Langsung ke konten utama

ADAB MEMAKAI BAJU

   Apabila engkau memakai baju, maka niatkanlah untuk mematuhi perintah Allah SWT, untuk menutup auratmu dan waspadalah agar jangan sampai tujuanmu memakai baju untuk riya' kepada manusia sehingga engkau merugi.

   Apabila engkau memakai baju, sandal dan yang lainnya dengan niat agar dihormati orang banyak atau dicinta para ulama dan pemuka, atau dengan tujuan menguatkan madzhab ahli Haq dan menyiarkan ilmu, serta mendorong orang-orang untuk beribadah. BUKAN SEKEDAR MEMULIAKAN DIRI SENDIRI MAUPUN UNTUK MEMPEROLEH KESENANGAN DUNIA, maka hal itu merupakan kebaikan dan termasuk amalan akhirat. Yang demikian tidak termasuk riya' karena yang dimaksud adalah URUSAN AKHIRAT. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Ghazali dalam BAB RIYA'.

   Salah seorang dari ulama berkata:
"Patutlah para ulama dan pelajar zaman kita ini lebih bagus bajunya daripada orang-orang yang bodoh, YAKNI supaya ilmu menjadi kuat dan agung."

   Sebagaimana dikatakan oleh Abu Hanifah kepada para pengikutnya:
"Besarkanlah surbanmu dan luaskanlah lengan bajumu supaya orang-orang tidak meremehkan ilmu dan ahlinya."

   Dari Said bin Malik bin Sinan bahwa Nabi SAW apabila memakai baju gamis, rida' (selendang) atau imamah (surban), beliau mengucapkan:

*ٱللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا هُوَ لَهُ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا هُوَ لَهُ*

   _"Ya Allah aku mohon kepada-MU kebaikannya dan kebaikan pemakainya. Dan aku berlindung kepada-MU dari kejelekannya dan kejelekan pemakainya."_

   Dari Muadz bin Anas bahwa Rasulullah SAW bersabda:

*مَنْ لَيْسَ ثَوَبًا جَدِيْدًا فَقَالَ ٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ ٱلَّذِيْ كَسَانِى هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلَا قُوَّةٍ غَفَرَ ٱللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ*

   Barangsiapa memakai baju baru, LALU mengucapkan:
"SEGALA PUJI BAGI ALLAH YANG MEMBERIKAN PAKAIAN INI DAN MENGARUNIAKANNYA KEPADAKU TANPA DAYA DAN KEKUATAN DARIKU, MELAINKAN ALLAH MENGAMPUNI DOSANYA YANG TERDAHULU."
.
[ _Maroqil Ubudiyyah_ ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia