Langsung ke konten utama

PEMUDA YANG MEMINTA IZIN BERZINA

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang gaga mendatangi Nabi Muhammad S.A.W.
Dia berkata “WahaiRasulullah, izinkan aku untuk berbuat zina. Para Sahabat r.a yang hadir disana pun marah mendengar ucapannya. Betapa lancangnya si pemuda meminta kepada nabi Muhammad agar mengizinkannya berzina.

Namun lihatlah nasihat yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Beliau adalah guru terbaik sepanjang masa. Beliau  mendekatkan pemuda itu ke sisinya dan mempersilahkannya duduk.

Kemudian Nabi Muhammad mendekatinya dan berkata
“Apakah kau mau ibumu berzina?”

Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah. Aku tidak ingin ibuku berbuat zina. Aku akan menyerahkan diriku padamu wahai Rasulullah.”

“Demikian pula halnya setiap manusia pasti tidak menyukai hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, jelas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada pemuda itu.

Beliau bersabda: “Bagaimana kalau adikmu?”

Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.”

Rasulullah s.a.w bersabda “Demikian pula manusia tidak menyukai hal itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.”

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Kalau putrimu?”

Pemuda itu bahkan belum menikah. Disini Nabi Muhammad S.A.W. memberikannya sebuah pengandaian, apakah dia mau jika suatu hari nanti setelah menikah dan mempunyai anak perempuan, anaknya berzina.

Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.”

Lalu beliau bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada anak-anak perempuan mereka.”

Dia bersabda: “Kalau bibimu dari sisi ayahmu?”

Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.”

“Bagaimana dengan bibimu dari sisi ibumu?”

Dia berkata: “Tidak juga!”

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada bibi mereka.”

Maka Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda itu seraya mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya.”

Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad s.a.w memberi pelajaran dengan lemah lembut namun mengandung kebijaksanaan yang besar.

"Baiklah Ya Rasulallah. Sebelum aku tahu ini, tidak ada yang lebih kucintai di dunia ini kecuali berzinah. Tetapi setelah aku tahu ini, tidak ada yang lebih aku benci di dunia ini kecuali berzinah."

HR. Ahmad dan Thabrani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia