📝 *_Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi_*
➡️ *1. Memperbanyak shalawat dan salam atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam*
Dari Aus bin Aus, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَفْضَلَ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ، فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَكَيْفَ تُعْرِضُ عَلَيْكَ صَلاَتَنَا وَقَدْ أَرَمْتَ؟ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ k حَرَّمَ عَلَى اْلأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ.
“Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan. Pada hari itu pula sangkakala (kedua) ditiup dan manusia dimatikan (tiupan sangkakala pertama.-ed.) pada hari itu perbanyaklah mengucap shalawat atasku. Karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami sampai kepada engkau, padahal jasad engkau telah rusak?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi memakan (merusak) jasad para Nabi.” [1]
➡️ *2. Membaca surat al-Kahfi*
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ النُّوْرُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ.
“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, maka terdapat cahaya yang meneranginya di antara dua Jum’at.” [2]
➡️ *3. Memperbanyak do’a sambil mengharap waktu yang mustajab*
Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اِثْنَتَـا عَشْرَةَ سَاعَةً، لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ k شَيْئًا إِلاَّ اَتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَـاعَةٍ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ.
“Hari Jum’at terdiri dari dua belas waktu. Tidak ada seorang hamba muslim pun yang saat itu meminta pada Allah melainkan Allah mengabulkannya. Carilah ia (waktu yang mustajab) di akhir waktu tersebut, yaitu setelah shalat ‘Ashar.” [3]
📗 *Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M*
_____
📋 Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 889)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/370 no. 1034), Sunan Ibni Majah (I/345 no. 1085), dan Sunan an-Nasa-i (III/91).
[2]. Shahih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 626)], Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 6470), Mustadrak al-Hakim (II/368), dan al-Baihaqi (III/249).
[3]. Shahih: Abu Dawud, an-Nasa-i, dan al-Hakim meriwayatkan lafazh ini. Dia berkata: “Shahih berdasarkan syarat Muslim [Shahih at-Targhiib (no. 705)], Shahiih Muslim (II/584 no. 853).
📑 mutiarasunnah
•═══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•
Komentar
Posting Komentar