Langsung ke konten utama

Hal yang di jauhi ketika puasa

HAL-HAL YANG WAJIB DIJAUHI KETIKA PUASA

Orang yang sejatinya berpuasa adalah orang yang mempuasakan anggota badannya dari perbuatan dosa, menahan lisannya dari ucapan bohong, keji, celaan, gosip, dan dusta, sambil menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hubungan badan. Perbuatan dosa tersebut tidaklah membatalkan puasa dan tidak menyebabkan orang yang berpuasa wajib mengqadha' puasanya, namun perbuatan ini menghilangkan pahala puasa.

Berikut ini adalah beberapa perbuatan yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk ditinggalkan, karena ditakutkan akan menggugurkan pahala puasa kita:

Ucapan dan perbuatan dusta.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak membutuhkan amal yang dia lakukan dengan meninggalkan makanannya dan minumannya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud)

Perbuatan sia-sia dan perbuatan atau ucapan yang mengarah pada hal yang keji.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Puasa tidak hanya meninggalkan makan dan minum, namun puasa adalah (menjaga diri) dari perbuatan sia-sia dan perbuatan atau ucapan yang mengarah pada hal yang keji. Jika ada orang yang mencelamu atau bertindak usil kepadamu maka ucapkanlah, 'Saya sedang puasa.'” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dengan sanad yang shahih)

Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak meninggalkan semua perbuatan dosa dan penyimpangan-penyimpangan di atas, maka dia berhak mendapat ancaman sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun yang dia dapatkan hanyalah lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dengan sanad yang shahih)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnah Harian

Bentuk-bentuk Dakwah

Bentuk-bentuk dakwah dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.       Dakwah bi al-lisan , artinya penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah, khutbah, pidato, nasihat atau komunikasi antara da’i dan mad’u . Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan dan tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. 2.       Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti kitab-kitab, buku, majalah, jurnal, artikel, internet, spanduk, dan lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak dibatasi ruang dan wa

maf’ul bih terbagi menjadi dua

Perlu diketahui bahwa maf’ul bih terbagi menjadi dua 1. Sharih Maf’ul bih yang Sharih terbagi juga menjadi dua : a.) Isim Zhahir. Contoh : a. قتل قردا جميلا (Dia membunuh seekor monyet yang bagus) قتل قردا جميلا فعل الماضى مفعول به : منصوب بالفتحة منعوت نعت Maf’ul bih diatas berupa isim mufrod, ‘alamat nashabnya adalah fathah. b. ستلقي اباها غدا(Besok dia akan bertemu dengan ayahnya) ستلقي اباها غدا فعل المضارع مفعول به : منصوب بالألف لأسماء الخمسة ظرف الزمان Contoh Maf’ul bih diatas berupa Asmaul Khomsah (اسماء الخمسة ), dan ‘alamat nashabnya berupa alif c. أ رأيت درّاجاتٍ في قريب البيت؟ sepeda-sepeda didekat rumah itu) (Apakah dirimu melihat أ ...رأي..... ..ت السياراتِ حرف الإستفهام فعل الماضي فاعل مفعول به : منصوب بالكسرة Maf’ul bih diatas berupa jamak muanats salim, dan ‘alamat nashabnya berupa kasroh. b.) Isim Dhamir Dhamir terbagi menjadi dua : 1.) Dhamir Muttashil. Jumlahnya ada dua belas. Contoh : § ضربني : dia telah memukulku § ضربنا : dia