Langsung ke konten utama

Postingan

SUJUD

Dalam shahih Muslim, An Nawawi menyebutkan sebuah Bab “Keutamaan sujud dan dorongan untuk melakukannya”. Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia ditanyakan oleh Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai di sisi Allah. Tsauban pun terdiam, hingga Ma’dan bertanya sampai ketiga kalinya. Kemudian Tsauban berkata bahwa dia pernah menanyakan hal ini pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab, “Perbanyaklah sujud kepada Allah. Sesungguhnya jika engkau bersujud sekali saja kepada Allah, dengan itu Allah akan mengangkat satu derajatmu dan juga menghapuskan satu kesalahanmu”. Ma’dan berkata, “Kemudian aku bertemu Abud Darda, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Abud Darda’ pun menjawab semisal jawaban Tsauban kepadaku.” (HR. Muslim no.488)📚 Juga hadits lainnya yang menceritakan keutamaan sujud yaitu hadits Robi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy. Dia menanyakan pad

HAMBA YANG PALING UTAMA KELAK PADA HARI KIAMAT

Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: إنَّ اللهَ تعالى لَيرضـى عـن العبدِ ‏أنْ يأكلَ الأكلةَ أو يشربَ الشربةَ ‏فيحمدُ اللهَ عليها “Sesungguhnya Allah ridho kepada hamba yang apabila ia makan atau minum ia memuji Allah..” (HR Muslim) Karena hamba yang paling utama kelak pada hari kiamat adalah yang paling banyak memuji Allah Ta’ala. Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: إِنَّ أَفْضَلَ عِبَادِ اللهِ -تَبَارَكَ وَتَعَالَى- يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْحَمَّادُونَ “Sesungguhnya hamba Allah yang paling utama pada hari kiamat adalah orang orang yang banyak memuji Allah..” (Shahih Jami no 1571)

TEMANMU NANTI

Rosulullah Shollallaahu ‘alaihi Wasallam bersabda tentang alam kubur, وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ ، حَسَنُ الثِّيَابِ ، طَيِّبُ الرِّيحِ ، فَيَقُولُ : أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ . فَيَقُولُ لَهُ : مَنْ أَنْتَ ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ . فَيَقُولُ : أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ . فَيَقُولُ : رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي “Lalu datanglah kepadanya seorang laki-laki yang wajahnya indah, pakaiannya bagus, dan amat wangi. Ia berkata, “Bergembiralah dengan sesuatu yang menyenangkanmu..! Ini adalah hari yang dijanjikan untukmu..” Ia (mayit) berkata, “Siapa kamu..? Wajahmu membawa kebaikan..” Ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih..” Ia (mayit) berkata, “Ya Robb, tegakkanlah hari kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku..” (HR Ahmad) Al Hafizh Ibnu Rojab rohimahullah berkata, صاحب مَن تُصاحب، فواللّٰه الذي على العرش اسْتوى لن يُصاحبك في قبرك إلّا صاحبٌ واحد، ألا وهو عملك الصّال

LAKSANA SEBUAH POHON

Ibnu Rojab rohimahullah berkata, “Waktu setahun itu laksana sebuah pohon.. ▶️ bulan rojab adalah waktu menumbuhkan daun, ▶️ sya’ban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan ▶️ romadhon adalah bulan memanen, (dan) pemanennya adalah kaum mukminin.. (Oleh karena itu), mereka yang ‘menghitamkan’ catatan amal mereka hendaklah bergegas ‘memutihkannya’ dengan taubat di bulan-bulan ini.. sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu-waktu tesebut..” [ Lathooiful Ma’arif – 130 ]

RIBA NgeRIBAnget.....

Di akhir zaman sekarang ini, telah nampak praktik riba tersebar di mana-mana. Dalam ruang lingkup masyarakat yang kecil hingga tataran negara, praktik ini begitu merebak baik di perbankan, lembaga perkreditan, bahkan sampai yang kecil-kecilan semacam dalam arisan warga. Entah mungkin kaum muslimin tidak mengetahui hakekat dan bentuk riba. Mungkin pula mereka tidak mengetahui bahayanya. Apalagi di akhir zaman seperti ini, orang-orang begitu tergila-gila dengan harta sehingga tidak lagi memperhatikan halal dan haram. Sungguh, benarlah sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari no. 2083) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّه

RENUNGAN…

Kita hidup di dunia, tidak lama.. Rasulullah, shallallahu alaihu wasallam, telah bersabda: “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampaui umur tersebut“.  [HR. Ibnu Majah: 4236, Syeikh Albani mengatakan: hasan shohih]. Dan ternyata dalam waktu yang sebentar itu, kita memerlukan bekal yang banyak untuk mengarunginya.. BAHKAN kadang kita harus BANTING TULANG demi mencari bekal untuk kehidupan ini. Jika untuk waktu +-70 tahun saja kita harus BANTING TULANG untuk mencari bekalnya, lalu sudahkah kita banting tulang untuk kehidupan alam barzakh yang mungkin bisa sampai RIBUAN TAHUN ?! Setelah alam barzakh juga kita harus dibangkitkan dan hidup dalam waktu yang sangat lama, SATU HARINYA = 50 RIBU TAHUN… Ingat, ketika itu tak ada yang berguna kecuali amal baik kita.. Tak ada pakaian, tak ada sandal, matahari hanya berjarak 1 mil dan tak ada naungan kecuali naunganNya. Sungguh, kehidupan setelah kehidupan dunia ini jauh lebih lama, dan jauh lebih berat… tentu

Isi Kemasan

Betapa kita sering terpukau tampilan luar.. Dan lalai memperhatikan isi.. Jadikan patokan dengan dasar penilaian yang Allah tetapkan.   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ "Sesungguhnya Allah tidak memandang pada rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah akan melihat hati dan amal kalian.." (HR Muslim: 2564) Memang tak nampak.. Benar tak terlihat.. Namun betapa kejernihan hati akan tercermin dalam baiknya amalan.. Sebagaimana kita juga dianjurkan berdoa: اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي Allahumma kamaa hassanta khalqii, fahassin khuluqii “Ya Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan badanku, maka perindah pula akhlakku..” (HR. Ahmad: 1/403, Ibnu Hibban: 959) Agar kita tidak terlalu sibuk memperindah kemasan hingga lupa bahwa isinya lebih penting dan dibutuhkan..