Langsung ke konten utama

Postingan

Catatan pengingat diri

Apa kabar, Al-Qur'anku?? Dan kita selalu menjadi pandai mengatakan cinta saat dunia menjadi mudah dalam genggaman kita. Adalah cinta kita terhadap Al-Qur-an yang sering digaungkan ditelinga-telinga kita. Bahwasannya jika hati kita bersih, maka kita akan mudah menjatuhkan hati kepada surat cinta dariNya. Namun pada kenyataannya itu semua adalah lip service semata agar terlihat sholih dipermukaan saja. Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku merasa menjadi orang yang selalu bersemangat menggaungkan kecintaan terhadapmu (Al-Qur'an) namun nyata interaksi bersamamu nol besar. Aku yang selalu mengaku mencintaimu rupanya adalah orang yang pertama abai terhadapmu. Apa kabar, Al-Qur'anku? Saat rindu aku hanya bisa menatapmu lekat-lekat, jauh didalam lubuk hatiku, aku ingin mendekap dan membacamu dengan seluruh rasa. Namun kesibukkan melalaikan semuanya. Apa kabar, Al-Qur'anku? Aku yang selalu berjanji akan menjadi baik selepas Ramadhan dan akan menjadikanmu teman dalam seti

Cinta

هُوَ عَلِيٌّ حِيْنَ يَنَامُ بَدَلاً مِنَ الرَّسُوْلِ ﷺ فِي فِرَاشِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ الْقَوْمَ اجْتَمَعُوْا لِقَتْلِ الرَّسُوْلِ ﷺ وَأَنَّهُ قَدْ يَمُوْتُ عَلَى نَفْسِ الْفِرَاشِ !! Cinta Adalah ‘Ali ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di katil Nabi dalam peristiwa Hijrah, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja terbunuh diatas katil yang sama!! اَلْحُبُّ .. ﻫُﻮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺣِﻴْﻦَ يَعْتَزِلُ ﺍلْأَﺫَﺍنَ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺣِﻴْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺫَﻥَ ﺑِطَلَبٍ مِنْ ﻋُﻤَﺮَ عِنْدَ فَتْحِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺑُﻜَﺎﺀً ﻣِﻨْﻪُ عِنْدَمَا قَالَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ. Cinta.. Adalah Bilal, ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal meng

Tetap tersenyum sobat

Tetap tersenyum sobat, walau hidup itu berat untukmu. Nikmatilah hidup ini kawan Karena kuyakin kau kuat memikulnya. Proses dalam hidup ini pasti sakit kawan, Seperti kita lahir di dunia ini. Apa jadinya jika ibu kita jika tak mampu melewatinya. Kita tak kan ada bukan? Bagaimana mungkin kau bisa merasakan manis jika tidak pernah merasakan pahit. Janganlah resah bila hidupmu dalam kepahitan, berusahalah, sebab nanti kau akan merasakan manisnya hidup. Kita boleh dibilang sampah, miskin serta kotor, dibilang tolol dan bodoh sekalipun, tetaplah  tersenyum. Sebab itu proses kita kawan untuk menjadi manusia. Tapi satu hal yang perlu diingat kawan Janganlah kita malas, sebab itu kebodohan yang sesungguhnya. Bukan aku mengguruimu kawan…bukan Sebab aku dan kau berteman untuk belajar. Belajar bersama melewati proses karena kita tahu dikehidupan nyata kita , proses itu lebih berat. Bersyukurlah atas hidup ini kawan, apapun itu… Terkadang kita hanya bersyukur atas nikmat Nya Kita lupa bersyukur

ISTERI YANG PANDAI BERSYUKUR

Teringat kisah 2 istri Nabi Ismail...ketika Nabi Ibrahim mengunjunginya beliau bertanya kepada si menantu tentang suaminya (si menantu tdk tahu kalau itu ayah mertuanya) kemudian dia berkata suaminya pergi berburu dan kehidupan mereka sangat sulit. Maka Nabi Ibrahim as berkata kepadanya, “Apabila suamimu datang sampaikan salam dariku, dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya.” Setelah Nabi Ismail pulang dia bertanya apakah ada orang mencarinya dan si istri bercerita semua dan tentang pesan Nabi Ibrahim, maka Nabi Ismail menceraikannya karena istrinya ini tergolong istri yang tidak bersyukur. Kemudian Nabi Ismail menikah lagi dan Nabi Ibrahim kembali menjumpai istri beliau dan bertanya yg sm....Istri Nabi Ismail menceritakan bahwa kehidupannya penuh dengan nikmat dan kebaikan..Dan Nabi Ibrahim berpesan kpdnya "Jika suamimu datang sampaikan salam kepadanya, dan katakan kepadanya agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”..ketika Nabi Ismail pulang istrinya menyampaik

Aku ingin hidup KAYA

KETIKA... Aku ingin hidup KAYA... Aku lupa, bahwa HIDUP adalah sebuah KEKAYAAN.KETIKA... Aku takut MEMBERI... Aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki adalah PEMBERIAN. KETIKA... Aku ingin jadi yang TERKUAT... Aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN.... Tuhan memberikan aku KEKUATAN. KETIKA... Aku takut RUGI... Aku lupa, bahwa HIDUPKU... Adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, karena AnugerahNYA. Ternyata hidup ini sangat indah... ketika kita selalu BERSYUKUR kepadaNYA

Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan

Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan, sebab cobaan itu bagian dari hidup kita dan ada kebaikan dari cobaan tersebut. Kita tidak bisa menghindari cobaan selama hidup ini. Maka daripada kita menghindari cobaan, maka langlah yang benar adalah membina diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi cobaan. Cobaan datang dari Allah dan Allah sudah memberikan cara menghadapi cobaan tersebut. Jika kita telusuri Al Quran Dan Hadits, banyak sekali ayat dan hadits yang membimbing kita agar tangguh menghadapi cobaan. Langkah pertama yang harus kita yakini adalah, yakinlah bahwa ujian atau cobaan itu untuk kebaikan kita sendiri. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).  (QS .7.168) kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11) Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali

Mengapa taat kepada suami merupakan kunci surga?

Jawabannya cukup bila kita memahami sabda Rasulullah, “Setiap istri yang meninggal dunia dan diridhai oleh suaminya, maka ia masuk surga.” (HR. At- Tirmidzi). Uraian berikut semoga semakin memperkuat pemahaman bahwa seorang istri memang sepatutnya taat kepada suami. Ketahuilah wahai para istri, sejak dalam kandungan, anak-anak, remaja hingga dewasa, suamimu dibesarkan dan dinafkahi oleh orang tuanya. Namun setelah ia mulai bisa mandiri, ia menikahimu. Sejak saat itu, hampir semua energinya dicurahkan untuk mencintaimu dan membahagiakanmu. Energi, waktu dan penghasilan yang ia peroleh lebih banyak diserahkan kepadamu dibandingkan kepada orang tua suamimu. Bahkan boleh jadi, pengorbannnya untukmu jauh lebih besar dibandingkan pengorbannya untuk orang tuanya. Padahal ia belum bisa secuilpun membalas kebaikan orang tuanya. Cobalah renungkan, Allah SWT memerintahkan anak-anakmu untuk lebih mencintaimu tiga kali lebih besar dibandingkan mencintai suamimu. Padahal, suamimu beke