Langsung ke konten utama

Mementingkan Ilmu-Ilmu Yang Bermanfaat

   Ilmu sangatlah banyak, namun bukan semuanya bermanfaat atau penting bagi setiap orang. Justru sebagian bermanfaat dan penting bagi sebagian orang saja, namun tidak bagi yang lainnya. Terkadang bermanfaat di satu waktu dan keadaan, namun tidak di waktu dan keadaan yang lain.

   Sebagian lagi malah berbahaya dan tidak ada manfaatnya, bahkan cuma sekedar tambahan dan tidak ada pentingnya. Hal ini telah disebutkan oleh Al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya' 'Ulumuddin di dalam bab ilmu.

   Apabila kenyataannya demikian, maka sudah sepatutnya lah orang yang berakal menyibukkan diri dengan ilmu yang penting dan bermanfaat. Justru hendaknya ia lebih menyibukkan diri terhadap ilmu yang lebih bermanfaat dan lebih penting bagi dirinya, kemudian yang lebih penting dan bermanfaat bagi yang lainnya apabila ia memang pantas untuk pekerjaan ini dan memiliki waktu luang.

   Hal ini tak lain karena umur sangatlah pendek, waktu sangat berharga, kematian sudah mendekat, perjalanan masih jauh. Sedangkan berdiri di hadapan Allah SWT untuk ditanyai atas setiap perbuatan yang besar dan kecil sangatlah mengkhawatirkan dan sungguh sulit. Hendaknya seorang mencerna hal ini dalam lingkup kehidupannya. Apabila ia termasuk orang berakal, maka ia tidak akan menyibukkan diri kecuali atas apa-apa yang bermanfaat dan penting bagi dirinya.

   Bahkan hampir saja ia tidak disibukkan dengan urusan orang lain, andaikan ini perbuatan manusia dalam urusan duniawi lalu bagaimana dalam urusan akhiratnya. Andaikan seseorang mengutamakan kepentingan orang lain dalam urusan kehidupan duniawi, maka bisa jadi perbuatannya itu terpuji. Namun berbeda dengan urusan akhirat.

ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَاﺏِ
.
[ al-Fushul al'-Ilmiyyah Wal 'Usul al-Hikamiyyah lil Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia