Langsung ke konten utama

Kewajiban mendirikan sholat

*Kewajiban Mendirikan Shalat dan Menfokuskan Hati Kepada Allah SWT Ketika Beribadah*

   Seorang yang hendak menempuh jalan menuju Allah SWT, hendaknya ia senantiasa memperhatikan baik-baik pelaksanaan shalat lima waktu dengan menyempurnakan berdirinya, bacaannya, khusyuknya, rukuknya, sujudnya, segala rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya.

   Hendaknya ia selalu menghadirkan perasaan keagungan Allah SWT sebelum ia melakukan shalat, karena sebentar lagi ia akan menghadap kepada Allah SWT Yang Maha Agung. Janganlah engkau bermunajat kepada Allah SWT dengan hati yang tidak tertuju kepada-Nya, sehingga hatimu melayang ke berbagai masalah, khususnya masalah duniawi sehingga engkau wajib mendapat murka Allah SWT dan diusir dari hadirat-Nya.

   Dalam hal ini, Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:

*إِذَاقَامَ الْعَبْدُ إِلَي الصَّلَاۃِ أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَ جْهِهِ، فَإِ ذَا الْتَفَتَ إِلَي وَرَ ائِهِ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَي، اِبْنُ اۤدَمُ الْتَفَتَ إِلَي مَنْ هُوَ خَيْرٌ لَهُ مِنِّي، فَإِنِ الْتَفَتَ الشَّا نِيَةَ قَالَ مِشْلَ ذَلِكَ فَإِنِ الْتَفَتَ الشَّا لِشَةَ أَعْرَ ضَ اللهُ عَنْهُ*

   Artinya: _"Jika seorang putera Adam AS berdiri untuk melakukan shalat, maka Allah menghadapkan wajah-Nya kepada orang itu, jika ia menoleh ke belakang, maka Allah berfirman: 'Putera Adam telah menoleh kepada yang lebih baik baginya daripada Ku. Jika ia menoleh yang kedua kalinya, maka Allah berfirman seperti tadi. Jika ia menoleh untuk ketiga kalinya, maka Allah akan memalingkan wajah-Nya dari orang itu."_

   Jika seorang memalingkan wajahnya secara lahiriyah, maka Allah SWT memalingkan wajah-Nya daripada orang itu, lalu bagaimanakah jika seorang memalingkan hatinya dari shalatnya kepada urusan dunia dan segala kesenangannya? Padahal Allah SWT tidak akan melihat kepada jasad manusia, tetapi yang Dia lihat hanyalah hatinya dan segala rahasianya.

   Ketahuilah bahwa ruh segala macam ibadah dan maksudnya adalah menghadirkan hati kita bersama Allah SWT. Siapapun yang hatinya kosong dari Allah SWT ketika beribadah, maka ibadahnya hanya sia-sia belaka.

   Perumpamaannya, seorang yang tidak menfokuskan hatinya kepada Allah SWT dalam ibadahnya adalah bagai seorang yang memberi hadiah kepada seorang Raja suatu bangkai yang telah membusuk atau memberinya sebuah peti yang kosong, tentu saja ia akan disiksa dan tidak akan dimaafkan.

*ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ*
.
[ _Adab Sulukil Muriid_ lil Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia