Langsung ke konten utama

Kita Butuh Bertaubat


Khutbah Pertama:

إنّ الحمدَ لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه، ونعوذُ باللهِ من شُرور أنفُسِنا ومن سيئاتِ أعمالِنا، من يهدِه الله فلا مُضِلَّ له، ومن يُضلِل فلا هادِيَ له، وأشهدُ أن لا إله إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمدًا عبدُه ورسولُه، صلَّى الله عليه وعلى آله وأصحابِه، وسلَّمَ تسليمًا كثيرًا.

أما بعد:

فاتَّقوا الله – عباد الله – حقَّ التقوى، واستمسِكُوا من الإسلام بالعُروَة الوُثقَى.

Ibadallah,

Khotib berwasiat kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan menjaganya. Allah akan menunjukinya kepada sebaik-baik urusan di dunia dan akhirat.

Ibadallah,

Di antara kesalahan sebagian kaum muslimin adalah mereka meyakini taubat adalah untuk orang yang melakukan kesalahan saja. Apalagi sampai ada yang merasa, kalau diperintahkan atau diajak untuk bertaubat, ia marah karena dianggap sebagai seorang pendosa. Padahal memang kita semua banyak melakukan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Semua keturunan Adam adalah orang yang banyak berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah, ad-Darimi, dan al-Hakim).

Kaum muslimin,

Setidaknya ada tiga hal yang membuat seseorang harus bertaubat kepada Allah. Pertama, dosa-dosa. Kedua, kurang bersyukur kepada Allah. Ketiga, kurang beribadah sebagaimana yang dikehendaki Allah Ta’ala. Hal ini disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

Pertama: Karena dosa-dosa.

Siapa di antara kita yang tidak berbuat dosa. Di antara dosa yang sering kita lakukan adalah dosa mengumbar pandangan. Siapa di antara kita yang tidak memandang sesuatu yang haram. Bahkan kita banyak melakukannya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nur. Surat Madinyah. Artinya, yang diajak bicara oleh Allah Ta’ala bukanlah orang-orang musyrik, tapi sahabat-sahabat yang mulia, yang telah mengenal Islam dan kokoh dalam keislamannya.

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” [Quran An-Nur: 30-31].

Dalam ayat ini, Allah memanggil orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan perempuan. Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatu yang dilirik mata dan disembunyikan di dalam dada.

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” [Quran Ghafir: 19].

Allah Ta’ala tahu tatkala kita dengan sembunyi-sembunyi memandang sesuatu yang Dia haramkan. Jangankan hal itu, Allah pun tahu apa yang ada di hati seseorang. Penyakit hasad, dengki, dll. Karena itu, di akhir hayat tentang pandangan ini, Allah tutup dengan firman-Nya,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [Quran An-Nur: 31].

Kita tahu di jalan-jalan terkadang terdapat gambar iklan, iklan mobil, hand phone, dll. Tapi barang dagangannya kecil gambar wanita yang menjadi bintang iklannya gede. Kita dipaksa melihat sesuatu yang terlarang. Kita bukan internet, untuk mencari ceramah-ceramah di youtube pun terkadang kita terpaksa memandang yang merusak hati. Itu baru dosa pandangan. Bagaimana dengan hati; sombong, iri, dengki, hasad, dll. Dosa lisan: ghibah, mengadu domba, fitnah, dll. Dosa tangan: menyebar berita yang tidak benar di sosial media, menulis status-status dan twit, ekspresi-ekspresi tangan yang menyakitkan orang lain, dll. Dosa pendengaran: mendengar ghibah, fitnah, dll. Kalau kita sebutkan satu per satu, mungkin kita akan berputus asa.

Jadi, untuk satu poin dari kewajiban bertaubat saja, kita benar-benar sadar bahwa memang kita perlu bertaubat.

Kedua: Nikmat-nikmat Allah yang banyak ini harus kita syukuri dan kita kurang bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut.

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Quran An-Nahl: 18].

Nikmat yang Allah berikan kepada kita banyak sekali. Sampai salah seorang ulama mengatakan, “Kalau Anda ingin mengetahui banyaknya nikmat Allah, saat bangun tidur pejamkan mata Anda dan jalankan aktivitas Anda.” Bayangkan! Kita ke kamar mandi setelah bangun tidur dengan menutup mata. Apa yang akan terjadi? Bisa kita terjatuh. Salah mengambil barang. Waktu yang kita habiskan untuk keperluan menjadi lambat, dll. Ini baru nikmat pandangan. Tapi kita gunakan untuk maksiat kepada Allah.

إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Quran Ibrahim: 34].

إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” [Quran Al-Adiyat: 6].

Allah memberikan kita kenikmatan yang banyak. Kata Hasan al-Bashri, “Manusia itu mengingat musibah dan lupa akan kenikmatan-kenikmatan.” Misalnya, dalam waktu satu tahun kendaraan yang kita gunakan selalu dalam keadaan baik. Kemudian satu hari saja kendaraan tersebut rusak dan macet. Kita mengeluh habis-habisan karena banyak kegiatan kita yang terhambat. Sepanjang tahun dalam keadaan sehat, tapi sehari sakit langsung dia melupakan nikmat yang banyak itu. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Quran An-Nahl: 18].

Allah tutup ayat ini dengan sifat-Nya Maha Pengampun dan Maha Penyayang, karena apa? Karena Allah tahu kita tidak akan bisa mensyukuri nikmat-nikmat yang banyak itu.

Setiap hari kita bangun pagi dalam keadaan sehat. Nabi ajarkan kita untuk shalat dhuha untuk mensyukuri sendi-sendi tubuh kita yang sehat. Tapi apa keadaan kita? Yang kita rasakan adalah kita merasa bahwa kesehatan kita ini adalah kewajiban dan tugas dari Allah. Sama sekali tidak terpikir untuk mensyukuri nikmatnya bangun pagi tanpa ada satu persendian pun yang sakit.

Contoh lain adalah ketika kita keluar dari toilet, kita disyariatkan membaca doa, “Ghufronaka (Aku mohon ampunanmu ya Allah).” Karena apa? Kata para ulama karena seseorang dalam toilet telah mengeluarkan kotorannya. Seandainya kotoran tersebut tertahan, hal itu dapat membuatnya sakit bahkan meninggal. Karena itu, ucapan permohonan ampun tersebut adalah pengakuan kita bahwa kita memohon ampun karena tidak mampu bersyukur kepada Allah dengan yang selayaknya.

Apalagi nikmat yang Allah berikan banyak sekali kepada kita. Kita punya rumah. Punya pasangan hidup. Punya penghasilan. Sehat. Diberi kesempatan menghadiri pengajian. Dll. Dengan alasan inilah kita memohon ampun kepada Allah. Karena kita tak mampu mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada kita.

باركَ الله لي ولكم في القرآنِ العظيم، ونفَعَني الله وإياكم بما فيه من الآياتِ والذكرِ الحكيم، أقولُ قولي هذا، وأستغفرُ الله لي ولكم ولجميعِ المُسلمين من كل ذنبٍ، فاستغفِروه، إنه هو الغفورُ الرحيم.

Khutbah Kedua:

الحمدُ لله على إحسانِه، والشكرُ له على توفيقِهِ وامتِنانِه، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيمًا لشأنِه، وأشهدُ أن نبيَّنا محمدًا عبدُه ورسولُه، صلَّى الله عليه وعلى آله وأصحابِه، وسلَّم تسليمًا مزيدًا.

Ibadallah,

Alasan ketiga yang membuat kita harus bertaubat kepada Allah adalah kurangnya ibadah kita dari yang semestinya. Karena itula, tatkala selesai shalat, kita disyariatkan membaca istighfar. Karena banyak sekali kekurangan kita dalam mengerjakan shalat. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Quran Thaha: 14].

Di dalam shalat, kita diperintahkan untuk mengingat Allah, tapi pada kenyataannya kita banyak mengingat keperluan kita. Tugas-tugas yang akan kita lakukan. Kita mengingat apa yang ada di rumah. Kita mengingat berbagai hal yang sebelumnya kita lupakan. Sehingga layak sekali kita memohon ampun setelah shalat. Karena kita tidak menunaikan ibadah shalat itu sesuai dengan apa yang Allah tetapkan.

Coba saja saat shalat berjamaah, kita tanyakan pada diri kita dan orang di samping kita, ayat atau surat apa yang dibaca imam saat shalat tadi. Tidak banyak mengingat. Orang-orang menjadikan shalat hanya tempat berlalu saja.

Lebih menakjubkan dari itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghabiskan usianya untuk Allah dan Islam, masih diperintahkan Allah untuk memohon ampun di akhir hayat beliau. Padahal beliau shalat, puasa, berdakwah, berjihad, dimusuhi, disakit, semua karena Allah. Akan tetapi di akhir usia beliau, Allah turunkan firman-Nya:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” [Quran An-Nashr: 1-3].

Dari sisi ini, kita sadar ibadah kita sangat kurang. Kita kurang membaca Alquran. Kita kurang shalat malam. Kita kurang berdzikir. Saat berdzikir pun hati kita lalai. Kita kurang mengagungkan Allah sebagaimana mestinya. Sehingga dari sisi ini pula kita wajib bertaubat kepada Allah. Dengan demikian kewajiban bertaubat itu bukan hanya untuk orang-orang berdosa saja. Semua wajib bertaubat kepada-Nya.

ثم اعلَموا أن الله أمرَكم بالصلاةِ والسلامِ على نبيِّه، فقال في مُحكَم التنزيل: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].

اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على نبيِّنا محمدٍ، وارضَ اللهم عن خُلفائِه الراشِدين، الذين قضَوا بالحقِّ وبه كانُوا يعدِلُون: أبي بكرٍ، وعُمرَ، وعُثمان، وعليٍّ، وعن سائرِ الصحابةِ أجمعين، وعنَّا معهم بجُودِك وكرمِك يا أكرم الأكرمين.

اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمُسلمين، وأذِلَّ الشركَ والمُشرِكين، ودمِّر أعداءَ الدين، واجعَل اللهم هذا البلدَ آمنًا مُطمئنًّا رخاءً، وسائرَ بلادِ المُسلمين.

اللهم أصلِح أحوالَ المسلمين في كل مكانٍ، اللهم عجِّل لهم بالفرَجِ والنصرِ والتمكينِ يا رب العالمين.

اللهم وأدِر دوائِرَ السَّوء على عدوِّك وعدوِّهم، اللهم زلزِلِ الأرضَ من تحت أقدامِهم، وألْقِ الرُّعبَ في قلوبهم يا قوي يا عزيز.

﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].

اللهم وفِّق إمامَنا لهُداك، واجعَل عملَه في رِضاك، ووفِّق جميعَ وُلاة أمورِ المسلمين للعمل بكتابِك وتحكيم شرعِك يا ذا الجلال والإكرام.

اللهم أمِّن حدودَنا، واحفَظ بلادَنا، واصرِف عنها كل مكروهٍ وفتنٍ يا ذا الجلال والإكرام.

﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [الأعراف: 23].

اللهم أنت الله لا إله إلا أنت، أنت الغنيُّ ونحن الفُقراء، أنزِل علينا الغيثَ ولا تجعَلنا من القانطين، اللهم أغِثنا، اللهم أغِثنا، اللهم أغِثنا.

عباد الله:

﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: 90].

فاذكُروا الله العظيمَ الجليلَ يذكركم، واشكرُوه على آلائِه ونعمِه يزِدكم، ولذِكرُ الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Komentar

Populer

semanagat KERJANYA

Ibn Khaldun dalam Muqaddimah sudah menulis sebuah hukum sosial yang tragis: "Ketika negara masih kokoh, pajak sedikit namun hasilnya banyak. Tetapi ketika negara lemah, pajak diperbanyak, dan hasilnya justru semakin berkurang. Sebab rakyat tak lagi mampu menanggung beban." Ironinya, teori ini kini terbukti di depan mata. Pajak dinaikkan, subsidi dipangkas, pungutan diperluas, tetapi kesejahteraan rakyat tetap jalan di tempat. Sementara kelas istana justru semakin bugar dengan fasilitas, tunjangan, dan gaya hidup yang tak pernah mengenal kata hemat. Padahal, dalam tradisi fikih, prinsip penarikan pajak harus berlandaskan keadilan (al-‘adl fi at-taklīf). Imam al-Mawardi dalam al-Ahkām as-Sulthāniyyah menegaskan, harta rakyat tidak boleh dipungut kecuali dengan hak yang jelas dan untuk kemaslahatan yang nyata. Sebab itu, ‘Umar bin Khattab RA menolak menambah beban rakyat meskipun kas negara menipis, dengan kalimat yang tegas: "Aku tidak akan mempertemukan mereka...

pengemudi ojol

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Affan Kurniawan, pengemudi ojol, tulang punggung 7 anggota keluarganya, wafat setelah dilindas kendaraan taktis Brimob. Hidup sederhana di kontrakan sempit 3x11 meter, tapi semangat juangnya begitu luas: menafkahi orang tua, adik, dan keluarganya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Affan sudah mengajarkan arti sabda itu dengan pengorbanannya. Doa terbaik untuk Affan. Semoga Allah lapangkan kuburnya, angkat derajatnya, dan jadikan perjuangannya sebagai cahaya untuk keluarganya.

hanya cemilan

 Ilmu yang kita dapat dari media sosial itu ibarat camilan — mengenyangkan sebentar tapi cepat habis dan tak jarang banyak gizinya hilang. Ilmu dari buku memang lebih baik, tapi seringkali hanya seperti makanan instan — praktis, tetapi tak selalu lengkap nutrisinya. Adapun ilmu yang diambil dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ, itulah makanan pokok yang benar-benar menghidupi hati dan akal. Imam Malik رحمه الله pernah berkata: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم" "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian." Belajar langsung kepada guru bukan hanya soal mendapatkan materi pelajaran, tapi juga warisan adab, pemahaman kontekstual, dan keberkahan sanad. Rasulullah ﷺ bersabda: "إنما العلم بالتعلم" (رواه البخاري في الأدب المفرد) "Sesungguhnya ilmu itu hanya didapat dengan belajar (secara langsung)." Ilmu yang bergizi adalah yang memberi kekuatan im...

𝐊𝐄𝐓𝐀𝐌𝐏𝐀𝐍𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐆𝐈𝐍𝐃𝐀 𝐍𝐀𝐁𝐈 ﷺ

Kesempurnaan serta ketampanan wajah Sayyiduna Muhammad ﷺ diperincikan oleh para Sahabat رضوان الله عليهم أجمعين dengan pelbagai sifat yang menunjukkan keagungan Baginda ﷺ. Mengagumkan setiap mata yang melihat, tidak mengira jantina,umur, mahupun kawan ataupun musuh. Kata Sayyiduna Ali Bin Abi Talib r.a: “Sesiapa yang melihat Baginda (buat kali pertama) pasti akan tertunduk kerana kehebatan Baginda ﷺ, sedangkan sesiapa yang telah terbiasa bergaul dengan Baginda akan jatuh cinta.” (HR Tirmidzi) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Berikut contoh naskah pembawa acara (MC) untuk acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dengan susunan yang umum digunakan:

MC: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, washalatu wasalamu ‘ala asyrafil anbiya-i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du. Yang terhormat para alim ulama, tokoh masyarakat, serta seluruh tamu undangan yang dirahmati Allah. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dalam keadaan sehat wal afiat. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman. Hadirin yang berbahagia, Sebelum kita memulai acara, izinkan saya membacakan susunan acara pada hari ini: 1. Pembukaan 2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an 3. Kata Sambutan dari Tuan Rumah 4. Ceramah Singkat tentang Aqiqah dan Pemberian Nama 5. Pembacaan Doa 6. Makan Bersama 7. P...

Dakwah Mauidzah al-hasanah (nasihat yang baik)

  Nasihat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan huhasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, mnghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan madu, tehingga mereka dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subyek dakwah. Imam Syaukani dikutip oleh Ali Musthafa Yakub menyatakan bahwa Mauidzah al-hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat yang baik mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga dapat membenarkan apa yang di sampaikan. dalam segala aspeknya.  Sikap lemah lembut (pengaruh) memghindari sikap egoisme adalah warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang yang melancarkan ide-idenya untuk menggerakkan orang lain secara persuasif dan bahkan koersive(memaksa).  Caranya dengan memenga...

CONTOH UNDANGAN SHALAT JENAZAH

_*UNDANGAN SHALAT JENAZAH *===========================* *إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَِـــــــــــيْهِ رَاجِـــــــــــعُون* *_TELAH MENINGGAL DUNIA SEORANG PEREMPUAN :_* *NAMA : .................* *UMUR : ...................*  *ALAMAT : ................)*  *KELUARGA : ..............* *MENINGGAL DUNIA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M. JAM : 03.00 WITA.* *DI SHALATKAN PADA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M.*  *WAKTU : BA'DA SHALAT MAGRIB.* *TEMPAT : RUANG INDUK MASJID * *DIMAKAMKAN : ALKAH KELUARGA, * *ATAS NAMA KELUARGA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH IKUT MENSHALATKAN JENAZAH, MOHON MAAF ATAS KESALAHAN SEMASA HIDUP DAN BILA ADA TERKAIT HUTANG PIUTANG SEGERA HUBUNGI PIHAK KELUARGA* *اللهم اغفر لها، وارحمها وعافها، واعف عنها، ووسع مدخلها، واغسلها بالماء والثلج والبرد، ونقها من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، وأبدلها دارا خيرا من دارها، وأهلا خيرا من أهلها، وأدخلها الجنة، وقها فتنة القبر وعذاب النار* *جزا كم الله خيرا*