harus bersabar.

5. TIDAK MEMASUKAN KALIMAT SHALAWAT KETIKA KITA BERDOA
Sebagaimana hadist dari Rasulullah saw :
"Tidak diterima doa seorang manusia apabila seseorang tersebut tidak menyebutkan kalimat shalawat kepada Rasulullah"
Lantas kapan waktu yang tepat untuk memasukan kalimat shalawat di dalam doa? Ulama berpendapat untuk memasukan kalimat shalawat kepada Rasulullah itu di awal doa setelah kalimat pujian kepada Allah. Apakah boleh kalimat shalawat di akhir doa? Tidak ideal bagi seseorang yang berdoa kepada Allah hanya memasukan kalimat shalawat satu kali di akhir/penutup doa saja, berbeda halnya apabila dia sudah memasukan kalimat shalawat di awal setelah menyebutkan kalimat pujian kepada Allah kemudian dia ingin menutup doa tersebut dengan kalimat shalawat lagi di akhirnya, maka hal seperti itu boleh-boleh saja. Yang terpenting kita memasukan kalimat shalawat di awal doa setelah memuji kalimat Allah, karena apabila kita tidak memasukan kalimat shalawat di doa kita maka boleh jadi itu merupakan sebab dari doa kita terhalang untuk dikabulkan oleh Allah swt. 

Itulah penyebab dari sulitnya doa-doa untuk terkabulkan dan sampai kepada kita. Mengoreksi diri dan muhasabah diri menjadi solusi untuk diri masing-masing hamba Allah. Dan janganlah sekali-kali kita berprasangka buruk kepada Allah. Karena pada dasarnya Allah selalu mengabulkan setiap permintaan dan permohonan hamba-Nya untuk kebajikan.

Ustadz H. Riza Rahman, Lc
Masjid Al-Munawarrah Badha Subuh
Jumat, 8 Januari 2021

✍Akhmad Faishal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia