Oleh: Agus Salim Matondang*)
Pendahuluan
Kerja-kerja kebajikan (amal saleh) secara kreatif-produktif, semangat berlomba di semua bidang kehidupan, secara konsisten dilakukan, demi menuju terwujudnya tatanan dan kondisi masyarakat Baldatun Thoyyibatun wa robbun Ghofur (Al-Quran Surah Saba’ 34:15), yaitu negeri yang baik termasuk seluruh kebaikan alamnya, dan Rabb Yang Maha Pengampun, mencakup seluruh kebaikan perilaku penduduknya, sehingga mendatangkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb alam semesta.
Kerja kreatif-inovatif-produktif-kolektif tidak mungkin terjadi, jika: Kesatu, pemahaman ummat terhadap ajaran Islam sendiri belum utuh dan komprehensif. Kedua, problema kehidupan ekonomi yang diderita ummat Islam belum menjadi sebuah kesadaran kolektif. Andai saja kedua soal tersebut telah selesai, langkah kemudian mesti dicarikan strategi yang tepat untuk dapat mengangkat kehidupan ekonomi yang layak dan bermartabat. Pengertian strategi dalam konteks ini adalah pendekatan secara menyeluruh terkait pelaksanaan gagasan, perencanaan, serta eksekusi di lapangan dalam kurun waktu tertentu.
Penguatan EkonomiBerikut pesan-pesan Islam terhadap betapa pentingnya penguatan ekonomi ummat:
1). Kita disuruh untuk mencari harta, “ Berjalanlah di atas dataran bumi, makanlah
rezeki-Nya.” (QS. Al-Mulk 67:15).
2). “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah melalaikan akan kamu harta
bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang
berbuat demikian itu, maka mereka itulah orangorang yang rugi.” (QS. Al-
Munafiqun 63: 9).
3). “ Hendaklah kamu
berdagang, di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki”. (HR. Imam Ahmad).
4). “Sesungguhnya, sebaik-baik
usaha adalah usaha perdagangan…” (
HR. Imam Ahmad. Dari Mu’az bin Jamal).
5). Dari Rafi’ bin Khadij
Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Ada seseorang bertanya,” Penghasilan apakah yang paling baik, Wahai Rasulullah?” Beliau
jawab: “ Penghasilan seseorang dari jerih
payah tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad).
6). Demikian penting dan mulainya para pebisnis, “ Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah
akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati
syahid.” ( HR. Tirmidzi).
7). Ada sepuluh orang
sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga, di antaranya tujuh sahabat yang
berprofesi sebagai pengusaha sukses: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair
bin Awwam,
8). Pada era
Kekhalifahan Abbasiyah memerintah di Baghdad Irak, kekhalifahan ketiga Islam,
didirikan oleh dibasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul
Muthalib, berlangsung selama lima abad (132 H=750M sampai 656 H=1258 M) para pebisnis
muslim menguasai perdagangan global, profesi bisnis( pertanian,
perdagangan dan industri).
9).
KH. Mas Mansur mantan Ketua Umum Muhammadiyah ke-4 (1937-
1942)
berkata: “ 80 % didikan Islam kepada
keakhiratan dan 20 % kepada keduniaan. Tetapi kita telah lupa memenangkan yang tinggal 20 % lagi itu sehingga kita
menjadi hina.” ( Hamka, Tasauf Moderen, Cetakan 1 Tahun 1939).
Amanah Konstitusi
The founding fathers (para bapak pendiri bangsa) ini, telah mewariskan dan mengamanahkan konstitusi Republik Indonesia kepada bangsa ini, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 terkait dengan perekonomian yang berbunyi:
a)
Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
b) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara
c) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tugas Kekhalifahan dan Ilmu Pengetahuan
Allah Swt berfirman: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “ Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih, memujim-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “ Sungguh,
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” ( Q.S. al-Baqarah, 2:30).
Sains, ilmu pengetahuan menjadi penting
dikuasai oleh pemimpin umat, petunjuk al-Quran tentang derajat dan keutamaan
orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan, sungguh merupakan yang sudah jelas
sekali, “… Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Mujadalah 58:11). Sedemikian tingginya derajat orang yang berilmu
pengetahuan, sehingga Allah SWT menjadikannya faktor ketiga yang dapat menegakkan
keadilan, setelah Allah SWT dan para
Malaikat, “ Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (
juga mengatakan yang demikian itu). Taka
da Tuhan melainkan Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali
Imran 3:18).
Potret Perekonomian Ummat Islam
Dari sekian banyak problematika-kesengsaraan umat Islam, salah satunya adalah pada bidang ekonomi, sekurang-kurangnya mencakup: a. Tingkat penghasilan (riil) yang rendah;
b.
Tingkat peran serta dan
kemampuan bersaing yang rendah dalam
pengelolaan sumber- sumber
ekonomi;
c.
Tingkat pengangguran yang
tinggi;
d.
Keterbatasan kemampuan skill dalam mengelola kegiatan
bisnis;
e.
Keterbatasan kemampuan dalam
mendayagunakan sumber-sumber informasi
dan teknologi industri;
f.
Ketidakmerataan kemakmuran dan
kesejahteraan hidup yang tinggi.
Gerakan Pembebasan dan Ekonomi Tauhid
Inti Islam itu adalah gerakan pembebasan. Mulai dari hati nurani setiap individu dan berakhir di samudera kelompok manusia. Islam tidak pernah menghidupkan sebuah hati, kemudian hati itu dibiarkannya menyerah tunduk kepada suatu kekuasaan di atas permukaan bumi, selain dari kekuasaan Tuhan Yang Satu dan Maha Perkasa. ( Sayyid Qutb, 2001. Beberapa Studi Tentang Islam, Penerbit Media Dakwah, Jakarta).
Allah Swt tidak akan menolong suatu kelompok manusia yang tidak mau menolong dirinya sendiri, dan tidak menjalankan hukum Tuhan tentang jihad dan perjuangan. “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri…”( Al-Quran 13: 11). “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Al-Maidah 5:120).
Ekonomi tauhid, mengajarkan bahwa pemilikan harta-harta (aset-aset) oleh manusia bersifat nisbi (relatif), dan merupakan amanah dari Allah Swt. Hal ini dikarenakan kepemilikan mutlaknya adalah Allah Swt. Pandangan tauhid mengajarkan prinsip ekualitas dan keadilan menjadi perhatian, oleh karena itu setiap manusia di hadapan Allah Swt pada hakekatnya kedudukannya sama, kecuali karena ketakwaannya. (Abdul Munir Mulkhan, 1996, Ideologisasi Gerakan Dakwah Episod Kehidupan M.Natsir dan Azhar Basyir), SIPRESS, Yogyakarta). Esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan esensi Islam adalah Tauhid atau peng-Esa-an Allah Swt, tindakan yang menegaskan Allah Swt sebagai yang Esa, Pencipta yang mutlak dan transenden, penguasa segala yang ada.
Kendala Kebangkitan Ekonomi
Aspek kultural, berkaitan dengan budaya, norma, nilai, pandangan hidup, dan kebiasaan yang telah lama mentradisi dan mengakar dalam masyarakat Muslim. Jika budaya bisnis tidak direspons secara baik, maka tidak akan mungkin menguat dan mengakar di kalangan umat Islam. Budaya yang dimaksud adalah proses pembiasaan yang terbentuk karena hasil cipta dari rasa, karya, dan karsa manusia. Proses pembiasaan itu, terbangun dari akal, pengalaman dan cara pandang (world view). Karena Islam memiliki ajaran dan doktrin dalam berbisnis, maka Islam sesungguhnya menjadi sumber inspirasi untuk melakukan aksi bisnis.
Aspek Struktural, berkaitan kebijakan pemerintah yang berimplikasi publik bagi kehidupan
masyarakat Muslim. Pada aspek struktural, dengan mendorong keberpihakan
pemerintah dalam bentuk kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam berbisnis,
terutama terkait pada akses informasi dan permodalan (lihat pada halaman
belakang: gambar-1 katalis pemberdayaan).
Aspek Teknis, Berkaitan kompetensi,
kapasitas, profesionalitas, keterampilan teknis, dalam mengelola bisnis.
Entrepeneurship Muhammad SAW
Jejak entrepreneur
Muhammad Saw, mulai merintis karier
dagangnya saat berumur 12 tahun, dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17
tahun. Pekerjaan sebagai pedagang terus dilakukannya hingga menjelang
beliau menerima wahyu (berusia sekitar
37 tahun). Kenyataan ini menegaskan bahwa Muhammad Saw telah menekuni dunia
bisnis selama lebih kuran 25 tahun. Sehingga Muhammad Saw sebagai pebisnis
lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung 23 tahun (13 tahun di
Makkah dan 10 tahun di Madinah Almunawaroh).
Masjid Pusat Peradaban
Ummat Islam dapat
melakukannya secara berjamaah kelembagaan yang terorganisir, rapi, teratur,
transparan dan terkoordinasi dengan baik serta bekerja sama sesama umat Islam. “Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. ash-Shaff:4).
Ketika Rasulullah Saw hijrah ke kota Yatsrib, kini kota al-Madinah al-Munawaroh, yang pertama sekali dibangun Rasulullah Saw Masjid Quba. Sedemikian penting dan strategisnya keberadaan Masjid, sehingga Rasulullah Saw dapat mengawali perjuangannya dalam menyebarkan Risalah Islam, adalah berdakwah, dan membina generasi terbaik. Dari Masjid pula basis peradaban baru dikukuhkan. Masjid dimakmurkan, “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka mereka lah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah 9:18).
Rasulullah Saw
menjadikan Masjid sebagai sentra utama seluruh pembinaan dan aktivitas
keummatan, baik dalam aspek tarbiyah (pembinaan) maupun pembentukan karakter
para sahabat. Sehingga mereka memiliki keimanan dan ketakwaan yang sangat kuat
dan kokoh kepada Allah Swt. Demikian juga aspek-aspek lainnya termasuk politik,
strategi perang, perekonomian, hukum, sosial, dan budaya. Masjid menjadi pusat
utama ibadah bagi umat Islam, sejak dari ibadah mahdlah yang bersifat ritual, hingga kepada ibadah yang bersifat ghoiro mahdlah (ibadah muamalah) yang bersifat sosial.
Masjid dan Pasar
Kegiatan perekonomian
mendapat perhatian besar dari Rasulullah Saw. Di depan Masjid Quba terapat
lapangan yang luas, menjadi tempat
pedagang untuk menawarkan berbagai aneka macam produk. Pasar pertama umat Islam
“ Suqul Anshar” dibangun di Madinah setelah membangun
masjid Nabawi. Kenyataan ini dapat dilihat sampai saat ini,
bahwa di sekitar lokasi Masjidil Haram di Makkah, dan Masjid Nabawi di Madinah
ditemukan pasar. Masjid menjadi poros pemberdayaan ekonomi ummat Islam.
Sehingga hal ini dapat membawa kesejahteraan dan terhindar dari kemiskinan.
(lihat gambar-2, skema awal upaya membangun ekonomi ummat).
Uang dan harta penting, untuk menggerakan kekhusyu’an (upaya mengerahkan segenap pikiran dan hati hanya kepada Allah SWT), dan keleluasaan untuk beribadah dalam pengertian luas, termasuk untuk menegakkan ajaran Islam. Hal ini tak mungkin berjalan lancar dan optimal, jika tidak ditopang oleh biaya, dana yang cukup. Ekonomi kuat, untuk berjayanya dakwah. baik. Perniagaan pun tidak akan pernah mengalami kerugian, “ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaff 61:10-11) ###
*) -Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) Banjarmasin 1995-2010;
-Direktur Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Kalsel 1995-2015;
-Ketua Pengurus Kopsyah BMT Ummah
Banjarmasin 1995-2016;
-Anggota Komisi Peberdayaan Ekonomi Ummat
MUI Kalsel 2016 sd sekarang;
-Anggota Majelis Syuro Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia Prov. Kalimantan Selatan;
Komentar
Posting Komentar