Langsung ke konten utama

Postingan

rumah hilang keberkahannya

• 185 likes kalamkalimantan  Banyak orang berharap rumahnya jadi tempat teduh, penuh keberkahan, dan jauh dari masalah. Tapi sering lupa, keberkahan itu bisa hilang kalau kita biarkan tiga penyakit ini bersarang di dalam rumah: 1. Berlebihan (Israf) dalam Segala Hal Allah mengingatkan: “Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al-Isra: 27) Berlebihan itu nggak selalu soal makanan atau belanja barang mewah. Kadang boros kuota, boros waktu scrolling, boros emosi untuk hal remeh semua itu menggerogoti keberkahan. Rumah yang penuh dengan gaya hidup berlebihan, perlahan kehilangan rasa syukur dan ketenangan. 2. Zina (Membuka Pintu Maksiat di Rumah) Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah zina itu tersebar pada suatu kaum, kecuali akan tersebar pula penyakit dan kesengsaraan yang tidak pernah ada sebelumnya.” (HR. Ibnu Majah no. 4019) Di era digital, zina bukan cuma soal fisik. Membiarkan tontonan haram, konten vulgar, atau hubungan yang tidak hala...

Menghidupkan Shalawat

Kita sering mendengar seruan: “Perbanyaklah shalawat di bulan Maulid, karena ini bulan kelahiran Rasulullah Saw.” Pertanyaannya, apakah shalawat itu sekadar ritual pengisi bulan kelahiran Nabi? Ataukah ia memang bagian dari kewajiban cinta, yang ironisnya hanya kita ingat saat ada peringatan Maulid dengan rebana dan dekorasi warna-warni? Kalau benar cinta kepada Nabi cuma diperingati setahun sekali, bukankah itu lebih mirip hari ulang tahun artis ketimbang ibadah? Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya’ Ulumiddin, shalawat itu adalah doa yang kembali pada pelantunnya. Kita bershalawat bukan untuk memberi manfaat kepada Nabi, beliau sudah dimuliakan oleh Allah, tetapi agar kita sendiri mendapat limpahan rahmat. Artinya, shalawat tanpa perbaikan akhlak hanyalah doa yang kita sendiri khianati. Apa gunanya doa minta hujan, kalau tangan kita menutup langit dengan payung kesombongan? Maka bulan Maulid ini seharusnya menjadi momen menghidupkan shalawat sebagai budaya hidup, bukan seka...

Allah-lah yang mengatur setiap jatah rezeki hamba-Nya.

Kalimat sederhana dari Guru Zuhdi ini sejatinya mengajarkan tauhid rububiyyah, bahwa Allah-lah yang mengatur setiap jatah rezeki hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...” (QS. Hūd: 6) Pesan ini juga menepis budaya resah, iri, dan curiga pada sesama. Karena dalam pandangan iman, rezeki tidak pernah tertukar. Yang ditetapkan Allah untukmu tidak akan mungkin jatuh ke tangan orang lain, dan yang bukan bagianmu tidak akan bisa engkau genggam, sekalipun engkau kejar mati-matian. Imam Ghazali menegaskan, hakikat tawakkal adalah keyakinan bahwa apa yang telah dijamin Allah tidak akan luput, sementara apa yang belum ditentukan tidak akan datang hanya karena ambisi. Maka apa gunanya menggerogoti hati dengan hasad, saling menjatuhkan, atau mencurangi orang lain? Bukankah semua itu justru tanda ketidakpercayaan pada jaminan Allah? Justru, yang perlu kita khawatirkan bukanlah "kurangnya rezeki...

Ketua DPR TERMISKIN

Tahukah kamu, Indonesia pernah punya Ketua DPR ‘termiskin’. Tidak ada tunjangan ini itu, fasilitas keluarga, ataupun mobil dinas. Padahal, jabatan yang diemban Idham Chalid cukup prestisius. Ia pernah menjabat Wakil Perdana Menteri RI, Menteri Kesejahteraan Rakyat, Ketua DPR hingga Ketua MPR. Ia juga merupakan Ketua Tanfidziyah NU terlama dalam sejarah NU selama 28 tahun, periode 1956-1984. Setelah pensiun dari politik, Idham memimpin pondok pesantren di Cipete Selatan, dan rumah yatim di Cisarua. Ia juga aktif mengajar murid-murid di rumahnya. Idham Chalid mengehembuskan nafas terakhirnya pada 11 Juli 2010 pada usia 88 tahun. Sosoknya kemudian diabadikan oleh Bank Indonesia dalam pecahan uang 5.000 rupiah.

guru hebat

Di tengah keterbatasan dan tantangan hidup, masih ada sosok luar biasa yang tetap teguh mengabdi demi pendidikan. Salah satunya adalah Bapak Empan Supandi, seorang guru di pedalaman yang menjadi simbol semangat dan dedikasi. Meski hanya menerima gaji sebesar Rp200.000 per bulan, hal itu tak pernah menyurutkan langkahnya untuk terus mengajar. Setiap hari, beliau rela berjalan kaki sejauh 12 kilometer, melewati panas terik dan hujan deras, hanya untuk sampai ke sekolah tempat ia mengajar. “Kalau hujan pasti terlambat, tapi berapapun jamnya saya tetap mengajar,” ujar Bapak Empan dengan penuh semangat. Dedikasinya tak hanya menginspirasi, tapi juga menjadi cerminan bahwa guru sejati bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hati. Di saat banyak orang memilih menyerah karena kondisi, Bapak Empan justru terus maju demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Cerita ini adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih menghargai perjuangan para pahlawan tanpa tanda jasa, yang berjuang dalam d...

segala kerinduan

Ibn ‘Aṭā’illāh al-Sakandarī berkata dalam al-Ḥikam: ‘Tidaklah seorang hamba itu mencintai sesuatu kecuali karena padanya ada pancaran dari sifat Nabi Saw Maka kerinduan manusia pada hakikatnya berujung pada beliau. Karena beliau-lah rahmat yang Allah turunkan, sebagaimana firman-Nya: وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ "Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiyā’: 107). Di sanalah setiap hati yang gersang menemukan oase, setiap rindu menemukan muaranya, dan setiap cinta menemukan kiblatnya, di sana lah ruang rindu, tempat pecinta dan kekasih bertemu.

Gelombang protes

Gelombang protes kembali akan mengguncang Kalimantan Selatan. Aliansi Masyarakat Kalsel Melawan mengumumkan rencana aksi pada Senin, 1 September 2025, pukul 14.00 WITA. Massa akan berkumpul di Taman Kamboja dan Jalan Kamboja sebelum bergerak menyuarakan tuntutan. Aksi ini melibatkan sedikitnya empat elemen massa, yakni mahasiswa, pengemudi ojek online (ojol), buruh, serta masyarakat umum Kalimantan Selatan. Mereka menegaskan bahwa unjuk rasa ini merupakan bentuk konsolidasi rakyat dalam merespons berbagai persoalan yang dianggap berakar dari kebijakan DPR dan tindakan represif aparat kepolisian. Aliansi Masyarakat Kalsel Melawan juga merilis pernyataan sikap resmi yang berisi lima poin: 1. Menuntut reformasi DPR, termasuk efisiensi tugas, gaji, dan tunjangan agar disesuaikan dengan kondisi fiskal negara. Aliansi juga menolak segala bentuk negosiasi selain dengan Ketua DPRD Provinsi Kalsel, Supian HK. 2. Mengecam tindakan represif aparat terhadap masyarakat serta mendesak Ka...