Langsung ke konten utama

Postingan

Khutbah Jumat tentang Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

Khutbah Jum'at Dengan Tema: Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua Khutbah Pertama: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، أَمَرَ بِالصِّدْقِ وَالْإِخْلَاصِ وَنَهَى عَنِ الشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحّمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلصَّادِقُ الأَمِيْنُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ: فَاتَّقُوا اللَّهَ عِبَادَ اللَّهِ، وَاسْتَغْفِرُوهُ وَتُوبُوا إلَيْهِ. Ibadallah, Marilah kita bertakwa kepada Allah. Kita laksanakan kewajiban yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu berupa hak-hak-Nya dan hak para hamba-Nya. Dan ketahuilah, hak manusia yang paling besar atas diri kita ialah hak kedua orang tua dan karib kerabat. Allah menyebutkan hak tersebut berada pada tingkatan setelah hak

MEMBACA AL-QURAN DENGAN TERUS MENERUS

Berkata Abdul Malik bin Umair: "Satu-satunya Manusia yang Tidak Tua[ awet muda dan tidak pelupa  adalah orang yang selalu membaca Al-Quran". "Manusia yang Paling Jernih Akalnya adalah para pembaca Al-Quran". Berkata Al-imam Qurtubi : "Barang siapa yang membaca Al-Quran,  maka Alloh akan menjadikan Ingatannya Segar meskipun Umurnya telah mencapai 100 tahun". Imam Besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rahimahulloh. "Perbanyaklah membaca Al-Quran jangan pernah kau Tinggalkan, kerana sesungguhnya setiap yang kamu Inginkan akan dlMudahkan Setara dengan yang kamu baca". Berkata Ibnu Solah : "Bahawasannya para Malaikat Tidak Diberi Keutama'an untuk membaca Al-Quran,  maka oleh kerana itu para Malaikat Bersemangat untuk selalu Mendengar saja dari Bacaan Manusia". Berkata Abu Zanad : "Di tengah malam,  aku keluar menuju Masjid Rasulullah SAW. sungguh tidak ada satu Rumahp

SPIRIT TAHAJUD

*Biasakanlah Shalat Tahajjud* ✍ Perbuatan dosa diciptakan bukan untuk dilanggar, namun sebagai ujian bagi setiap jiwa yang beriman. Tidak sedikit manusia yang hidupnya penuh dengan perbuatan dosa dan maksiat bahkan ada yang melakukannya setiap saat seperti sebuah nikmat. Namun, bukan berarti lantas kita bebas melakukan apapun, sebaliknya kita harus takut atas apa yang kita lakukan karena semua pasti dipertanggungjawabkan.  Banyak perbuatan dosa yang dilarang Tuhan, namun terbungkus dalam sebuah kenikmatan. Bukan salah Tuhan yang menciptakan, melainkan salah manusia yang tidak bisa menahan. Sebab amar ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas sosial setiap jiwa yang beriman. Dalam QS An Nisa ayat 79 Allah berfirman: مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kes

sifat hasad yang tercela

Adapun keinginan seperti yang dimiliki orang lain, kita memang tidak suka dengan benda yang dimiliki orang tersebut. Jika yang kita sukai itu adalah urusan yang berhubungan dengan agama, maka timbulnya hati suka dengan urusan agama, itu memang karena cintanya ia kepada Allah. . Yang sekarang di permasalahkan adalah masalah hasad yang dicela oleh agama. Bermula sebab-sebab yang menimbulkan hasad itu sangatlah banyak, tetapi diringkas menjadi 7 sebab dari segala sebab hasad. . Pertama, ada benci kepada orang, tidak terima orang di atas kita, dan tidak terima orang lebih hebat daripada kita. Kemudian ia merasa takut kehilangan tujuan yang di tujunya. Orang bisa tidak terima dengan kekayaan yang di inginkannya itu apabila di dapatkan oleh orang lain, karena orang yang mendapatkan kekayaan tersebut adalah musuh baginya, karena ia tidak terima. Bermula membenci dengan orang, ini adalah paling besar sebab yang menimbulkan hasad. . Bisa jadi hasad itu karena nikmat yang dinginkannya

Keutamaan Akhlak Yang Baik

*Keutamaan Akhlak Yang Baik* Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda: مَا مِنْ شَيْءٍ فِي اَلْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ اَلْخُلُقِ "Tidak ada sesuatu yang paling berat dalam timbangan daripada akhlak yang mulia." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi juga menshahihkannya) إِنَّ أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ إِنَّ حُسْنَ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ دَرَجَةَ الصَّوْمِ وَ الصَّلاَةِ "Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya, dan sesungguhnya akhlak yang mulia dapat mencapai derajat orang yang (rajin) berpuasa dan shalat." (HR. Al Bazzar dari Anas, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1578) إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَ أَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَجَالِسَ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat majlisnya denganku di akhirat adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Ahmad, Ibnu Hibba

Menjaga Keluarga

Add caption Terkadang, mereka yang kita cinta berada di hadapan pun tak mampu selalu dijaga. Apalagi yang jauh tak nampak mata. Pasangan yang bekerja di pulau seberang. Anak yang mondok di pesantren. Bahkan orang tua yang hanya selisih beda kota. Maka diantara cara menjaga mereka adalah dengan kita menjaga batasan, hak, perintah dan larangan, serta keseluruhan syariat Allah ta'ala. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. (Shahih, HR at-Tirmidzi: 2516), Ahmad: 1/293, dan lainnya) Niscaya Allah akan menjaga dirimu. Pasti Allah akan melindungi harta dan keluargamu. Kebajikan maupun maksiat yang kita lakukan, bisa berdampak pada penjagaan mereka yang kita sayang.

ADAB MEMAKAI BAJU

   Apabila engkau memakai baju, maka niatkanlah untuk mematuhi perintah Allah SWT, untuk menutup auratmu dan waspadalah agar jangan sampai tujuanmu memakai baju untuk riya' kepada manusia sehingga engkau merugi.    Apabila engkau memakai baju, sandal dan yang lainnya dengan niat agar dihormati orang banyak atau dicinta para ulama dan pemuka, atau dengan tujuan menguatkan madzhab ahli Haq dan menyiarkan ilmu, serta mendorong orang-orang untuk beribadah. BUKAN SEKEDAR MEMULIAKAN DIRI SENDIRI MAUPUN UNTUK MEMPEROLEH KESENANGAN DUNIA, maka hal itu merupakan kebaikan dan termasuk amalan akhirat. Yang demikian tidak termasuk riya' karena yang dimaksud adalah URUSAN AKHIRAT. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Ghazali dalam BAB RIYA'.    Salah seorang dari ulama berkata: "Patutlah para ulama dan pelajar zaman kita ini lebih bagus bajunya daripada orang-orang yang bodoh, YAKNI supaya ilmu menjadi kuat dan agung."    Sebagaimana dikatakan oleh Abu Hanifah kepada para pengik