Langsung ke konten utama

Ucapan Ketika Mendapatkan Nikmat yang Menyenangkan

ONE DAY ONE HADIST
Senin, 17 September 2018 / 7 Muharrom 1440

Ucapan Ketika Mendapatkan Nikmat yang Menyenangkan

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin – semoga Allah meridlai beliau – beliau berkata : Adalah Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam jika ditimpa keadaan yang menyenangkan, beliau berkata : Alhamdulillah alladzii bi ni’matihii tatimmus shoolihaat (Segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan dariNya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna). Sedangkan jika beliau ditimpa sesuatu yang tidak disenanginya, beliau mengucapkan : Alhamdulillah ala kulli haal (Segala puji bagi Allah dalam segenap keadaan)”(H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany dalam as-Shahihah (no 265)).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Tidak ada sesuatu hal yang paling dicintai oleh Allah selain pujian untukNya.
2- Jika ditimpa keadaan yang menyenangkan, berkata : Alhamdulillah alladzii bi ni’matihii tatimmus shoolihaat (Segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan dariNya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna). Sedangkan jika ditimpa sesuatu yang tidak disenanginya, mengucapkan : Alhamdulillah ala kulli haal (Segala puji bagi Allah dalam segenap keadaan)
3- Karena itu, bentuk dzikir yang berupa pujian dan tauhid (Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin) mengandung pahala yang lebih besar.
4- Seseorang dikatakan bersyukur jika ia melakukan 4 hal:
1. Mengakui nikmat tersebut. Ia mengakui bahwa itu adalah nikmat dari Allah, tidak didapatkannya berkat keahliannya, namun karena pertolongan dan pemberian Allah.
2. Memuji Allah.
Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyatakan: “Ucapan Alhamdulillah adalah kalimat yang diucapkan oleh seluruh orang yang bersyukur” (Tafsir Ibnu Katsir (1/128)).
3. Tunduk dan mencintai Allah.
4. Menjalankan ketaatan kepada Allah sebagai perwujudan syukur. Ia gunakan nikmat pemberian Allah untuk mentaatiNya, tidak untuk bermaksiat kepadaNya.
(disarikan dari Madaarijus Saalikin karya Ibnul Qoyyim (2/247)).

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1- Banyak berdzikir akan menyebabkan seseorang mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan

…وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

…dan banyaklah berdzikir (mengingat Allah) agar kalian beruntung (Q.S al-Anfaal:45 dan al-Jum'ah:10).

2- Jika ada pihak yang paling berjasa, paling berbuat baik dalam kehidupan kita, maka Ia adalah Allah. Darinyalah sumber segala kenikmatan, manfaat, rezeki, atau kebaikan yang kita terima.

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Apa saja nikmat yang kalian dapatkan, maka itu dari Allah (Q.S anNahl:53)

3- Allah tidak akan mengadzab seseorang yang beriman dan bersyukur kepadaNya:

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآَمَنْتُمْ …

Mengapa Allah menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman?…(Q.S anNisaa’:147).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia