Langsung ke konten utama

23 tahun yg lalu……………


23 tahun yg lalu…………… 
Aku masih bisa mencium tangannya,, 
Aku masih bisa mengecup lembut pipinya,, 
Aku masih bisa merasakan kharismanya seorang ayah,, 
Aku masih bisa merasakan kasih sayang tulusnya,, 
Aku masih bisa melihat wajah teduh penuh cinta,, 

Dini hari jum’at, 12 Jumadil Awal 1419 H/ 4 September 1998 tepat pukul 03.00 Wita
Ajal telah menjemput ayahku,, sosok yang paling aku sayang,, yang paling aku hormati,, yang paling aku patuhi,, yang amat sangat aku cintai... 
Ya Rabbil’izzati... 
Hamba tak pernah mengira ayah akan Kau panggil secepat ini... 
Dalam usia belum genap 46 Tahun... Meninggalkan ibu dan kelima putra putrinya.
Meskipun sangat berat, ku coba untuk tegar sekuat mungkin.. 
Pikiranku kalut, pikiranku kacau, aku benar2 hilang arah saat itu... 
Dan aku mencoba tegar menemani saat terakhir beliau di dunia ini.. dengan kondisi yg amat sangat lemah, kucoba membimbing ayah untuk mengucap lafadz2 Allah hingga nafasnya benar2 terhenti... 

Innalillahi wainnailaihi roji’un... 
Ayahku telah tiada.... 
Ayahku telah menghadap Allah Swt dengan tenang... 
Dan seketika itu aku sadar sekarang.... KAMI ANAK YATIM..... 

Dan aku kembali sadar.... 
Sekarang, akulah tumpuan keluargaku.... 
Aku anak pertama, dengan empat orang adik, dan ibu yg hanya penjual kue... 
Ya Allah,, sungguh berat rasanya kulalui hidup ini sekarang... 
Tp aku tak boleh menyerah.. 
Aku percaya ini adalah jalan terbaik yang Tuhan tunjukkan untuk ku dan keluargaku... 
Tabahkan hati kami Ya Rabbi, Sabarkan hati kami, mudahkanlah kami melalui hidup ini tanpa sosok seorang ayah... Berikan tempat yang terbaik untuk ayah disana Ya Allah. 

Atas nama cinta kusampaikan doa ini, satu dari sekian banyak doa untuk ayah yang selalu ingin kukirim ke negeri abadi, tempat ayah kini berada. Setiap doa adalah lukisan peristiwa dan luapan rasa yang berbukit-bukit tentang rindu yang luar biasa dari seorang anak kepada ayahnya. 

Ayah, menyebut namamu, mengalunkan vibrasi dalam denyut nadiku, memenuhi rongga tubuhku dengan getaran. Jutaan getaran yang ditimbulkan oleh perasaan-perasaan yang berbeda, menyatu, membuatku terpekur dalam kerinduan. Rindu pada segala hal tentang ayah. 

Ayah, aku ingin ayah tahu bahwa aku disini baik-baik saja. Ayah tidak perlu khawatir ya. Aku kangen ayah, kangen sekali. Rasa itu membuncah dalam dada. Setiap hari kucoba menitipkan rasa itu lewat doa-doa panjangku. Kuharap ayah bisa merasakannya. Banyak yang hilang dari hidupku sejak ayah pergi. 

Ketika pucuk-pucuk pohon telah menjadi pangkal bagi tunasnya, 
Ketika sayap-sayap telah lelah untuk menjelajah, 
Dan ketika aroma tanah basah telah hilang, menjadi untaian jelaga dan kepanasan, 
Barulah aku sadar…. 

Sudah 23 tahun, 23 tahun aku jauh dari ayah, 23  tahun aku tidak mendengar nasihat dari ayah, 23 tahun aku lepas seperti kapas, 23 tahun aku tidak terbakar oleh kobaran semangat ayah, dan 23 tahun aku mencoba tetap tegar menghadapi segala persoalan hidup, mencari setiap solusi yang aku butuhkan. Sendiri. 

Bukan waktu yang singkat untuk sebuah perasaan kehilangan, dan bukan waktu yang terlalu lama untuk sebuah tahapan pendewasaan. Entahlah,, baru sekarang aku sadar batapa diri ini sangat rindu. Rindu pada setiap canda dan tawa yang kau tawarkan, cerita-cerita konyol, nasihat klasik dan bara semangat yang senantiasa mendidihkan keberanianku di waktu yang lalu. Dan ketika itu, semua hanya biasa. Tak pernah ada kesan istimewa. Tapi sekarang, yang biasa itulah justru yang sangat aku rindukan. 

Ayah, kau tak pernah berhenti mengungkap segala harapan dan impian. Harapan yang kau berikan pada anakmu, keinginan tuk jadikan aku yang luar biasa. Harapan agar aku menjadi yang paling indah dan berarti. Hanya untuk sebuah alasan, “karena aku adalah anakmu”. 

Kau tak pernah rela aku berada pada satu titik kesalahan, yang mungkin akan membawaku pada sedikit kemunduran. Dan kaupun selalu bangga dengan prestasi yang coba ku ukir, meski itu hanya untuk sedikit langkah yang lebih maju. 

Ayah, betapa kerinduan ini semakin dalam. Walaupun banyak hal menyenangkan yang aku temui, kadang aku merasa lelah, letih dengan semua yang aku hadapi. Merasa putus asa dan ingin menyerah bila menghadapi masalah, meskipun itu belum seberapa. 

Ayah, mengapa terkadang aku merasa dunia begitu tidak adil padaku? Kau meninggalkan aku disaat aku benar-benar butuh pendampingan darimu. Dari sosok seorang ayah. Aku merasa ditinggalkan. 
Astaghfirullahal’adziim 
Allah, aku tidak bermaksud untuk menggugatMu atau menuntut yang lain dariMu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan fitrahku, dan terkadang aku merasa berhak untuk itu. Aku ingin menangis, Ya Allah. Tapi aku tidak bermaksud untuk tidak ikhlas dengan semua kehendakMu, aku juga tak ingin air mataku menjadi penghalang bagi perjalanan ayahku menghadapMu. Aku hanya merasa aku berhak untuk menangis, meskipun terkadang aku tak tahu mengapa harus menangis. Tapi bukankah itu hak ku sebagai manusia?? 

Ayah, harapan yang kau letakkan di pundakku, harapan itulah yang senantiasa menjadi tonggak penyangga hingga aku tetap bisa bertahan menghadapi semua. 

Ayah, ada banyak sekali potret ayah yang tersimpan dalam bingkai kenanganku, potret diri ayah dengan setiap nasihat dan kata-kata bijak yang kini menjadi salah satu pemanduku dalam mengarungi lautan kehidupan. Ayah tahu, mengenang ayah adalah mengenang sosok pencinta kehidupan dan sungguh aku banyak belajar dari ayah. Ayah adalah tauladan. Aku telah memahami bahwa mencintai berarti menghargai. Mencintai hidup berarti menghargai hidup. 

Dan itu yang aku lakukan sekarang dan seterusnya hingga kelak Allah memanggilku untuk kembali. Aku janji ayah!! Aku kini mencoba menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. 

Ayah,,, 
tangisku, tak kan dapat memutar waktu 
Sesalku tak kan dapat memelukmu 
Dan harapku, tak kan mampu tuk kembalikanmu 

Ayah... 
Semasa kecil kami belum mengerti 
Apa arti pengorbanan seorang ayah 
Selalu berjuang demi kebutuhan anakmu 
Tanpa mengenal waktu 
Engkau rela di hina dan di maki 
Demi anak-anakmu 

Ayah... 
Saat detik kepergianmu 
Menghembus nafas terakhir 
Kami seperti tak percaya 
Karena beberapa detik 
Engkau telah pergi untuk selamanya 

Ayah... 
Sungguh bagiku hidup ini terasa berat untuk dijalani 
Sungguh bagiku sulit untuk menerima semua kenyataan ini 
Tak pernah kubayangkan sebelumnya, 
Betapa kesepian nya ibu tanpa hadirmu 
Betapa berat beban ibu untuk mengasuh aku dan adik-adikku 
Betapa tegarnya ibu saat kau putuskan harapan nya 

Ayah... 
Apakah engkau mengerti akan kerinduanku saat ini 
Betapa hidup ini amat sangat berat setelah kau tiada 
Betapa semua terasa sulit saat kau tak lagi ada 
Aku merindukanmu ayah,, sangat merindukanmu 
Tapi inilah takdir 
Kami harus tetap tegar 
Melepaskan dengan ikhlas 
Walau kadangkala ku menangis 

Ayah... 
Betapa anakmu kehilangan 
Dan selalu terbayang wajahmu 
Serasa engkau masih bersama kami 

Ayah... 
Aku bersyukur pernah merasakan kasih dan sayangmu 
Kau berikan aku pengertian yang aku tidak mengerti 
Kau ajari aku pelajaran yang aku tidak pahami 
Kau guru sekaligus jaksa yang paling adil untuk keluargamu 
Sampai kau merasa lelah dan sudah cukup untuk menuntun kami 
Lalu kau titipkan kami pada ibu 
Aku bangga memiliki ayah sepertimu 
Kini hanya do’a yang mampu sampai ketempat terindahmu 
Semoga Allah selalu memberi kebahagiaan untukmu 
Seperti halnya kau berikan pada kami 

Ayah... 
Maaafkan anakmu ini 
Yang belum mampu membahagiakan dirimu 
Di waktu hidup dan tua mu 
Kini aku hanya bisa berusaha 
Dengan setiap apa yang kupunya 
Dengan setiap ucap dalam doa 

Ya As-Sami’... 
Engkau maha mendengar 
Perkenankan permohonan kami 
Ya Al-Ghafur... 
Ampuni dosa dan kesalahan ayah kami 
Semasa hidup dan mati nya 
Ya Al-Maajid… 
Tempatkan ia pada kemuliaanmu 
Karena disisiMu tempat kemuliaan kami 

Dan kini... 
Meskipun ayah telah tiada... 
Seluruh kenangan hidupku kan menjadi saksi 
Saksi atas perjuangan..,pengorbanan..,kesungguhan.., dan keikhlasan 
Disinilah...anakmu sedang mengenang Ayah 
Dan memanjatkan do'a agar Ayah diterima di sisi-Nya. Amin 

Ayah…… 
Aku berjanji, akan slalu melanjutkan harapanmu 
Dan tetap berdiri Tegar, meski karang menghadang 

Memang benar, terkadang kita merasa bahwa kita mempunyai sesuatu yang sebenarnya sangat berharga justru pada saat kita telah kehilangan. 

Ya Allah,,, mudahkanlah jalanku 
Untuk beribadah kepadaMu dengan 
Melaksanakan amanah orangtuaku 

Ya Allah,,, jadikan aku seorang anak 
Yang benar-benar bisa berbakti kepada orangtua 
Sabarkan aku untuk menghadapi segala kondisi 

Ya Allah,,, pertemukanlah aku dengan orang-orang 
Yang aku sayangi di akhirat nanti 
Semoga jerih payah ini kan menjadi 
Buah yang manis di masa depanku 
Dan menjadi jalan pahala bagi orangruaku 

Rabighfirlii waliwalidaiyya warhamhumaa kamaa robbayanii soghiro, robbana aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa adzabannar. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia