Langsung ke konten utama

Pengertian Dakwah



A. Pengertian Dakwah
1. Menurut Bahasa
            Dakwah merupakan bahasa Arab, berasal dari kata da’wah, yang bersumber pada kata da’a, yad’u, da’watan yang bermakna, (1) memanggil, (2) menyeru, (3) menegaskan, (4) perbuatan atau perkataan untuk menarik kepada sesuatu, dan (5) memohon dan meminta.[1] Dalam kamus bahasa Arab kata  دعا   artinya memanggil atau mengundang.[2]
            Kata  dakwah diartikan dengan menyeru, memanggil atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan mungkar sesuai dengan ajaran Allah Swt yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.[3]
            Dari beberapa pengertian diatas, maka seiring dengan yang disebutkan  dalam Alquran bahwa secara etimologi dakwah itu berarti ajakan, seruan atau panggilan.
            Kata dakwah yang berarti ajakan terdapat pada surah Yusuf ayat 108 
Artinya:
“ Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. ( Q.S. Yusuf: 108 )[4]

            Kata dakwah yang berarti seruan terdapat pada surah Fusilat ayat 33:
 
Artinya:
“ siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk  orang-orang  yang  menyerah  diri ".( Q.S. Fusilat : 33 )[5]

            Kata dakwah yang berarti panggilan terdapat dalam surah al-Ma’arij ayat 17
Artinya:
“ yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama).(Q.S. al-Ma’arij : 17 )”[6]



2. Menurut Istilah
            Dalam padangan Ibnu Taimiyah, dakwah dalam arti seruan kepada agama Islam itu adalah seruan untuk beriman kepada Allah Swt dan ajaran yang dibawa oleh para utusan-Nya, membenarkan berita yang mereka sampaikan, dan menaati perintah Allah Swt.[7] Artinya dakwah Islamiyah adalah menyeru manusia agar beriman kepada Allah Swt dan bertakwa kepada-Nya dengan ajaran agama yang dibawa oleh utusan-Nya.
            Muhammad Al-Ghazali mengistilahkan dakwah dengan suara nubuwwah. Baginya dakwah adalah suara nubuwwah yang berkumandang menyadarkan umat manusia dari kelalaian dan kesalahan serta mengajak ke jalan Allah Swt.[8] Menurutnya dakwah Islamiyah ialah seperti halnya seruan para Nabi yang mengajak umat manusia kejalan kebenaran. Setelah tugas kenabian ditutup oleh Nabi Muhammad Saw, maka dakwah Islamiyah menjadi tugas para ulama yang menjadi pewaris tugas para nabi.
            Dakwah Islamiyah bukan hanya diartikan sebatas pada ceramah, pidato, khutbah, atau nasehat saja, namun mencakup artian yang luas.  Sejalan dengan pendapat Ali mahfuz, bahwa dakwah lebih dari sekedar ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentikkan dengan keduanya. Lebih dari itu, dakwah juga meliputi tulisan (bi al-qalam) serta perbuatan sekaligus keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah).[9]
            Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah Swt untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.[10] Serta pakar Alquran, Quraish Shihab mendefinikan dakwah Islamiyah sebagai seruan atau ajakan kepada manusia menuju keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.[11]
            Definisi dakwah dalam kitab Hidayah al-Mursyidin karangan Syaikh Ali Mahfudh ialah mendorong atau memotivasi orang lain untuk berbuat baik, mengikuti petunjuk Allah Swt, menyuruh orang lain agar senantiasa mengerjakan kebaikan, melarang untuk mengerjakan yang munkar, agar dia bahagia di dunia dan akhirat.[12]
            Dakwah Islamiyah menurut Penyuluh Agama Islam teladan Kota Banjarmasin tahun 2012 Asfiani Norhasani ialah kegiatan menyeru dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Swt sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Adapun kata dakwah yang sering disandingkan dengan kata islam ( dakwah Islamiyah) memiliki maksud bahwa setiap orang islam berkewajiban untuk melaksanakan dakwah.[13]
            Dalam istilah lain mengatakan dunia ini bagaikan sebuah kapal dimana di dalam kapal tersebut adalah umat manusia yang sedang mengarungi bahtera (lautan). Umat manusia yang berbuat dosa diistilahkan sebagai penumpang kapal yang membuat lubang di kapal tersebut sehingga dapat menenggelamkan kapal yang ditumpangi oleh banyak orang. Maka kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh pendakwah  juga diistilahkan sebagai menutup lubang dan mencegah agar orang lain agar tidak menambah lubang-lubang di dalam kapal, agar semua umat manusia dapat selamat dari tenggelam.[14]
            Begitu banyak definisi-definisi di atas dan terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang baik kepada situasi yang lebih baik agar sejalan dengan ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhiat.
            Menurut Abdul Rosyad Shaleh, terdapat titik temu antara berbagai definisi dakwah tersebut ada tiga. Titik temu tersebut, ialah :
1.      Dakwah adalah proses aktivitas yang dilakukan secara sadar.
2.      Usaha yang diselenggarakan merupakan mengajak orang untuk beriman dan menaati Allah atau memeluk Islam dan amar ma’ruf nahi munkar. Berupa perbaikan membangun masyarakat.
3.      Proses tersebut bertujuan mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera yang diridhai Allah.[15]





[1] Tata Sukayat, Quantum Dakwah (,Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.1.
                [2]  Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), cet. 8, h. 895
[3] Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat ( Purwokerto: STAIN Purwokerto Press, 2007) , h. 25.
[4]  Departemen Agama RI,  Al-aliyy Al-Quran & Terjemahnya ( Bandung: Diponogoro, 2000),  h. 198.
[5] Ibid., h. 383.
[6] Ibid.. h. 454.
[7] Tata Sukayat, Op. Cit., h. 3.
[8] A. Hasjmy, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 18.
[9] A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam ( Jakarta: Kencana,  2011 ), h. 28.
[10] Muhammad  Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009 ),
h .20.
[11] Muhammad Munir Dan Wahyu Ilahi, Loc. Cit.
                [12]  MA. Sahal Mahfudh,  Nuansa Fiqih Sosial ( Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2011), cet. 8, h. 105
                [13] Asfiani Norhasani, “ Dakwah Tauhid Solusi Problematika Umat Islam”, Jurnal Penyuluh (Banjarmasin: Bidang Penamas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan, tt), Edisi. 3, h. 9
                [14]  Djayadi, Masuk Surga Itu Mudah, Jangan Lalai ( Jakarta: Buku Kita, 2009 ), cet. 1, h. 92
[15] M. Ridho Syabibi, Metodologi Ilmu Da’wah Kajian Ontologism Da’wah Ikhwan Al-Safa (Yogjakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.47.

Komentar

Populer

semanagat KERJANYA

Ibn Khaldun dalam Muqaddimah sudah menulis sebuah hukum sosial yang tragis: "Ketika negara masih kokoh, pajak sedikit namun hasilnya banyak. Tetapi ketika negara lemah, pajak diperbanyak, dan hasilnya justru semakin berkurang. Sebab rakyat tak lagi mampu menanggung beban." Ironinya, teori ini kini terbukti di depan mata. Pajak dinaikkan, subsidi dipangkas, pungutan diperluas, tetapi kesejahteraan rakyat tetap jalan di tempat. Sementara kelas istana justru semakin bugar dengan fasilitas, tunjangan, dan gaya hidup yang tak pernah mengenal kata hemat. Padahal, dalam tradisi fikih, prinsip penarikan pajak harus berlandaskan keadilan (al-‘adl fi at-taklīf). Imam al-Mawardi dalam al-Ahkām as-Sulthāniyyah menegaskan, harta rakyat tidak boleh dipungut kecuali dengan hak yang jelas dan untuk kemaslahatan yang nyata. Sebab itu, ‘Umar bin Khattab RA menolak menambah beban rakyat meskipun kas negara menipis, dengan kalimat yang tegas: "Aku tidak akan mempertemukan mereka...

pengemudi ojol

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Affan Kurniawan, pengemudi ojol, tulang punggung 7 anggota keluarganya, wafat setelah dilindas kendaraan taktis Brimob. Hidup sederhana di kontrakan sempit 3x11 meter, tapi semangat juangnya begitu luas: menafkahi orang tua, adik, dan keluarganya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Affan sudah mengajarkan arti sabda itu dengan pengorbanannya. Doa terbaik untuk Affan. Semoga Allah lapangkan kuburnya, angkat derajatnya, dan jadikan perjuangannya sebagai cahaya untuk keluarganya.

hanya cemilan

 Ilmu yang kita dapat dari media sosial itu ibarat camilan — mengenyangkan sebentar tapi cepat habis dan tak jarang banyak gizinya hilang. Ilmu dari buku memang lebih baik, tapi seringkali hanya seperti makanan instan — praktis, tetapi tak selalu lengkap nutrisinya. Adapun ilmu yang diambil dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ, itulah makanan pokok yang benar-benar menghidupi hati dan akal. Imam Malik رحمه الله pernah berkata: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم" "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian." Belajar langsung kepada guru bukan hanya soal mendapatkan materi pelajaran, tapi juga warisan adab, pemahaman kontekstual, dan keberkahan sanad. Rasulullah ﷺ bersabda: "إنما العلم بالتعلم" (رواه البخاري في الأدب المفرد) "Sesungguhnya ilmu itu hanya didapat dengan belajar (secara langsung)." Ilmu yang bergizi adalah yang memberi kekuatan im...

𝐊𝐄𝐓𝐀𝐌𝐏𝐀𝐍𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐆𝐈𝐍𝐃𝐀 𝐍𝐀𝐁𝐈 ﷺ

Kesempurnaan serta ketampanan wajah Sayyiduna Muhammad ﷺ diperincikan oleh para Sahabat رضوان الله عليهم أجمعين dengan pelbagai sifat yang menunjukkan keagungan Baginda ﷺ. Mengagumkan setiap mata yang melihat, tidak mengira jantina,umur, mahupun kawan ataupun musuh. Kata Sayyiduna Ali Bin Abi Talib r.a: “Sesiapa yang melihat Baginda (buat kali pertama) pasti akan tertunduk kerana kehebatan Baginda ﷺ, sedangkan sesiapa yang telah terbiasa bergaul dengan Baginda akan jatuh cinta.” (HR Tirmidzi) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Berikut contoh naskah pembawa acara (MC) untuk acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dengan susunan yang umum digunakan:

MC: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, washalatu wasalamu ‘ala asyrafil anbiya-i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du. Yang terhormat para alim ulama, tokoh masyarakat, serta seluruh tamu undangan yang dirahmati Allah. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dalam keadaan sehat wal afiat. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman. Hadirin yang berbahagia, Sebelum kita memulai acara, izinkan saya membacakan susunan acara pada hari ini: 1. Pembukaan 2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an 3. Kata Sambutan dari Tuan Rumah 4. Ceramah Singkat tentang Aqiqah dan Pemberian Nama 5. Pembacaan Doa 6. Makan Bersama 7. P...

Dakwah Mauidzah al-hasanah (nasihat yang baik)

  Nasihat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan huhasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, mnghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan madu, tehingga mereka dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subyek dakwah. Imam Syaukani dikutip oleh Ali Musthafa Yakub menyatakan bahwa Mauidzah al-hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat yang baik mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga dapat membenarkan apa yang di sampaikan. dalam segala aspeknya.  Sikap lemah lembut (pengaruh) memghindari sikap egoisme adalah warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang yang melancarkan ide-idenya untuk menggerakkan orang lain secara persuasif dan bahkan koersive(memaksa).  Caranya dengan memenga...

CONTOH UNDANGAN SHALAT JENAZAH

_*UNDANGAN SHALAT JENAZAH *===========================* *إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَِـــــــــــيْهِ رَاجِـــــــــــعُون* *_TELAH MENINGGAL DUNIA SEORANG PEREMPUAN :_* *NAMA : .................* *UMUR : ...................*  *ALAMAT : ................)*  *KELUARGA : ..............* *MENINGGAL DUNIA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M. JAM : 03.00 WITA.* *DI SHALATKAN PADA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M.*  *WAKTU : BA'DA SHALAT MAGRIB.* *TEMPAT : RUANG INDUK MASJID * *DIMAKAMKAN : ALKAH KELUARGA, * *ATAS NAMA KELUARGA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH IKUT MENSHALATKAN JENAZAH, MOHON MAAF ATAS KESALAHAN SEMASA HIDUP DAN BILA ADA TERKAIT HUTANG PIUTANG SEGERA HUBUNGI PIHAK KELUARGA* *اللهم اغفر لها، وارحمها وعافها، واعف عنها، ووسع مدخلها، واغسلها بالماء والثلج والبرد، ونقها من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، وأبدلها دارا خيرا من دارها، وأهلا خيرا من أهلها، وأدخلها الجنة، وقها فتنة القبر وعذاب النار* *جزا كم الله خيرا*