Langsung ke konten utama

Khutbah Jumat

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ ﴿الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ﴾ [المائدة: 97]، جَعَلَ أَفْئِدَةَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِ رِجَالاً وَرُكْبَانًا، وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُوْ بِهَا الثَّبَاتَ عَلَى دِيْنِهِ، وَالنَّجَاةَ يَوْمَ أَنْ نَلْقَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَخَلِيْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ، سَيِّدُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ، وَقَائِدُ الغُرِّ المُحَجَّلِيْنَ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الطَاهِرِيْنَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ:

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah sekalian. Sesungguhnya hari-hari itu senantiasa berganti. Dan waktu terus berjalan seiring berpindahnya awan. Yang telah lalu, maka tak mungkin kembali. Masa depan adalah sesuatu yang gaib. Yang kita miliki hanya masa sekarang, yang kita berada di dalamnya.

Bersegeralah untuk bertakwa kepada Allah. berpegang teguhlah dengan tali agama Ilam yang kuat.

﴿فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى﴾

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS:Thaahaa | Ayat: 123).

Ayyuhal muslimun, jamaah haji Baitullah Haram,

Kedatangan jamaah haji adalah pemandangan tahunan dengan aktivitas yang sama. Berganti generasi-generasi dalam beberapa kurun. Waktu-waktu berganti. Orang-orang tetap bertalbiyah dan thawaf. Sa’I dan wukuf. Mabit dan melempar jumrah. Mereka meniru para nabi, Rasulullah Muhammad ﷺ, para khalifah, para raja, para pemimpin, para ulama, dan orang-orang yang tidak bisa dihitung jumlahnya kecuali oleh Allah ﷻ. Mereka semua datang ke tanah Mekah ini. Mereka berharap pahala dan keutamaan di sisi Allah. Mereka menjawab undangan kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ketika Allah memerintahkannya,

﴿وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ﴾

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS:Al-Hajj | Ayat: 27).
Inilah Kota Mekah, Bakkah, Baitul Haram, yang dibandun untuk beribdah kepada Allah, mentauhidkan-Nya, dan menaati-Nya.

﴿إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا﴾

“Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS:Ali Imran | Ayat: 95-96).

Maha benar Allah ﷻ,

﴿وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا﴾

“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?” (QS:An-Nisaa | Ayat: 122).

﴿وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا﴾

“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS:An-Nisaa | Ayat: 87).

Maha benar Allah. di Mekah dan ibadah haji ini terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dan ini adalah tanda yang nyata yang tidak terhapus dan lekang oleh waktu yang panjang. Tidak berubah dengan bergantinya batas-batas. Tanda-tanda kebesaran-Nya yang bisa disaksikan keutamaan dan kesuciannya. Kemuliaannya langgeng sepanjang masa.

Di kota ini terdapat maqam Ibrahim saat hendak meninggikan pondasi Ka’bah. Dan anaknya Rasulullah Ismail membantunya.

﴿وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 127).

Maqam itu adalah tempatnya berpijak. Di tempat yang tanahnya lembek tanpa alas kaki. Sebagai saksi tentang tingginya keikhlasan. Tentang jujurnya seorang hamba menyambut perintah Rabbnya.

Di Mekah terdapat tanda kekuasaan Allah yang begitu jelas. Seperti dalam penunaian ibadah sa’i antara Shafa dan Marwa. Agar manusia merasakan betapa keluarga kecil ini, keluarga Nabi Ibrahim mencurahkan segalanya untuk menaati Allah. Di lembah tandus inilah sang istri bertanya kepada suaminya yang akan pergi meninggalkan ia dan anaknya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu pergi?” Nabi Ibrahim menjawab, “Iya.” “Jika demikian, Dia tidak akan menelantarkan kami.” ucap sang istri.

Sa’i adalah syiar ibadah yang butuh kekuatan, pengorbanan, dan tawakal. Bersandar kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Saat itulah hati Hajar ‘alaihissalam tenggelam dalam tawakal. Kemudian Allah memuliakannya dengan mengutus Jibril yang mengaiskan sayap di bumi. Sehingga muncullah mata air yang menjadi sumber minum mereka. Ia pun bisa menyusui anaknya.

Air itu disebut dengan zamzam. Air yang penuh berkah. Air itu dikonsumsi. Menjadi penyembuh sakit. Zamzam adalah mata air yang tak pernah habis. Sebuah mukjizat yang membuat takjub para ilmuan dan peneliti. Nabi ﷺ bersabda tentang zamzam,

«مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ»

“Air zamzam itu tergantung apa yang dikehendaki orang yang meminumnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Jamaah haji Baitullah al-Haram,

Inilah dia Baitul Haram yang merupakan tanda kekuasaan Allah. Tanda kekuasaan yang Allah jadikan penuh keberkahan. Berkah di bumi. Berkah dalam kehidupan. Berkah dalam makanan dan minuman. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan selainnya bahwasanya Rasulullah Ibrahim ‘alaihissalam datang menemui istri Nabi Ismail ‘alaihissalam. Beliau bertanya,

“مَا طَعَامُكُمْ؟” قَالَتْ: اللَحْمُ، قَالَ: “فَمَا شَرَابُكُمْ؟” قَالَتْ: المَاءُ، قَالَ: “اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي المَاءِ وَاللَّحْمِ”.
قَالَ: “فَهُمَا لَا يَخْلُوْ عَلَيْهِمَا أَحَدٌ بِغَيْرِ مَكَّةَ إِلَّا لَمْ يُوَافِقَاهُ”؛
﴿فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ﴾ [إبراهيم: 37].

“Apa yang kalian makan?” Ia menjawab, “Daging.” Nabi Ibrahim kembali bertanya, “Apa yang kalian minum.” “Air,” jawabnya. Kemudian Nabi Ibrahim berdoa, “Ya Allah berkahilah air dan daging mereka.”
Nabi ﷺ bersabda, “Keduanya (air dan daging), tidak ada seorang pun selain penduduk Mekah yang mengeluh bila yang mereka dapati hanya daging dan air.”

﴿فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ﴾

“maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS:Ibrahim | Ayat: 37).

Jamaah haji Baitullah al-Haram,

Sesungguhnya Mekah yang Allah muliakan menjadi saksi tanda-tanda kekuasaan Allah yang jelas ini. Ayat-ayat yang menjadi gambaran bagi manusia betapa agungnya tujuan penciptaan mereka. Dia menjadikan rumah itu suci dan menjadikannya sebagai tanda-tanda kekuasaannya bagi orang-orang yang memiliki mata hati.

Di dalam Masjid al-Haram juga terdapat tanda kekuasaan Allah. Amalan pertama yang dilakukan oleh jamaah haji adalah thawaf. Di sana terdapat Hajar Aswad. Nabi ﷺ bersabda tentangnya,

«إنَّ مَسْحَ الحَجَرِ الأَسْوَدِ وَالرُكْنَ اليَمَانِيَّ يَحُطَّانِ الخَطَايَا حَطًّا»

“Menyentuh Hajar Aswad dan Rukun Yamani dapat menghapus dosa-dosa.” (HR. Ahmad).

Dialah tanda-tanda kekuasaan Allah yang disaksikan oleh Nabi Muhammad ﷺ, Nabi yang mulia, yang penuh hikmah, shiddiq, dan amanah. Seorang nabi yang mempersatukan bukan memecah belah. Nabi yang menyayangi bukan membuat orang menderita. Nabi yang memperbaiki keadaan bukan melakukan kerusakan.

Sesungguhnya kabilah-kabilah Quraisy ketika hendak memugar Ka’bah, setiap kabilah mengambil bagian tertentu. Mereka membangunnya hinga meletakkan sisi-sisinya. Saat hendak meletakkan Hajar Aswad, mereka memperebutkannya demi kedudukan yang lebih mulia dari yang lain. Sampai-sampai mereka bersumpah untuk berperang. Salah seorang yang bijaksana di antara mereka mengatakan, “Solusi dari perselisihan kalian adalah orang yang pertama masuk lewat pintu masjid ini akan memberikan putusan.” Mereka pun mengambil solusi tersebut.

Orang pertama yang masuk ke masjid keesokan harinya adalah Rasulullah ﷺ. Ketika Nabi ﷺ diberitahukan tentang keinginan Quraisy, beliau mengatakan,

«هَلُمَّ إلَيَّ ثوبًا»

“Berikan aku kain.”

Mereka pun memberikan kain itu. Kemudian Nabi ﷺ mengambil bagian Ka’bah itu dan bersabda,

«لَتَأْخُذ كُلُّ قَبِيْلَةٍ بِنَاحِيَةٍ مِنَ الثَّوَبِ»

“Setiap kabilah hendaknya memegang ujung dari kain ini.”

Kemudian mereka mengangkatnya secara bersamaan hingga sampai ke tempatnya. Setelah itu, Nabi ﷺ mengambilnya dan membangunnya.

Inilah ayat-ayat Allah yang dilihat jelas bagi mereka yang menyaksikannya. Atau bagi mereka yang menyentuh dan menciumnya. Inilah tanda adanya seorang Nabi yang penuh rahmat. Sang pemberi kabar gembira dan peringatan. Sang pelita yang menerangi. Beliau ﷺ bersabda,

« نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »

“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” ( HR. Tirmidzi).

Ath-Thabari mengatakan, “Warna hitam itu memberikan pelajaran bahwa dosa-dosa itu memberi bekas yang kuat pada batu. Dan pengaruhnya terhadap hati lebih kuat lagi”.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Orang-orang ateis menolak hadits ini. mereka mengatakan, ‘Bagaimana bisa sebuah batu menjadi hitam karena dosa-dosa orang-orang musyrik. Sedangkan batu itu tidak menjadi putih karena ketaatan ahli tauhid? Saya akan menjawab pertanyaan ini dengan perkataan Ibnu Qutaibah:‘Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat hitam itu mewarnai bukan diwarnai. Dan sebaliknya dengan warna putih’.”

Hajar Aswad adalah ayat tanda kekuasaan Allah yang jelas. Namun bukan berarti ia memiliki keberkahan yang khusus. Atau dapat menolak sial dan mendatangkan keberuntungan. Dan orang-orang jangan sampai menzalimi yang lain untuk mencium dan mengusapnya. Sebagaiman kata Umar al-Faruq,

إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Sesungguhnya aku tahu engkau hanyalah batu yang tidak dapat menolak balak dan memberikan keberuntungan. Kalau saja aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, maka aku tidak pula menciummu.”

Nabi ﷺ bersabda kepada Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu,

«إِنَّكَ رَجُلٌ قَوِيٌّ فَلَا تُزَاحِمْ فَتُؤْذِيْ الضَعِيْفَ، إِنْ وَجَدْتَ فُرْجَةً فَاسْتَلِمْهُ، وَإِلَّا فَاسْتَقْبِلْهُ وهَلِّلْ وكَبِّرْ»

“Sesungguhnya engkau adalah seorang laki-laki yang kuat, maka jangan engkau berebut dalam desak-desakkan. Engkau akan menyakiti orang yang lemah. Jika engkau melihat celah, maka usaplah dia. Jika tidak, maka menghadap padanya, bertahlil, dan bertakbirlah.” (HR. Ahmad).

﴿إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ﴾ [آل عمران: 95- 96].

“Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS:Ali Imran | Ayat: 95-96).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، قَدْ قُلْتُ مَا قُلْتُ، إِنْ صَوَابًا فَمِنَ اللهِ، وَإِنْ خَطَأً فَمِنْ نَفْسِي وَمِنَ الشَّيْطَانِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ، إِنَّ رَبِّي كَانَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ.

وَبَعْدُ:

Para jamaah haji Baitullah al-Haram,

Anda telah mendapatkan keluarga dan tiba dengan kemudahan. Ini adalah Mekah ibunya kota-kota. Negeri yang aman. Allah menjadikan penunaian ritual ibadah haji di tempat ini. Anda berda di tempat yang mulia dan waktu yang mulia. Di negeri dua tanah haram yang aman dan tenang. Rendah hati dan saling menghormati.

Waktu-waktu ini adalah syiar tauhid begitu menggema:

لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ

“Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Miliknylah kekuasaan dan pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Masa-masa ini adalah masa syiar talbiyah:

لَبَّيْكَ اللهُم لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ لاَ شَرِيكَ لَكَ

Ibadallah,

Ibadah haji itu hanyalah thawaf, sa’i, wukuf, mabit, dan melempar. Kemudian ditutup dengan mencukur rambut.
Di antara karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya, Dia menjadikan penyelenggara ibadah ini sepanjang zaman. Tugas-tugas penyelenggaraan haji itu dibagi-bagi di antara kabilah Arab. Ada yang memberikan minum. Ada yang bertugas memberi makan. Dan ada pula yang bertugas melindungi tamu-tamu yang datang. Keadaan ini terus berlangsung hingga berganti generasi dan negara pemerintahan. Sampai akhirnya Allah anugerahkan kepada Kerajaan Arab Saudi yang mengurusi penyelenggaraan ibadah haji. Mereka mendapat kemuliaan seabgai pelayan tanah suci. Mereka memudahkan jamaah haji di saat pagi. Di saat senggang. Dan di saat mereka beraktivitas.

Semoga Allah memberikan keamanan dan ketenangan untuk negeri ini dan juga kepada negeri-negeri kaum muslimin.

Jamaah haji sekalian,

Negeri ini telah mencurahkan daya dan upaya. Berusaha menciptakan suasana aman dan kondusif. Hal itu dilakukan sejak kalian datang hingga kalian pulang insya Allah. Negeri ini bangga bisa membantu kalian.

Negeri ini tidak menambah-nambah manasik haji yang tidak ada tuntunannya. Orang-orang jahiliayh dahulu mereka berada di tempat-tempat haji. Mereka berbangga-bangga dengan kakek-kakek mereka. Namun Allah ﷻ berfirman,

﴿فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200) وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 200-201).

هَذَا وَصَلُّوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى خَيْرِ البَرِيَّةِ، وَأَزْكَى البَشَرِيَّةِ: مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ صَاحِبِ الحَوْضِ وَالشَّفَاعَةِ؛ فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيَّهُ بِكُمْ – أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ -، فَقَالَ – جَلَّ وَعَلَا -: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الوَجْهِ الأَنْوَرِ، وَالجَبِيْنِ الأَزْهَرِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ اَلْأَرْبَعَةِ: أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ صَحَابَةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَاخْذُلِ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ وَعِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ.

اَللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، وَنَفِّسْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ المَدِيْنِيْنَ، وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، وَسَلِّمِ الحُجَّاجَ وَالمُسَافِرِيْنَ فِي بَرِّكَ وَجَوِّك وَبَحْرِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ مِنَ الأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَهُ بِطَانَتَهُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ كُنْ لِإِخْوَانَنَا المُرَابِطِيْنَ فِي الحُدُوْدِ، اَللَّهُمَّ كُنْ لِإِخْوَانِنَا المُرَابِطِيْنَ فِي الحُدُوْدِ، اَللَّهُمَّ كُنْ مَعَهُمْ وَلَا تَكُنْ عَلَيْهِمْ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ وَلَا تَخْذُلْهُمْ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى المُعْتَدِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].

سُبْحَانَ رَبِّنَا رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Saud asy-Syuraim (Imam dan Khotib Masjid al-Haram)
Tanggal: 23 Dzul Qa’dah 1437 H
Judul asli: al-Masjid al-Haram wal Ayatu al-Bayyinat
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com

Artikel www.KhotbahJumat.com

Komentar

Populer

semanagat KERJANYA

Ibn Khaldun dalam Muqaddimah sudah menulis sebuah hukum sosial yang tragis: "Ketika negara masih kokoh, pajak sedikit namun hasilnya banyak. Tetapi ketika negara lemah, pajak diperbanyak, dan hasilnya justru semakin berkurang. Sebab rakyat tak lagi mampu menanggung beban." Ironinya, teori ini kini terbukti di depan mata. Pajak dinaikkan, subsidi dipangkas, pungutan diperluas, tetapi kesejahteraan rakyat tetap jalan di tempat. Sementara kelas istana justru semakin bugar dengan fasilitas, tunjangan, dan gaya hidup yang tak pernah mengenal kata hemat. Padahal, dalam tradisi fikih, prinsip penarikan pajak harus berlandaskan keadilan (al-‘adl fi at-taklīf). Imam al-Mawardi dalam al-Ahkām as-Sulthāniyyah menegaskan, harta rakyat tidak boleh dipungut kecuali dengan hak yang jelas dan untuk kemaslahatan yang nyata. Sebab itu, ‘Umar bin Khattab RA menolak menambah beban rakyat meskipun kas negara menipis, dengan kalimat yang tegas: "Aku tidak akan mempertemukan mereka...

pengemudi ojol

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Affan Kurniawan, pengemudi ojol, tulang punggung 7 anggota keluarganya, wafat setelah dilindas kendaraan taktis Brimob. Hidup sederhana di kontrakan sempit 3x11 meter, tapi semangat juangnya begitu luas: menafkahi orang tua, adik, dan keluarganya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Affan sudah mengajarkan arti sabda itu dengan pengorbanannya. Doa terbaik untuk Affan. Semoga Allah lapangkan kuburnya, angkat derajatnya, dan jadikan perjuangannya sebagai cahaya untuk keluarganya.

hanya cemilan

 Ilmu yang kita dapat dari media sosial itu ibarat camilan — mengenyangkan sebentar tapi cepat habis dan tak jarang banyak gizinya hilang. Ilmu dari buku memang lebih baik, tapi seringkali hanya seperti makanan instan — praktis, tetapi tak selalu lengkap nutrisinya. Adapun ilmu yang diambil dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ, itulah makanan pokok yang benar-benar menghidupi hati dan akal. Imam Malik رحمه الله pernah berkata: "إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم" "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian." Belajar langsung kepada guru bukan hanya soal mendapatkan materi pelajaran, tapi juga warisan adab, pemahaman kontekstual, dan keberkahan sanad. Rasulullah ﷺ bersabda: "إنما العلم بالتعلم" (رواه البخاري في الأدب المفرد) "Sesungguhnya ilmu itu hanya didapat dengan belajar (secara langsung)." Ilmu yang bergizi adalah yang memberi kekuatan im...

𝐊𝐄𝐓𝐀𝐌𝐏𝐀𝐍𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐆𝐈𝐍𝐃𝐀 𝐍𝐀𝐁𝐈 ﷺ

Kesempurnaan serta ketampanan wajah Sayyiduna Muhammad ﷺ diperincikan oleh para Sahabat رضوان الله عليهم أجمعين dengan pelbagai sifat yang menunjukkan keagungan Baginda ﷺ. Mengagumkan setiap mata yang melihat, tidak mengira jantina,umur, mahupun kawan ataupun musuh. Kata Sayyiduna Ali Bin Abi Talib r.a: “Sesiapa yang melihat Baginda (buat kali pertama) pasti akan tertunduk kerana kehebatan Baginda ﷺ, sedangkan sesiapa yang telah terbiasa bergaul dengan Baginda akan jatuh cinta.” (HR Tirmidzi) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Berikut contoh naskah pembawa acara (MC) untuk acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dengan susunan yang umum digunakan:

MC: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, washalatu wasalamu ‘ala asyrafil anbiya-i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du. Yang terhormat para alim ulama, tokoh masyarakat, serta seluruh tamu undangan yang dirahmati Allah. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam acara Tasmiyah (Aqiqah dan Pemberian Nama Bayi) dalam keadaan sehat wal afiat. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman. Hadirin yang berbahagia, Sebelum kita memulai acara, izinkan saya membacakan susunan acara pada hari ini: 1. Pembukaan 2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an 3. Kata Sambutan dari Tuan Rumah 4. Ceramah Singkat tentang Aqiqah dan Pemberian Nama 5. Pembacaan Doa 6. Makan Bersama 7. P...

Dakwah Mauidzah al-hasanah (nasihat yang baik)

  Nasihat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan huhasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, mnghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan madu, tehingga mereka dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subyek dakwah. Imam Syaukani dikutip oleh Ali Musthafa Yakub menyatakan bahwa Mauidzah al-hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat yang baik mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga dapat membenarkan apa yang di sampaikan. dalam segala aspeknya.  Sikap lemah lembut (pengaruh) memghindari sikap egoisme adalah warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang yang melancarkan ide-idenya untuk menggerakkan orang lain secara persuasif dan bahkan koersive(memaksa).  Caranya dengan memenga...

CONTOH UNDANGAN SHALAT JENAZAH

_*UNDANGAN SHALAT JENAZAH *===========================* *إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَِـــــــــــيْهِ رَاجِـــــــــــعُون* *_TELAH MENINGGAL DUNIA SEORANG PEREMPUAN :_* *NAMA : .................* *UMUR : ...................*  *ALAMAT : ................)*  *KELUARGA : ..............* *MENINGGAL DUNIA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M. JAM : 03.00 WITA.* *DI SHALATKAN PADA : KAMIS, 13 RABIUL AWAL 1445 H / 28 SEPTEMBER 2023 M.*  *WAKTU : BA'DA SHALAT MAGRIB.* *TEMPAT : RUANG INDUK MASJID * *DIMAKAMKAN : ALKAH KELUARGA, * *ATAS NAMA KELUARGA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH IKUT MENSHALATKAN JENAZAH, MOHON MAAF ATAS KESALAHAN SEMASA HIDUP DAN BILA ADA TERKAIT HUTANG PIUTANG SEGERA HUBUNGI PIHAK KELUARGA* *اللهم اغفر لها، وارحمها وعافها، واعف عنها، ووسع مدخلها، واغسلها بالماء والثلج والبرد، ونقها من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، وأبدلها دارا خيرا من دارها، وأهلا خيرا من أهلها، وأدخلها الجنة، وقها فتنة القبر وعذاب النار* *جزا كم الله خيرا*